Aarav Pov
Dia Laila, orang yang selama ini gue cari. Ternyata dia kakaknya Desi, gebetannya temen gue sendiri. Hmmm bener-bener sempit emang dunia ini.
Dan parahnya lagi, dia kerja di rumah sakit orang tua gue.
Gue kemana aja selama ini sampe-sampe gue ga tau kalo dia, orang yang gue cari selama 1 tahun ini, kerja di rumah sakit orang tua gue.
Dan kenapa gue jadi keder gini kalo ketemu Laila, pertama waktu di Lift apartemen Dava dan tadi malam? Oh God, semoga gue ga jatuh cinta sama si Laila.
Gue harus selidiki si Laila lebih dalam lagi, gue bisa gunain adeknya buat mengorek informasi tentang si Laila. Sambil gue memperkuat bukti-bukti itu.
End Aarav POV
Astaga gue ketemu sama Tuan Aarav? Astaga ternyata cowok yang gue taksir itu Tuan Aarav? Oh God, kalo jodoh tolong gue dong jangan dikasih ke orang.
“aww” Laila terkejut saat sebuah bantal mendarat dengan mulus di wajahnya.
“Desi!! Astaga, kamu ga sopan banget sama kakak, kakak potong nih uang jajan kamu.”
Desi menyengir sambil menampilkan dua jari tangannya membentuk huruf V.
“eheheeh maaf kak, lagian Kak Laila dateng-dateng langsung senyum-senyum sendiri sih. Bukannya salam malah ga jelas gitu, kan takutnya kakak kesambet mamang yang jualan nasi goreng.”
“Enak aja kalo bilang, kakak masih waras ya. Ini nih kakak beli 2 porsi, kamu mau nggak?"
“Idiiih kak La make nanya lagi, kalau masalah santap menyantap sama Desi mah ga usah ditanya, pasti maunya xixixixi”
“Yaudah, ayok ke meja makan kita makan nasi gorengnya.”
Desi dan Laila makan nasi goreng tersebut bersama di meja makan dan setelahnya mereka menonton film hingga larut.
"Des, udah larut nih, ayok tidur, besok kamu ada kuliah kan? Besok kakak juga mau balik ke kota D.”
“Yaudah kak ayok tidur.”
Desi dan Laila berjalan beriringan ke kamar yang ada di apartemen itu. Karena apartemen tersebut hanya memiliki 1 kamar, sehingga Desi dan Laila tidur dalam kamar yang sama
_________________Keesokan harinya._________________
“Kakak masak apa sih?” Tanya Desi yang mencium aroma masakan dari arah dapurnya.
“Tumben tuan putri masih jam 7 udah bangun, kakak Cuma bikin sandwich pisang buat sarapan,” jawab Laila
“Iooh,” Desi menjawab sambil mendaratkan bo***g nya di kursi meja makan.
"Kak, Desi mandi dulu deh, muka Desi ileran gini, ga enak banget di liat hahaha” sahut Desi tiba-tiba saat setelah dia melihat pantulan dirinya di kaca transparant tempat menyimpan perabotan dapur.
“Mandi dulu sana, baru nanti kita sarapan bareng,” ujar Laila santai masih fokus dengan kegiatan membuat sandwichnya.
Setelah sandwich siap, Laila menghidangkan di atas meja makan dengan 2 piring, satu untuk dirinya dan satu lagi untuk Desi.
Setelah selesai mandi, Desi kembali menuju ke meja makan dan mereka sarapan
“Kakak mau pulang jam berapa?” tanya Desi pada Laila kakaknya setelah selesai dengan kegiatan sarapannya.
“Emmm mungkin nanti sekitar jam 1 siang”
“Ooooh oke kak, kalo gitu anterin Desi ke kampus dulu ya, Desi ada kelas nanti jam 10.”
“Siap tuan Putri, tapi kalau kakak ga bisa jemput kamu gimana?”
“Gampanglah kak, nanti aku bisa naik takasi online atau nebeng temen kampus yang searah sama Desi.”
Siang harinya, setelah Laila mengatarkan Desi ke kampusnya, dia mendapakan panggilan dari rumah sakit kalau akan ada bedah pukul 1 siang dan Laila harus segera kembali. Lalu Laila mengirimkan pesan pada Des kalau dia harus segera kembali.
Setibanya Laila di rumah sakit tempatnya bekerja, Laila bergegas melaksanakan ibadah Solat Dhuhur dan langsung menuju ke ruang operasi.
