Pagi hari di ruang makan rumah keluarga Laila.
“Laila, kamu sudah akan 27 tahun, kapan mau bawa calon suami ke rumah dan ngenalin ke ibu sama ayah? Jangan jadi prawan tua,” tanya Ibu Ros ke Laila dengan sedikit tawa.
“Ibu, jangan gitu. Laila belum nemu yang pas aja. Nanti kalau udah ada yang cocok pasti Laila kenalin ke Ibu sama Ayah,” Jawab Laila disertai senyum manisnya.
“Laila, kenapa kamu nggak gabung aja sama ayah di garmen? Kamu bisa bantu ayah buat ngembangin perusahaan ayah, kamu punya kecerdasan di atas rata-rata,” sahut Ayah dengan nada sedikit mengejek
“Ayah jangan ikut-ikutan ibu deh, bilang aja ayah ngejek Laila. Kalau masalah garmen, Desi lebih cocok sih yah. Secara dari kecil Desi sering ikut dan bantuin ayah di garmen sedangkan Laila dari dulu udah seneng banget sama apapun yang berbau kesehatan. Toh juga Desi ambil jurusan di perkuliahannya juga sejalan. Iya kan, Bu?”
Laila memang tidak tertarik dengan garmen milik keluarganya. Dia hanya membantu sekadarnya saja, karena menurutnya Desi lebih cocok untuk mendalami usaha milik keluarganya.
“Sudah-sudah, ayo sarapan, keburu dingin makannya.”
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=Di Rumah Sakit Affandi\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Laila tiba di rumah sakit Affandi masih sangat pagi, karena memang dia ada operasi pagi ini yang telah dijadwalkan sebelumnya. Entah mengapa tiba-tiba pikiran Laila terbayang ke wajah Aarav, laki-laki yang dia taksir sekaligus atasannya di rumah sakit keluarga Affandi.
“duh, gue mikir apa sih, ga mungkin dong kalau Tuan Aarav suka sama gue, secara gue kan Cuma remahan kripik kentang yang gagal jadi kripik,” gumam sendiri Laila.
Lalu Laila keluar dari mobilnya dan berjalan menyusuri lorong Rumah sakit yang masih sepi.
“Dokter Laila..” seseorang meneriaki Laila dari belakang, Laila berhenti dan menengok ke belakang.
“Panjang umur bener Tuan Aarav ini, baru aja gue omongin udah muncul aja,” batin Laila.
Dilihatnya Aarav berjalan santai ke arahnya dengan gaya cool nya. Dia memakai setelan formal dan sepertinya akan menghadiri rapat atau apapun itu di rumah sakit ini. Aarav terlihat sangat tampan dan dewasa dengan setelan formalnya.
“Tuan Aarav memanggil saya?” tanya Laila.
“Adakah Laila yang lain di sini?” tanya Aarav kepada Laila dengan senyum jaimnya.
"Tuan Aarav please jangan senyum di hadapan saya, saya bisa meleleh dan mencair jadi butiran serbuk bunga matahari," batin Laila.
“Maaf, sepertinya hanya saya yang bernama Laila,” jawab Laila dengan senyum khasnya dan menunduk.
“Kau mau keruanganmu? Bagaimana kalau kita jalan bersmaa? Kebetulan saya juga hendak ke ruangan meeting.”
“Ahh iya Tuan Aarav, terlihat dari setelan tuan, sepertinya tuan akan menghadiri rapat di sini, mari Tuan Aarav biar saya jalan di Belakang Tuan Aarav”
“Kau jalan disampingku, bukan di belakangku. Kau akan selalu jalan di sampingku.”
Lalila sedikit tersentak dengan kata-kata Aarav, selalu jalan di sampingku, apa maksudnya? Belum habis dengan lamunannya, tiba-tiba saja tangannya di tarik oleh Aarav dan mereka berjalan beriringan lalu berpisah dipersimpangan lorong, Laila belok ke kiri untuk menuju ke ruangannya sedangkan Aarav lurus untuk menuju ke ruang rapat.
Di Ruangan Laila
“Astaga Tuan Aarav tadi sadar nggak sih bilang begitu? Ah kenapa gue jadi merinding gini? Apa maksudnya Tuan Aarav bilang seperti itu? Jangan-jangan dia mau terbangin gue ke langit ke 7 terus nanti kalau udah pinter terbang gue di lepas, biar kalo dihempasin gue nggak jatuh bebas ke tanah, jadinya nggak sakit gitu?”
“Ah Laila, lu kenapa jadi oon sih. Ini pasti oon nya Desi nular ke lu. Idihhh kenapa gue jadi bawa-bawa Desi sih. Dan gue beneran gila karena gue ngomong sendiri.”
Laila mengoceh dengan dirinya sendiri. Sedetik kemudian Laila melihat jam tangannya dan menampilkan jarum panjangnya pada angka sebelas dan jarum pendeknya pada angka delapan.
