Seperti yang di janjikan Zifara tadi pagi, sore yang masih cerah, senja indah masih menghiasi langit, Devina merentangkan tangan saat di lihatnya dari kejauhan Zifara yang membelokkan motornya menuju halaman rumah bibinya.
''Kangen... berlari menghampiri Zifara yang baru saja melepas helmnya.
Zifara tersenyum dan memeluk adiknya yang memang beberapa hari tidak di sambanginya.
''Kakak juga, mengelus pucuk kepalanya sambil berjalan menuju rumah.
''Bibi ke mana?'' tanya Zifara sembari clingak clinguk ke dalam rumah.
''Belum pulang.'' Jawabnya karena memang pekerjaan bibi di warung pergi pagi pulang sore.
''Kakak nggak masuk dulu?'' tanya Devina yang masih bergelayut manja di lengan Zifara.
Karena sang adik yang terlihat melas, Zifara melihat jam yang melingkar di tangannya, kemungkinan Daniel memang belum pulang dan itu membuatnya ikut masuk.
Menatap wajah lelah Zifara, Devina mengambilkan minum meskipun hanya sekedar air putih.
''Itu apa, dek?'' tanya Zifara saat melihat Devina membuka lemari es, terlihat oleh nya sebuah kotak besar.
''Ini kue dari temenku kak, sudah aku makan sama bibi, tapi nggak habis juga karena terlalu besar.''
''Ternyata adik kakak sekarang sudah banyak bergaul ya.'' Menjawil dagu Devina yang membuat sang empu tersipu malu.
Apa lagi jika Zifara tau kalau sebenarnya kue itu dari seorang laki laki, mungkin Zifara akan selalu menggodanya.
Karena merasa lapar Zifara menghabiskan beberapa potong kuenya dan kembali melihat jam.
''Kak.....'' panggil Devina dengan sedikit ragu sambil menautkan kedua tangannya.
Zifara tau itulah adiknya saat meminta sesuatu yang belum tentu di setujuinya.
"Apa, katakan saja!" memegang tangan Devina yang masih berbentuk satu genggaman.
"Nanti aku kuliah di mana?'' tanya nya tanpa basa basi.
Zifara tersenyum dan lebih mendekat lagi ke arah Devina.
"Untuk urusan kuliah kamu cari tempat yang kamu suka.'' Sedikit mengucapkan dengan keterpaksaan karena Zifara tau kalau itu sedikit berat untuknya. Kuliah tidak mungkin murah, belum lagi harus memberi uang ke bibinya sebagai upah, belum kebutuhan lainnya, tapi tekad Zifara untuk membuat Devina menjadi wanita yang sukses sangat besar hingga mengalahkan semua urusan lainnya.
Devina kembali memeluk Zifara, "Terima kasih ya kak,'' ucapnya.
Zifara mengangguk pelan.
Kakak akan terus berjuang untuk kamu dek, ini bukan akhir dari perjuangan dan pengorbanan kakak, sampai darah penghabisan pun kakak tidak akan membuat kamu menjadi seperti kakak, dalam batin.
"Dek, kayaknya kakak harus pulang deh, takut suami kakak pulang dan nyariian.'' Zifara pamit dan kembali memeluk Devina dengan erat, setelah beberapa menit melepaskan pelukannya.
Namun dalam hati Zifara tersenyum getir, menutupi kondisi rumah tangga yang belum di ketahui semua orang.
Nyariin, jangan terlalu kepedean kamu Zi, ngelirik saja nggak sudi, dan apa kamu bilang, suami, ya itu kamu yang anggap, tapi apa iya dia pernah menganggap kamu sebagai seorang istri, mengejek diri sendiri.
Sedangkan di seberang sana, Daniel mondar mandir di depan rumah, sesekali melihat jam yang melingkar di tangannya, sudah cukup lama baginya semenjak ia pulang, Kevin dan Norman yang belum pulang hanya mengernyitkan dahinya ikut bingung dengan tingkah Daniel saat ini.
"Kakak kenapa sih, Om?" tanya Kevin menyungutkan kepalanya, keduanya saling bersitatap dan menggeleng.
Semenjak di kantor Daniel terlihat gusar dan mereka pulang pun belum waktunya.
Kini hanya waktu yang bisa menjawab, apa yang sebenarnya merasuki hati Daniel saat ini.
Tit... Tit... suara bel motor di depan gerbang membuat Daniel langsung menoleh dan bernafas lega.
