Luka Mendalam

🌹Luka Mendalam

Setelah kepergian nenek, suasana rumah menjadi sangat sepi.

Dewi selalu saja tidak bisa menahan isakkan tangisannya, dikala iya mengingat sosok nenek yang selalu ada disampingnya.

Sungguh malang, setelah kejadian pemerkosaan waktu itu. Dewi sering kali dikucilkan, dan direndahkan. Bahkan ada yang berbicara, bahwa ini adalah karma karena Dewi terlalu jual mahal dan tidak mau dilamar siapapun.

Sore harinya, Dewi mandi kesungai dengan membawa sedikit baju untuk dicuci.

"Dewi,.Sore amat mandinya" Seru ibu-ibu yang juga mandi disana, namun dia sudah hampir selesai.

"Iya buk, tadi ketiduran jadi kesorean ke sininya" Balas Dewi tersenyum ramah.

"Ohh gitu,,, perut kamu udah besar ya Dewi. Udah berapa bulan" Tanya ibu itu lagi.

"Sudah jalan 9 bulan buk, tinggal menghitung hari" Balas Dewi

"Kamu hati-hati ya, udah dekat melahirkan seperti ini jangan sering-sering keluar rumah. Nanti melahirkan sendiri loh jika ditempat seperti ini, kan tidak ada orangnya" Saran ibu itu

"Terimakasih buk, ya mau gimana lagi sayakan hanya sendiri sekarang, jadi apa-apa ya sendiri" Balas Dewi

"Ya udah deh, yang penting kamu hati-hati ya. Jaga kandungan kamu, ibu pergi dulu ya udah selesai nih" Ucap ibu itu lagi, berpamitan.

"Iya buk" Balas Dewi, Dewi fokus mandi dan mencuci beberapa pakaian yang iya bawa tadi.

Setelah selesai mandi, Dewi langsung bergegas pulang karena hari sudah mulai gelap.

Ditengah perjalanan,

"Duhhh, aduhhh. Perutku sakit sekali" Dewi merintih kesakitan, perutnya tiba-tiba saja menjadi sangat sakit.

Iya memegang perutnya yang semakin sakit, rasanya sudah tidak mampu lagi untuk berjalan. Dewi berhenti disebuah pohon besar dan duduk disana.

"Perutku sakit sekali,.apa aku akan melahirkan atau hanya keram" Ucap Dewi lirih.

Ternyata perutnya bukanlah sakit karena keram, tapi sakit karena mau melahirkan.

"Ahhhhhh, sakit sekali. Tolong, siapapun tolong aku" Teriak Dewi yang sudah tidak kuasa lagi menahan rasa sakitnya.

"Huhhhh, haahhhhhh, Tolong" Teriak Dewi lagi, dan masih mengatur nafasnya perlahan.

Nasip baik memang tidak berpihak kepadanya, tidak ada seorang pun yang menolong Dewi. Ditambah lagi hari yang sudah gelap, tentu tidak ada siapapun yang melewati jalan itu.

Dewi dengan terpaksa harus berjuang seorang diri disana, iya melepaskan ****** ******** perlahan. Setelah semuanya terlepas, Dewi mencoba mengatur nafasnya perlahan dan mendorong sekuat tenaga agar bayinya cepat keluar.

"Huhhh, hahhhhh, ekkkkk Aaaaaaaaakkkkkkkkkk" Dewi menjerit sekuat tenaganya ketika bayinya sudah mau keluar. Dan akhirnya, Blusssssssssss.

"Owekkkk owekkkk" Suara tangisan bayi Dewi.

Seorang bayi telah keluar dari rahim Dewi. Dewi sedikit merasa lega, dan sedikit menyandarkan tubuhnya ke pohon besar itu dengan keadaan tubuh yang sudah melemah.

Tiba-tiba, seeseorang dengan pakaian serba hitam dengan balutan kain menutup wajah orang itu dan datang menghampiri Dewi.

"Siapa kamu" Ucap Dewi lirih.

"Aku adalah pencabut nyawa mu" Ucap orang itu, suaranya terdengar seperti seorang laki-laki.

"Jangan, jangan lakukan itu" Ucap Dewi yang tidak berdaya, bahkan untuk bangun pun Dewi sudah tidak kuasa.

Orang itu tidak menggubris permohonan Dewi, dengan langkah cepat orang itu menempelkan sebuah kain di mulut Dewi.

Dewi yang tidak berdaya untuk melawan, hanya bisa meneteskan air mata pilu menatap anaknya yang masih terbaring di tanah. Kini mata Dewi perlahan-lahan mulai redup, pandangannya menjadi hilang, hingga pendengarannya pun menghilang diiringi dengan menutupnya mata Dewi.

Biasakan Like and vote ya sesudah membaca🙏🌺🌺🌺

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***