Menandakan kalau waktu menunjukkan pukul 7.55 dan dia harus segera menuju ke ruang operasi.
Operasi pagi itu memakan waktu hingga 5 jam. Laila bergegas menuju keruangannya untuk melaksanakan solat dhuhur.
Selesai dhuhur, Laila duduk bersandar di kursi kebesarannya karena memang jadwal operasi masih 1 jam lagi. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangannya dan masuk setelah dipersilakan Laila untuk masuk.
Ternyata seseorang itu adalah Aarav. Laila terkesiap dengan kedatangan Aarav, dia segera berdiri dari duduknya dan menyapa Tunanya.
“Tuan Aarav, maaf saya fikir suster Dian yang datang,” Beo Laila masih dengan keterkejutannya.
--jadi suster Dian itu adalah suster yang selalu datang dan membantu Laila saat Laila kerepotan. Mereka berteman dari SMP sampai SMA namun dipisahkan waktu kuliah. Nasib baik menyapa dengan mempertemukan mereka lagi di Rumah Sakit Affandi
“Calm down Laila, saya tidak akan memberhentikan kamu. Hahaha. Emm Laila, apakah nanti malam kamu ada jadwal operasi atau sudah memiliki jadwal dengan orang lain?”
Laila sedikit berpikir dan mengingat-ingat apakah dia memiliki janji atau tidak. Kalau jadwal operasi tentu tidak ada karena Laila ingat betul jadwal operasinya setiap harinya.
“Sepertinya tidak ada Tuan. Apakah ada yang bisa saya bantu?” jawab Laila.
“Baiklah, nanti malam bersiaplah. Saya akan menjemput kamu pukul 7.30 di rumah kamu. Saya akan mengajak kamu untuk dinner berdua, kamu mau, Kan?”
Seperti mendengar klakson truk gandeng. Laila terbengong dengan ajakan Aarav. Ah memang cinta membuat otak Laila lemot dalam berpikir dan mencerna suatu keadaan.
“Bi-bisa Tuan Aarav. Tapi tunggu, apakah tuan tau di mana saya tinggal?” tanya Laila.
“Kamu tinggal di jalan Anggrek no 09, Kan?” jawab Aarav.
“Baiklah nanti malam saya akan bersiap”
Tanpa menaruh curiga, Laila menerima ajakan Aarav. Bahkan Laila tidak curiga sama sekali saat Aarav mengetahui alamat rumahnya. Memang benar, cinta membuat Laila yang cerdas semakin cerdas lagi.
Sesuai janji Aarav, dia menjemput Laila dikediaman Laila. Namun lebih awal karena waktu menunjukkan masiih pukul 19.20.
Aarav disambut hangat oleh ibu Ros dan ayah.
“Selamat malam tante, om. Saya Aarav, temannya Laila. Apakah Laila ada di dalam?" tanya Aarav dengan sopan sambil menyalami kedua orang tua itu sambil memperkenalkan dirinya.
Ibu Ros menyambut dengan hangat dan senyuman meneduhkannya.
“Oh iya, Nak. Laila ada di dalam. Apakah Nak Aarav yang akan menjemput putri kami? Karena tadi Laila bercerita kalau dia akan makan malam di luar malam ini.”
“Iya, tante. Saya yang mengajak Laila untuk makan malam di luar. Apakah om dan tante mengizinkan saya dan Laila untuk keluar bersama?”
“Tentu saja kami mengizinkan, tapi tolong dijaga anak gadis kami ya dan jangan pulang terlalu larut.” Kali ini ayah yang menimpali pertanyaan Aarav.
Sesaat kemudian Laila muncul dengan balutan dress longgar berwarna navy dan beraksesoris pita senada di bagian pinggangnya. Dress yang dipakai Laila sepanjang betis atas sehingga menampakkan kaki indahnya yang dibalut sepatu heels warna hitam. Laila membawa selempang warna silver di pundak kirinya. Rambutnya dibiarkan tergerai.
Sedetik Aarav nampak terpesona dengan penampilan Laila yang sederhana namun nampak elegan.
“Tuan sudah datang? Saya sudah siap tuan.” Laila memecah kekaguman Aarav. Kemudian mereka berpamtan pada ayah dan ibu Laila.
Aarav terpeona dengan penampilan sederhana Laila yang malah makin memancarkan kecantikan alami yang dimilikinya. Dengan sapuan make up tipis di wajah Laila, itu malah semakin membuat gadis itu terlihat manis.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Alanna Th
ada mksd lain sptny
2023-12-10
0
Conny Radiansyah
Aarav serius suka Laila, atau ada maksud lain
2021-02-20
1
dingding
Aarav sopan ya, minta ijin dulu sama ayah dan ibunya Laila
2021-02-08
0