Akhirnya kamu pulang juga, batinnya.
Zifara yang memasuki halaman hanya menunduk dan langsung ke belakang.
Pak Daniel sudah pulang, apa dia marah padaku, batinnya.
Seperti biasanya, setelah memarkirkan motornya Zifara langsung melempar tasnya ke sembarang arah dan berjalan dengan langkah cepatnya menuju rumah besar.
"Maaf pak saya telat, Zifara sedikit ragu berdiri di depan Daniel meremas kedua tangannya sambil menunduk.
"Dari mana saja kamu?'' tanya Daniel dengan nada datar tanpa melihat ke arah Zifara.
"Ke rumah bibi, kangen sama adikku pak.'' jawabnya jujur.
Entah kenapa, kali ini Daniel merasa tercabik cabik saat mendengar penjelasan dari Zifara.
"Kamu tidak lupa kan tugasmu di sini?'' Zifara mengangguk lalu berlalu meninggalkan ketiga pria tampan tersebut.
Daniel membalikkan tubuhnya menuju pintu. sebelum masuk menoleh ke arah Norman dan Kevin yang berdiri bersejajar.
''Kalian pulang saja, ngapain di situ, mau jadi satpam?'' celetuknya.
''Idih... aku mah ogah jadi satpam, mendingan Om Norman nih yang jadi satpam.'' menyenggol lengan Norman.
"Berani kamu ya nyuruh aku, awas saja besok nasib kamu akan ada di tanganku,'' bisik Norman mengancam.
Kevin yang ketakutan pun menangkupkan kedua tangannya minta maaf. Sedangkan Daniel tak mau mengurusi mereka berdua ia lebih memilih masuk dan duduk di ruang keluarga sambil menyalakan TV.
Pemikiran orang dewasa memang jauh lebih luas di bandingkan yang lebih muda, Norman langsung mencerna semua kegusaran Daniel dan tingkah anehnya.
''Eitss..... tunggu dulu!" menarik ujung baju Kevin hingga membuat Kevin kembali mundur.
''Kenapa lagi, Om?'' tanya nya tanpa menatap, karena sudah lelah dengan dua orang dewasa yang selalu saja menyusahkannya.
''Kamu nggak curiga sama pak Daniel?"
Diam sejenak keduanya saling traveling cuma cuma memikirkan sesuatu yang bukan urusannya.
Kevin menggeleng karena tak menemukan apapun untuk menilai Daniel.
''Dasar oon..." menoyor jidat Kevin.
''Apa?'' Kevin semakin penasaran.
''Kayaknya pak Daniel menyukai Zifara, apa kamu tadi nggak lihat saat Zifara pulang, wajahnya langsung berubah, kegelisahannya hilang seketika, itu berarti Pak Daniel dari tadi ngajakin pulang kita karena memang dia kangen pingin lihat wajah Zifara." bisiknya saat keduanya sudah berdiri di samping mobil.
Sedangkan Kevin hanya manggut manggut tak mau berkomentar apapun.
''Masak apa?'' tiba tiba suara berat dari belakang itu membuat Zifara terkejut dan memegang dadanya dengan kedua tangannya.
''Pak, bisa nggak sih permisi dulu, kalau aku jantungan kan bisa mati tadi." Zifara sedikit jengkel.
''Ini belum, memangnya bapak mau di masakin apa?'' tanya kembali Zifara masih memunggungi Daniel.
''Terserah, yang penting enak." jawabnya enteng.
''Kalau terserah ngapain nanya, lagi pula ngapain sih kesini, ganggu saja," gumamnya kecil, namun Daniel masih bisa samar samar mendengar, bukan pergi malah mendekat, berdiri tepat di belakang Zifara.
Seketika itu Zifara menelan salivanya dengan susah payah saat merasakan hembusan nafas Daniel, wajahnya hampir menempel di pundaknya, karena reflek wanita itu mengangkat wortel yang di pegangnya dan langsung melayangkan ke atas kepalanya.
Dug.... suara itu lagi lagi membuat Zifara melotot.
Zifara itu kepala, ngapain kamu pukul, siap siap saja menerima hukuman yang lebih parah dari ini, merutuki diri sendiri dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
EndRu
walah ikutan jomblak aku .. kaget kaget
2022-09-24
0
Marulak Siagian
kakak yg baik dan bertanggung jawab untuk masa depan adiknya 👍👍👍
2022-09-10
0
Hikmah Araffah
😂😂😂
2022-08-20
0