Runtuh sudah ketahanan Ziafara saat ini, bahkan untuk menopang kepalanya saja terasa berat, bagaikan tertipa batu, apa lagi untuk berdiri , di paksakan seperti apapun itu hanya tulang rusuk ,bukan besi maupun baja yang kuat sepanjang masa, tubuhnya terasa lemas dan tak berdaya, di raihnya ponsel yang ada di meja kecil di kamarnya, menghubungi seseorang yang di rindukan di seberang sana.
''Malam dek, ucapnya mengawali percakapan, Zifara mencoba sekuat mungkin membuat suaranya tak gemetar.
''Malam juga kak, kenapa kakak nelpon malam malam, ada apa?'', tanya Devina yang juga sudah bergelut dengan selimutnya.
''Tidak ada apa apa, kakak cuma mau minta maaf karena tadi tidak bisa jenguk kamu, ucapnya lagi dan mulai meluruhkan air mata yang di tahannya, jika sebelumnya ada Devina yang membuatkan teh hangat untuknya saat kurang enak badan, kini Zifara harus merasakan lelahnya sendiri.
''Nggak apa apa kak, aku baik kok, kakak tidak perlu setiap hari ke sini, lagi pula kakak kan juga pasti capek, Devina pun tau kesibukan Zifara.
Ya sudah, kalau begitu kamu tidur ya, besok kan harus sekolah, mimpi yang indah, ucapan terakhir sebelum keduanya memutuskan sambungannya.
Zifara tersenyum dan menarik selimutnya, mungkin dengan tidur bisa meringankan kepalanya yang terasa berat saat ini.
Di rumah kecil itu kini dirinya harus mengadu nasib, kesepian yang melanda tak bisa di hindarinya, hanya pak Bejo dan pak satpam teman bicaranya.
Sampai kapan aku bertahan seperti ini, pak Daniel dan tunangannya itu pasti akan segera menikah, dan aku harus cari cara untuk bisa lepas dari pak Daniel, tapi gi mana, menjadi seoarang janda tidak lah mudah, banyak resiko yang harus di hadapi ,tapi aku tidak bisa diam, secepatnya aku akan membicarakan ini semua, batinnya.
Tak berselang lama otaknya berkelana mencari cara, kini dua matanya terpejam sudah berlari ke dunia mimpi yang sedikit menghilangkan beban fikirannya.
***
Seperti yang di inginkan Daniel, bangun lebih pagi lagi, berharap masih bisa menyaksikan kesibukan Zifara di pagi hari, bunyi alarm yang di pasangnya pun berbunyi menggema di telinganya dan membuat matanya terbuka.
Dengan sigap pria bertubuh kekar itu membersihkan dirinya sebelum turun dari kamarnya.
Sepi, gumamnya, melihat lagi jam yang melingkar di tangannya,.
''Harusnya wanita itu sudah ke sini bersih bersih dan masak, kemana dia, gumamnya lagi berjalan menuju dapur, namun tidak menemukan siapapun.
Baru saja membalikkan tubuhnya di tangkapnya tubuh pak Bejo yang membuka pintu belakang.
''Bapak sudah bangun, pak Bejo dengan terkejutnya melihat Daniel di lantai bawah, dan itu tidak biasa.
Hemmm.....Daniel sedikit kikuk dan tidak mungkin mengatakan tujuannya bangun pagi sekali.
''Bapak butuh sesuatu?'', tanya lagi pak Bejo saat Daniel tak juga pergi dari tempatnya dan masih mematung.
''Tidak, tadi aku cuma ambil minum saja, mencari alasan supaya pak Bejo tidak mencurigainya.
Akhirnya Daniel kembali ke kamarnya dan berjalan menuju balkon.
''Lampunya masih gelap, apa dia belum bangun,?'' fikirannya menerka.
Di tunggunya sambil duduk santai, menikmati hembusan udara pagi serta kicauan burung membuatnya lebih fresh.
Bolak balik Daniel memandang ke bawah sambil berdiri dan beralih menatap jam yang melingkar di tangannya , cukup lama untuk ukuran santainya di pagi hari.
''Sebenaranya dia ke mana sih, menggerutu sambil melihat motor yang masih setia di tempat.
''Kenapa aku jadi menghawatirkan dia, cih... untuk apa, lagi pula nggak penting, mendingan aku berangkat ke kantor.
