Seorang Dukun

Keesokan harinya, kumpulan asap yang masih terlihat di sisi pembatas jalan yang terdapat jurang sedikit dalam disana, para warga berbondong-bondong datang dan melihat kumpulan asap apakah itu.

Disaat mereka menelusuri jurang itu dengan bantuan tali untuk turun kebawah, para warga kembali menemukan dua orang mayat yang jatuh kedalam jurang sisi jalan itu dengan keadaan yang sangat mengerikan.

Dua orang warga yang turun kebawah bergidik ngeri melihat dua orang mayat dengan keadaan yang sangat mengerikan, dan banyak luka bakar serta darah yang bersimbah disana dan salah satu mayat itu mengeluarkan ususnya dari dalam perutnya karena perutnya yang robek akibat terkena pembatas jalan.

"Astagfirullah hallazim, lagi-lagi ada korban mengerikan seperti ini. Ada apa sebenarnya dengan kampung kita" Ucap salah satu warga kepada temannya yang juga ikut turun kebawah.

"Sudah ayo kita bawa keatas mayatnya" Balas temannya.

Setelah mayat itu dinaikan, semua warga membawa mayat itu kerumah duka. Dan bergotong royong membantu dalam pemakaman mayat itu.

Sementara Pak Jaya yang memang sudah mendengar kematian anak buahnya itu mondar-mandir tidak karuan.

Tubuhnya gemetar, sosok Dewi begitu nyata muncul didalam pikirannya.

Dengan pikirannya yang tidak karuan, rasanya ingin pecah seketika itu. Pak Jaya memukul meja kerjanya dengan kencang.

"Sial, siapa yang sebenarnya sudah membunuh mereka..Apa benar arwah Dewi gentayangan" Ucapnya kesal dengan pikiran yang sangat kacau.

Keesokan harinya, Pak Jaya pergi menemui orang pintar, Atau disebut orang kampung adalah Dukun.

Rumah Dukun itu sedikit jauh dari kampung tempat mereka tinggal, dengan keberadaannya yang jauh dari warga dan cerita mistis yang beredar tentang Dukun itu tentu akan menambah rasa ngeri bercampur takut jika ada seseorang yang mengunjungi rumahnya itu.

Didalam rumah, yang terkesan angker dan suasana sedikit mencekam dengan pemandangan yang mengerikan, serta banyk tengkorak manusia tertempel didinding depan rumahnya layaknya sebuah pajangan.

"Mbah, permisi mbah" Seru Pak Jaya, dengan langkah ragu-ragu untuk masuk.

Namun tidak ada sahutan sama sekali. Sudah beberapa kali Pak Jaya menyeru,.namun tidak ada jawaban sama sekali. Hal itu membuat Pak Jaya kesal, dan iya memutuskan untuk berlalu pergi dari sana.

Krettttttttt

Suara pintu terbuka, Pak Jaya yang sudah membelakangi pintu dan ingin pergi, seketika menghentikan langkahnya dan kembali menoleh kebelakang.

"Masuk" Suara yang terdengar lirih dan menyeramkan terdengar begitu saja dari arah dalam.

Pak Jaya sedikit menelan salivanya, dan berjalan masuk dengan rasa yang berkecamuk.

Setelah Pak Jaya masuk, dan sudah melewati pintu, suasana didalam begitu gelap dan tidak terlihat apapun itu.

Tiba-tiba.........

Tupppppppp

"Ehhh, copot monyong" Latah Pak Jaya.

Pak Jaya Langsung terperanjat, ketika pintu itu tiba-tiba saja tertutup.

Pak Jaya kembali menelan salivanya pelan, seraya dengan wajah yang sudah pucat pias karena ketakutan.

Duppp

Duppp

Duppp

Duppp

Satu persatu sebuah obor yang menerangi tempat itu menyala dengan sendirinya, Pak Jaya mengikuti arah obor itu hidup mulai dari sisi kirinya hingga kesisi kanannya.

Obor terakhir hidup tepat didepan seseorang yang sudah tua yang sedikit bungkuk, dengan pakaian yang hitam dengan sebuah tongkat yang iya pegang.

"Kemarilah" Ucap orang itu dengan suara seraknya.

Pak Jaya mendekati orang itu dengan langkah ragu-ragu, "Mbah" Seru Pak Jaya lirih yang sudah didekat orang itu.

Biasakan Like and vote ya sesudah membaca🙏🌺🌺🌺

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!