Operasi memakan waktu yang cukup lama, sampai-sampai Laila melewatkan makan siangnya.
Laila bergegas melaksanakan solat Ashar setelah selesai operasi tersebut.
Selesai Solat, dia hendak menuju ke kantin rumah sakit, namun tiba-tiba ada seseorang yang menarik pergelangan tangannya hingga Laila membalikkan badannya.
“Tuan Aarav? Apakah tuan ada perlu dengan saya?” tanya Laila yang ternyata orang itu adalah Aarav
“Tidak Laila, aku hanya tidak sengaja melihatmu, kau mau kekantin? Bagaimana kalau kita bersama-sama kekantin?”
“Emmmm tunggu, dari mana Tuan Aarav tau kalau saya mau ke kantin?” tanya Laila yang sedikit kepo, dia berpikir apakah atasannya itu seorang paranornal hingga bisa menebak kemana Laila akan pergi.
“Aku hanya menebak saja Laila, apa itu penting untukmu?”
“Ohh, tidak, maaf kalau pertanyaan saya menyinggung, Anda.”
“Sudahlah lupakan, ayo kita ke kantin,” sahut Aarav.
Laila tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian mereka berdua bergegas menuju kantin rumah sakit karena memang kenyataannya cacing-cacing dalam perut Laila sudah berdemo sejak dari tadi.
“emmm Laila, apa kau sudah punya pacar?”
tanya Aarav yang tiba-tiba dan membuat Laila tersedak, bahwasannya Laila sangat sensitif untuk pertanyaan itu.
Laila hanya mencari dan menginginkan seseorang yang tulus mencintainya, bukan yang menginginkan tittle Laila sebagai seorang dokter bedah atau karena fisiknya yang terbilang cukup menarik.
“uhukk…uhukk…uhukk” Laila mengambil minumnya dan meminumnya.
“Maaf, Tu-tuan Aarav. Emmm sa-saya belum memiliki kekasih,” jawab Laila sambil menunduk.
Laila merutuki kebodohannya sendiri karena gugup yang melandanya dan jantungnya yang berpacu dengan sangat cepat, seperti orang yang baru saja selesai lari maraton.
"Bagus, itu akan lebih memudahkan rencanaku," ucap Aarav di dalam hati.
Suasana menjadi sekiti canggung, Laila sibuk dengan makanannya begitu pun dengan Aarav.
Setelah selesai makan.
“Laila, apa setelah ini kamu masih ada jadwal operasi?” tanya Aarav.
“Sebenarnya tidak ada, tapi tidak tau kalau ada operasi mendadak seperti tadi.”
“Lalu kau mau kemana?” tanya Aarav pada Laila.
“Sepertinya saya akan pulang ke rumah,” jawab Laila.
“Baiklah Laila, hati-hati di jalan.”
Laila pergi setelah Aaron berucap demikian. Laila sangat bahagia karena yang dia tau, Aarav mengunjungi rumah sakit untuk bertemu dengan dirinya.
“Untung saja Laila tidak bertanya kenapa gue bisa sampai sini, tapi kenapa perasaan gue ke Laila berbeda dari perasaan gue ke cewek-cewek lain? Ah bukan apapun.” Aarav bergumam sendiri dan menepis segala pikiran-pikiran yang tidak diinginkannya.
Fokusnya hanyalah rencananya dengan Amanda harus berhasil.
Mobil Laila memasuki pekarangan rumah yang tidak terlalu luas namun nampak sangat asri karena bagian depannya terdapat tumbuhan-tumbuhan hijau yang sangat menyejukkan mata. Yappp. Itu adalah kediaman Laila dan keluarganya.
Laila masuk ke dalam menyegarkan diri dan bergabung dengan ibunya yang sedang duduk di taman minimalis belakang rumahnya.
...***************...
Komen yaaa, jempolnya ditekan-tekan juga guis. Salam hangat dari Rasti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Alanna Th
zuka crita" dokter. smoga author sukses selalu
2023-12-10
0
ARSY ALFAZZA
semangat selalu thor
2021-03-03
0
Je Moeljani
Annyeong👋👋👋
✓mampir
✓2 like
Sukses dan selalu semangat ya kakak Author❤️❤️❤️
Jangan lupa dukung karyaku ya..
Gomawo🙏🙏🙏
From 'Hope for Happy Ending'
2021-02-21
0