Mendengar perkataan Exsel, Duke Cristin langsung keluar dengan berlari di ikuti Kesatria Cyris. Duke Cristin ke tempat belakang yang di khususkan untuk kudanya. Ia mengambil kuda itu, menaikinya dan melewati pintu belakang kediamannya.
Sedangkan Duke Arland dan Duchess Eliana sama-sama panik. Pikirannya melayang pada Viola, ia takut Viola terjatuh dari kudanya.
"Ayah, Ibu tidak perlu khawatir. Baik dia selamat atau tidak, bukan urusan kita."
"Ferland !" bentak Duke Arland dan Duchess Eliana. Mereka serempak menatap tajam ke arahnya.
"Duchess Adik mu, seharusnya kamu menghargainya dan menganggapnya. Bisa jadi suatu hari, dia lah yang berarti untuk mu." ujar Duchess Eliana, ingin sekali ia menampar mulut anak pertamanya itu.
"Benar, Arland."
"Jangan lupa, dialah penyebabnya sampai Adikku pergi." Ferland langsung bergegas pergi. Hatinya mengamuk, bisa-bisanya kedua orang tuanya malah membela Viola bukan membelanya.
"Anak itu," Duke Arland mengepalkan tangannya. Sedangkan Duchess Eliana tersenyum, ia senang suaminya berubah dan mulai menyukai Viola putrinya itu.
Tidak jauh dari mereka, ada sepasang mata melihat ke arah mereka. Apa yang di katakan junjungannya sangat bertolak belakang jika melihat raut wajah Duke Arland yang sangat mengkhawatirkan Viola. Dia berfikir, apa Duke Arland sudah berubah. Ia mengangguk, lalu menuju ke arah dapur dan sesuai jadwal hari minggu dia akan bertemu dengan sang majikan.
Ditempat lain.
Viola masih menunggangi kudanya, melaju dengan cepat, namun saat melihat Flora yang sudah berhenti berteriak. Ia menghentikan kudanya tepat di depannya. Ia kasihan, mungkin Flora sudah kehilangan pita suaranya itu.
"Nyonya,"
"Sudah lah, tidak perlu berbicara. Aku tau kamu sudah kehilangan pita suara mu." ujarnya seraya mengibaskan rambutnya.
"Nyonya," salah satu laki-laki mendekat ke arahnya. Laki-laki memakai baju putih, berhidung mancung dan gagah. Laki-laki itu tersenyum, "Bolehkan saya berkenalan dengan Nyonya?" laki-laki itu menyodorkan tangannya meminta persetujuan mencium tangan Viola.
Laki-laki itu pun mencium tangan kanan Viola. "Saya Marquess Ramon, senang berkenalan dengan nyonya."
Dia tampan sekali
"Saya Duchess Viola,"
Marquess Ramon menaikkan salah satu alisnya. Rumor mengatakan jika Duchess Viola sangatlah penakut. Bahkan dia putri yang tak di anggap oleh Duke Arland dan menggantikan kakaknya menikah dengan Duke Cristin.
"Saya senang berkenalan dengan Nyonya." ujarnya dengan lembut.
"Tidak perlu formal, anggap saja kita sudah berteman."
"Nyonya saya Viscount ...."
"Nyonya saya Kesatria ..."
"Nyonya saya Baron ..."
Viola hanya mengulurkan tangannya yang di cium bergantian oleh para bangsawan itu. Ia menaikkan sudut bibirnya, hari ini hari berkah untuknya. Tidak mungkin dirinya akan menolak para cogan di depannya itu, lagi pula matanya perlu di cuci dengan bersih.
"Baiklah, bagaimana jika kita duduk di sana." ujar Viola menunjuk ke arah pohon yang rindang.
Para bangsawan itu pun mengangguk, tak ingin menyianyiakan waktu. Tatapan sengit di antara mereka pun di mulai. Mereka duduk berhadapan dengan Viola. Mengikutinya duduk di bawah pohon itu. Tanpa memperdulikan kebangsawanan mereka lagi.
Seandainnya aku bisa membuat Harem.
Viola tersenyum, melihat jejeran para cogan di sampingnya. Ia membayangkan ada yang melayaninya minum teh, memijatnya, menyuapinya. Oh, alangkah baiknya hidup keduanya jika memiliki Harem.
Viola tersenyum mengangguk, mendengarkan cerita para bangsawan itu satu persatu. Bahkan mereka tak segan-segan mempraktekkan ilmu pedang mereka. Membuat Viola berbinar mengagumi permainan lihai mereka.
"Ooooo."
Viola bertepuk tangan, di ikuti yang lainnya. Flora menggigit bibir bawahnya, ia memberi kode pada Viola agar melihat ke samping. Seorang laki-laki memperlihatkan hawa panas dari tubuhnya dan kilatan api di matanya.
"Nyonya,"
"Shut ! jangan ganggu aku." ujar Viola.
Flora melirik ke arah Duke Cristin yang sudah mendekat ke arahnya.
Ekhem
Seketika segerombolan orang itu berdiri melihat siapa yang datang. Mereka saling melirik, berdiri ketakutan. Laki-laki di depannya di juluki Pedang Harimau. Menumpas setiap musuh dalam hitungan beberapa menit, tidak mengenal ampun bagi siapa saja.
"Yang Mulia Duke," ujar mereka serempak membungkuk hormat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
aisarah silma
cemburu dia
2023-10-12
2
Dhelina Dhelina
wakwakwak... dasar otak sableng...🤣🤣🤣🤣
2023-07-03
0
Lina Lina
wkwkwkwk 😂😂😂 marah pak..kamu siapa
2023-05-04
0