Sebuah kesalahan kecil, namun akan menjadi sebuah masalah besar yang mungkin akan di hadapinya, kejadian di dapur membuat dirinya terpaksa wajib memenuhi undangan suaminya, Dengan langkah pelan Zifara keluar dari rumahnya.
Kira kira pak Daniel menyuruh apa lagi ya, kenapa dia memintaku ke kamarnya malam malam begini, batinnya.
''Mau ke mana, non?'' tanya pak Bejo yang masih berkeliling berjaga.
''Ketemu pak Daniel pak,'' jawabnya sedikit ragu takut kalau pak Bejo mencurigainya, namun faktanya iya, pak Bejo langsung saja curiga karena sudah jam sembilan malam,
Mau ngapain, mungkin itu pertanyaan selanjutnya karena dengan langkah cepat Zifara untuk menghindar, pak Bejo mengurungkan niatnya dan lebih memilih diam.
Kaki Zifara lebih terasa berat saat menyusuri anak tangga, namun tidak ada pilihan lain, masalah harus tetap di hadapi bukan di hindari, itulah keyakinannya.
''Permisi, pak,'' sedikit meninggikan suaranya karena pintu kamarnya sedikit terbuka.
"Masuk!" sahut dari dalam.
Satu langkah Zifara sudah menempati dalam kamar Daniel, dan betapa terkejutnya Zifara saat menatap Pria yang kini bertelanjang dada.
''Aaaaa.....'' jeritnya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Daniel tersenyum, beranjak dari duduknya menghampiri Zifara yang masih mematung di depan pintu.
"Kenapa?" memegang kedua tangan Zifara dan menurunkannya.
"Buka mata kamu!" titahnya saat mata Zifara memang masih terpejam dengan rapat.
Dengan perlahan wanita itu membuka matanya, namun kini wajahnya melengos menatap tembok.
Mau ngapain ya pak Daniel, kenapa dia mendekat sih, aku harus cari alasan untuk keluar dari sini, batinnya.
"Pak, maaf boleh saya keluar sebentar saja, mau minum, mencoba mencari alasan untuk bisa terlepas dari kungkungan Daniel.
Daniel menyungutkan kepalanya ke arah meja yang ada di kamarnya, ternyata di sana ada gelas dan air minum yang tersedia.
kali ini otak Zifara sudah buntu tak bisa berfikir jernih.
"Tidak bisa, aku tau itu cuma alasan kamu saja, karena kamu sudah melakukan kesalahan, jadi malam ini aku akan menghukum kamu, dengan sebuah hukuman yang tak akan pernah bisa kamu lupakan.'' ucapnya menyeringai.
Glek... lagi lagi Zifara hanya bisa menelan ludahnya, otaknya berkelana membayangkan hukuman Daniel.
Namun Zifara mencoba rilex menyembunyikan ketakutannya yang sudah menyelimuti seluruh tubuhnya.
"Apa itu?" sok berani menatap wajah Daniel sambil berkacak pinggang.
Daniel semakin mendekatkan wajahnya dan langsung mencium bibir Zifara.
Plaaakkk..... sebuah tamparan melayang di pipi Daniel sebelum melepaskan ciumannya. Sebuah reaksi yang tak terduga, Daniel terlihat marah sambil memegang pipinya yang memerah.
"Ma... maaf pak, saya tidak sengaja.'' ucap Zifara menunduk takut.
Heh... mengejek... Daniel yang masih di kerumuni kemarahan langsung saja mencengkeram dagu Zifara dengan kuat.
"Siapa kamu berani menamparku, kamu lupa kita ini suami istri, jadi aku bebas melakukan apa saja padamu, termasuk meminta hakku.'' ucapnya sambil mengeratkan giginya, kemarahannya sungguh besar, itu terbukti dari sorot matanya yang menyala.
Zifara yang semakin ketakutan hanya berusaha menggeleng karena tak mampu untuk melawan karena tenaga Daniel yang lebih kuat darinya.
Zifara merasa kali ini Daniel benar benar murka padanya. "Saya minta maaf, pak, tadi saya reflek saja,'' ucapnya tersendat sendat karena menahan tangis.
''Tapi aku tidak perlu maaf dari kamu, jika kamu mau adik kamu hidup dengan tenang kamu harus layani aku malam ini.'' Ucapnya dengan menaikkan kedua alisnya.
Di saat itu pula Zifara merasa dirinya tak berdaya karena sudah menyangkut Devina, karena ia tak mungkin bisa hidup tenang jika adiknya sedang terancam, demi apapun ini bukan keinginan Zifara, pernikahan yang tak di dasari cinta namun hak suami di minta.
