Seminggu kemudian.
"Nyonya ada yang perlu saya sampaikan pada nyonya." ujar Mira di sampingnya.
Viola dan Flora melihat ke arahnya, tidak biasanya Mira seserius itu. Seminggu itu pula Mira sangat dekat dengan Viola dan Flora. Mira pun tidak dianggap pelayan oleh mereka.
Mereka juga sering bercanda dan bergurau bersama. "Saya tau tentang Ibu nyonya."
Kedua wanita seketika membulatkan matanya. Viola langsung berdiri, ia merah kedua tangan Mira. "Dimana? dimana ibu ku?"
"Hari ini saya akan mempertemukan nyonya dengan Baroness."
"Baroness?" Viola menaikkan salah satu alisnya.
"Nyonya akan tau sendiri nantinya, mari nyonya kita harus bersiap-siap ke tempat itu." ujar Mira.
Ketiga wanita itu pun keluar dari kamar Viola. Sementara Flora dan Mira mengikutinya dari belakang. Viola menghentikan langkah kakinya tepat di bawah tangga. Ia mendengarkan seseorang yang berbicara tentang kakaknya.
"Bagaimana? apa kamu sudah menemukannya?" tanya Duke Cristin.
"Kami menemukan petunjuknya Tuan, Nona Abella pernah menginap di penginapan Rose. Tetapi hanya satu bulan Tuan." ujarnya.
"Baiklah, teruskan pencariannya." ujar Duke Cristin dengan wajah sedih.
Viola melanjutkan langkah kakinya, mendekat ke arah mereka. "Aku ingin tuan Kesatria secepatnya mencari keberadaan kakak." timpal Viola dengan wajah tegas. Duke Cristin gugup, jantungnya tak bisa dikendalikan. Ia seperti seorang suami yang ketahuan selingkuh. Duke Cristin menunduk, ia siap Viola memarahinya.
"Jangan khawatir Nyonya, kami pasti berusaha."
Viola melirik ke arah Duke Cristin dengan acuhnya.
Dia pikir aku cemburu, marah. Heh, hanya orang gila yang akan mengatakan hal itu.
"Aku memang khawatir, lebih khawatir diri ku. Aku ingin cepat pergi dari sini." ujar Viola langsung pergi begitu saja.
Duke Cristin mengepalkan tangannya. "Jangan pernah berharap kamu bisa meninggalkan rumah ini tanpa se ijin ku."
"Kakak akan kembali jadi aku harus pergi."
"Siapa yang menyuruh mu pergi?" sargah Duke Cristin.
"Apa Yang Mulia Duke pikir, Kakak akan mau di duakan. Begitu pula aku tidak mau di Madu alias poligami?"
Duke Cristin mengkerutkan dahinya, ia merasa aneh dengan kata Poligami dan di madu. "Apa itu Poligami dan di madu? apa kita harus makan madu?"
Viola memicingkan matanya, laki-laki di depannya terkenal kecerdasannya, berumur 17 tahun dia sudah menyandang status Duke termuda di kekaisaran ini. Namun hanya kata Poligami dia tidak mengerti dan lebih mengerikannya tentang madu, harus minum madu.
"Astagah !" Viola mendengus kesal.
"Di madu itu, bukan makan madu Yang Mulia. Poligami atau di Madu itu. Di Dua kan dan aku tidak mau di duakan. Lebih tepatnya aku ingin segera bercerai." ujar Viola dengan nada menekan.
"Untung saja aku akan bercerai, bisa-bisa di masa depan dia membuat ku malu." Gumam Viola yang masih bisa di dengarkan oleh Duke Cristin.
"Tenang saja, aku tidak akan membuat mu malu. Aku akan belajar bahasa aneh mu itu."
"Tidak perlu, lagi pula Yang Mulia Duke hanya suami sementara."
Duke Cristin tak menjawab, ia tersenyum. Dia sudah pasrah mendengarkan mulut pedas Viola. Dari pada ujung-ujungnya dia dan Viola bertengkar. Lebih baik mengalah. Akan tetapi hari ini ia cukup bahagia. Sudah seminggu ini, Viola tak menatapnya atau pun meliriknya saat berpapasan. Menjauhinya semenjak pertengkaran itu. Viola tidak pernah menyapa, seakan dirinya tengah memasang sebuah benteng.
"Mau kemana?" Viola menghentikan langkah kakinya. Ia memutar badannya. Namun kembali lagi melanjutkan langkah kakinya yang hanya di balas geleng-geleng kepala dari Duke Cristin.
Ada apa dengan tuan? apa aku tidak salah lihat? tuan tersenyum pada Duchess batinya menohok.
Viola dan kedua pelayannya berhenti di sebuah toko butik. Ia melihat toko butik itu. Banyak pengunjung yang keluar masuk dari dalam toko. "Mari nyonya," ujar Mira mempersilahkan. Hari ini adalah hari dimana ia merencanakan mempertemukan seorang ibu dan anak yang telah berpisah bertahun-tahun. Mura tidak tega melihat majikannya setiap harinya memandang lukisan sang anak dan menangis.
Viola dan Flora mengikuti langkah kaki Mira yang ke arah salah satu pelayan. "Baroness." Pelayan itu melihat ke arah Viola dan Flora, ia mengangguk dan menyuruhnya ke lantai atas.
"Mari nyonya," ujar Mira di angguki Flora dan Viola.
Sesampainya di depan pintu kamar atas. Mira membuka pintu masuk itu. Viola masuk, ia mengedarkan pandangannya ke isi kamar itu.
Deg
Tatapannya terpaku melihat ke arah wanita yang sedang memandang ke arah luar.
"Bagaimana Mira?"
Viola menatap dengan mata berkaca-kaca. Air matanya mulai turun. Suara itu suara yang amat ia rindukan selama bertahun-tahun. Ia menyadari perasaan ini adalah perasaan wanita sebelumnya.
"Ibu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Putri Aminatul
kasih paham kak
2022-12-06
1
meyliana lenny
kenapa aq baca x jd flora dan fauna😅
2021-12-18
1
GOD BLESS
😭😭😭😭
2021-09-11
0