Sedangkan Zifara yang masih berada di atas ranjang benar benar tak kuasa untuk bangun ,rasa pusing yang menyelimutinya sungguh adalah bencana baginya, terpaksa Zifara menghubungi Bu Cantika untuk minta izin.
Ingin meraih segelas air putih saja harus susah payah, apa lagi untuk keluar kamar.
Gi mana kalau pak Daniel marah padaku, tapi aku bisa apa, badanku rasanya sakit semua dan tak bisa di ajak kompromi, lirih hatinya.
Dalam diamnya tiba tiba saja Zifara di kejutkan bunyi ketukan pintu.
''Masuk, tidak di kunci, suara Zifara yang tak bisa lagi menahan rasa gemetar.
''Non, kamu di mana?'', ternyata suara pak Bejo yang mengunjungi rumah tersebut.
Lagi lagi pak Bejo memang bagaikan malaikat yang selalu ada di saat dirinya membutuhkan pertolongan.
''Di kamar pak, sahutnya lagi.
Melihat pintu kamar tertutup pak Bejo pun minta izin sebelum masuk.
''Non Zifa kenapa?'', menghampirinya dan memegang kening Zifara dengan punggung tangannya.
''Badan non panas banget, sudah minum obat?'', tanya pak Bejo dengan raut wajah khawatir.
Zifara menggeleng pelan.
''Tunggu sebentar, bapak ambilin obat di depan, dengan tergesa pak Bejo keluar dari rumah menuju rumah besar Daniel.
Pak Bejo langsung mengambil kotak obat yang tersimpan lemari dekat dapur.
Daniel yang melihat pak Bejo pun bertanya.
''Untuk siapa pak', siapa yang sakit, tanya Daniel,dari ujung tangga.
''E.. bapak... Non Zifara badannya panas banget, kasihan, ucapnya ramah dengan kotak yang masih berada di tangannya.
Entah kenapa mendengar ucapan pak Bejo, Daniel merasa keanehan dalam tubuhnya seperti ikut merasakan rasa ngilu, nyeri , dan ada rasa tak tega, namun bibirnya diam seakan keluh untuk bicara.
Ternyata wanita itu sakit, pantas saja dia belum keluar dari rumahnya, bagaimana keadaan dia sekarang, apa dia terlalu lelah karena bekerja, apa aku sangat keterlaluan padanya, bertanya dalam hati.
Dengan langkah pelan Daniel duduk di sofa karena itu tempat yang paling dekat untuk singgah.
''Bapak nggak perlu repot repot ngerawat aku, nanti juga aku pasti sembuh kok, aku cuma butuh istirahat saja, Zifara mencoba bangun dengan bantuan Pak Bejo.
Pak Bejo tersenyum. ''Non, bapak tau kalau sebenarnya Non itu terlalu capek, Pak Bejo duduk di samping Zifara yang kini meminum obat pemberiannya.
''Apa bapak boleh bertanya sama Non, tanya pak Bejo ramah namun terlihat serius.
Zifara menaruh gelas di meja dan beralih menatap wajah tubuh tua di sampingnya.
''Sebenarnya Non itu siapanya pak Daniel?'', sebuah pertanyaan yang sedikit sulit untuk di jawab, ingin jujur tapi jelas itu akan semakin memperkeruh keadaan dan menambah masalah untuknya.
Zifara yang tidak mampu menjawab pun memilih diam seribu bahasa.
Maaf pak, bukan maksudku menutupi Identitasku saat ini, aku hanya mengikuti semua yang di perintah pak Daniel, bukan hakku untuk jujur sama semua orang, biarlah ini aku pendam sampai aku pergi.batinnya .
''Tidak apa apa, bapak tau kalau Non tidak bisa menjawabnya, tapi bapak salut sama Non, Non itu wanita yang kuat, jangan menyerah, pasti nanti akan indah pada waktunya, ucapan pak Bejo membuat Zifara kembali menangis.
Dan kali ini pundak pak Bejo lah sandarannya untuk meluapkan kesedihannya.
''Terima kasih ya pak, karena bapak sudah peduli sama aku, Sampai kapan pun aku akan mengenang bapak ,dan aku akan menganggap bapak seperti orang tuaku sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Marulak Siagian
👍👍👍tetap semangat zifara💪💪💪
2022-09-10
0
Hikmah Araffah
his kasian zifa🥺
2022-08-20
0
guest1053126236
sedih nyaa😭
2021-12-26
0