Dengan wajah yang pucat, pipi yang basah di banjiri air mata, Zifara mengangguk pelan.
Lampu sudah kembali hijau, itu membuat Daniel kembali tersenyum dan melanjutkan aksinya.
Maafkan aku mas Dimas, dia suamiku, meskipun tidak ada cinta di antara kami, ini adalah kewajibanku yang harus aku jalani, jika ini jalan yang terbaik untuk aku dan Devina, aku ikhlas, toh ini bukan dosa, tapi ini pengabdian sebagai seoarang istri. batinnya.
Zifara mengkiuti langkah Daniel menuju ranjangnya dengan tubuh keduanya yang masih menyatu, bahkan sedetik pun Daniel tak melepaskan ciumannya dari bibir mungil Zifara.
Daniel yang di buru nafsu pun tak membuang kesempatan lagi, sedangkan Zifara hanya bisa diam menerima semua perlakuan Daniel, karena baginya percuma saja melawan, karena kali ini Daniel benar benar tidak akan melepaskannya, entah kenapa Daniel memperlakukannya dengan lembut, itu membuat hatinya semakin merelakan kalau malam ini adalah malam terakhir statusnya perawan.
Aksi yang sangat menegangkan, perlu tenaga ekstra bagi Daniel malam ini untuk menerobos pertahanan Zifara, namun itu tak menyurutkan semangatnya, bagi nya malam ini adalah malam yang penuh dengan makna, dalam arti menjadi seoarang laki laki sejati, ini adalah pengalaman pertama bagi keduanya, meskipun Zifara sesekali merintih kesakitan, Daniel terus saja bisa menghilangkan rasa itu, dan berusaha selembut mungkin untuk membuat Zifara menikmatinya, benar saja ini adalah hukuman yang tak akan terlupakan oleh Zifara, bukan untuk satu tahun dua tahun bahkan untuk seumur hidup, Zifara akan selalu ingat dengan laki laki yang pernah menjadi suaminya saat ini, laki laki yang pertama kali menjamahnya.
Begitu pun dengan Daniel, entah kenapa pria itu selalu menyeka air mata wanita yang kini ada dalam dekapannya, ada rasa kasihan saat melihat Zifara meneteskan air mata, dan ada rasa ngilu di saat dia harus merobek selaput daranya, namun itu semua sudah terjadi.
''Maafkan aku.'' Tiba tiba saja kata itu yang meluncur dari mulut Daniel saat pergulatan malam pertama itu selesai.
Zifara makin terisak mendengar ucapan Daniel yang terlihat sangat tulus.
''Kenapa minta maaf, ini kan yang kamu mau?'' tanya Zifara dengan bibir yang masih gemetar menahan sakit.
''Tidak apa apa, sekarang tidurlah!" ucap Daniel menyelipkan rambutnya yang menutupi kening Zifara, menarik selimut hingga menutupi tubuh Zifara.
Setelah Zifara memejamkan matanya Daniel merasa iba menatap wajah sendunya.
Apa yang aku lakukan, kita akan bercerai, tapi aku memberi jejak dalam pernikahan kita, tidak seharusnya aku begini, kamu memang istriku, tapi ada Monica wanita yang akan menjadi istriku nanti, batinnya bingung.
Daniel mendengar dengkuran nafas Zifara yang teratur menandakan kalau sang empu memang sudah terlelap.
Cup... sebuah kecupan mendarat di pipi Zifara kala terlelap.
''Maaf, ucapnya lagi berbisik lalu beranjak dari ranjangnya.
Daniel berjalan menuju kamar mandi dan langsung mengguyur tubuhnya dengan shower.
''Maafkan aku, Zi, aku tidak bisa menahan nafsuku, aku sudah membuatmu kecewa dengan perbuatanku ini, tapi ini bukan salahku, aku hanya melakukan apa yang seharusnya terjadi, meskipun kita tidak saling cinta, meskipun nanti kita bercerai, aku tidak akan menelantarkanmu, aku akan memenuhi semua kebutuhanmu sampai kamu mendapatkan laki laki yang benar benar mencintaimu." gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
EndRu
nasibmu ke depan akan semakin menderita Zi
2022-09-24
0
Yani
egois kamu danil maunya enaknya ajaaa. sebel aku
2021-08-27
0
Sri Cntya
wahh smh tmbh bucin daniel tdk mencersikan..monca kan baru tunangan
2021-08-22
0