Menyangkal Kebenaran

Seminggu kemudian, Dewi kini sudah sembuh dan bangkit dari keterpurukannya.

Walaupun demikian, Dewi masih takut walau hanya bertemu seorang laki-laki. Rasa traumanya belum sepenuhnya pulih, oleh sebab itu Dewi lebih suka mengurung dirinya didalam kamar.

Semenjak kejadian pemerkosaan yang menimpa Dewi, Dewi kini menjadi perbincangan hangat oleh seputaran masyarakat desanya sendiri, bahkan di desa-desa tetangga pun kerap kali membicarakan perihal Dewi yang sudah diperkosa.

Dewi merasa sangat malu dan terpukul akan hal itu, bahkan acap kali dia dihina, dicaci oleh para warga beserta para laki-laki yang pernah Dewi tolak cintanya.

Sampailah pada hari dimana Dewi harus mengungkap siapa yang telah memperkosa dirinya waktu itu.

Disebuah rumah, biasanya warga desa sebut sebagai rumah adat. Dimana setiap ada perihal masalah atau rapat dan sebaginya. Disitulah tempatnya mereka bersosialisasi atau menyelesaikan masalah seperti persidangan antar keluarga.

"Dewi, coba kamu sebut nama orang yang sudah memperkosa kamu waktu itu" Tanya kepala Desa disana.

Dewi nampak diam, rasa takutnya kembali muncul dibenaknya.

"Dewi, bicara saja. Ada nenek disini jangan takut" Ucap nenek dengan selembut mungkin.

Dewi memandang wajah neneknya yang sudah keriput dan tua, ditambah lagi nasipnya yang begitu malang membuat dirinya semakin sedih.

hingga akhirnya Dewi menangis sejadi-jadinya dipelukan nenek.

Semua orang disana begitu mengerti dengan perasaan dan mental Dewi yang sedikit terganggu akibat pemerkosaan itu.

Mereka kini hanya diam, menunggu Dewi kembali tenang dan mau bicara.

"Dewi bicaralah" Ucap nenek, ketika Dewi mulai tenang.

"Yang memperkosa ku adalah Pak Jaya dan juga anak buahnya" Ucap Dewi dengan masih memegang tangan nenek.

"Budi" Panggil kepala Desa kepada bendahara desanya.

"Iya pak"

"Cepat kamu panggil Pak Jaya kesini" Perintah Kepala Desa.

"Baik Pak" Budi berlalu pergi dari sana untuk mencari Pak Jaya kerumahnya.

Setelah hampir 1 jam menunggu, Budi dan Pak Jaya beserta anak buahnya datang ke rumah adat itu.

Dengan perasaan yang tenang, Pak Jaya masuk dan duduk diantar para warga disana.

Persidangan pun dimulai.

"Pak Jaya, apa benar anda beserta anak buah bapak telah memperkosa Dewi, sewaktu hari Selasa lepas" Tanya Kepala Desa lagi.

"Maaf Kepala Desa yang terhormat, saya memang menyukai Dewi dan saya juga sempat datang kerumahnya untuk melamar. Tapi Dewi menolak saya. Tapi bukan bearti saya yang telah memperkosa dia, apa buktinya jika saya yang telah memperkosa Dewi" Sangkal Pak Jaya

"Bohong, dia berbohong Kepala Desa. Cucu saya tidak mungkin berbohong, lagipula perawat yang merawat Dewi juga sudah memeriksa Dewi. Dia berkata Dewi mengalami pendarahan yang sangat hemat akibat hubungan yang dilakukan lebih dari satu orang" Teriak nenek emosi.

Pak Jaya tertawa geli, "Nek, walaupun begitu apa saya terbukti telah memperkosa Dewi" Jelas Pak Jaya

Sementara Dewi hanya menangis mendengar semua perdebatan ini, "Dewi, coba kamu ceritakan kronologis kejadian yang sebenarnya pada kami, agar kami bisa membantu memecahkan masalah ini" Jelas Pak RT, selaku sebagai saksi penemuan Dewi di hutan kemarin.

Nenek menatap Dewi penuh harap, "Bercerita lah Dewi" Ucap nenek.

Dewi yang tadinya lemah tak berdaya, kini berdiri dengan tegak menghadap ke depan.

Nenek tersenyum senang, melihat cucunya yang kembali tegar dan mau berbicara.

Dewi mulai menceritakan kronologis semua kejadian sewaktu iya diperkosa di sebuah gubuk tua yang jauh didalam hutan. Dengan menatap tajam kearah Pak Jaya beserta ketiga anak buahnya yang sudah menodai kesucian.

Dewi menunjukkan jarinya ke arah Pak Jaya dan berkata, "Dialah pelakunya" Ucap Dewi dengan lantang.

Biasakan Like and vote ya sesudah membaca🙏🌺🌺🌺

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!