Aarav terpesona dengan penampilan sederhana Laila yang malah makin memancarkan kecantikan alami yang dimilikinya. Dengan sapuan make up tipis di wajah Laila, itu malah semakin membuat gadis itu terlihat manis.
“Kau sempurna malam ini. Ternyata kamu bisa juga tampil anggun tanpa balutan jas putih kebesaran mu itu,” ucap Aarav sedikit bergurau.
Laila hanya tersenyum menanggapi kekaguman Aarav pada dirinya.
“Baiklah, Tuan. Mari kita berangkat sekarang,” ucap Laila sambil tersenyum.
Kemudian Aarav memohon izin pada Ayah dan Ibu Ros untuk dinner bersama Laila malam ini.
Di dalam mobil, mereka tidak banyak bicara. Aarav sibuk dengan pikirannya sendiri. Sedangkan Laila? Jangan ditanya, dia sudah sangat gugup. Bahkan telapak tangannya terus-terus an mengeluarkan keringat dingin.
“Kita sudah sampai,” Ucap Aarav memecah keheningan di dalam mobil itu.
Aarav keluar lebih dulu dari dalam mobil mewahnya kemudian dia membukakan pintu untuk Laila dan menarik tangan Laila dengan lembut.
Bahkan dia menggandeng tangan Laila untuk masuk ke dalam Restoran mewah tempat mereka dinner.
“Kita dinner di ruangan privat?” tanya Laila karena mereka masuk ke ruangan yang didalamnya hanya ada mereka berdua
“Ya, Kita dinner di sini," balas Aarav sambil tersenyum.
Laila duduk dengan anggun pada kursi yang telah disediakan sedangkan Aarav duduk juga pada kursi di depan Laila.
“Ini buku menunya, kau bisa memilih menu apapun yang kau mau,” ujar Aarav sambil menyerahkan buku menu pada Laila.
Laila menerima buku menu tersebut dan mulai meneliti menu di dalam buku tersebut. Sedetik kemudian, dia mengucapkan menu yang dia pesan.
Aarav memanggil pelayan dan membacakan menu yang mereka pesan pada pelayan tersebut.
“Ehemmm Laila, sudah berapa lama kau bekerja di Rumah Sakit Affandi?” tanya Aarav memecah keheningan diantara keduanya.
“Saya bekerja di Rumah Sakit Affandi belum lama. Baru sekitar 7 bulan.”
“Lalu sebelumnya kau bekerja di mana?” tanya Aarav karena dia ingin memastikan sesuatu pada Laila.
“Sebelumnya saya bekerja di Rumah Sakit Daerah Kota C, Tuan,” jawab Laila tanpa ada kecurigaan sedikit pun.
“Apakah kau mengenal Amanda?” tanya Aarav sedikit seduktif
Laila yang ditanya mengenai Amada, dia sedikit terkejut dan gugup.
“Maaf tuan. Dari mana Tuan Aarav mengenal Amanda? Oh iya saya mengenal Amanda, tetapi dia sudah meninggal. Dia meninggal di ruang operasi, di Rumah sakit di Kota C. Saat itu keadaan sangat parah”
Laila menarik nafasnya, dia berusaha menceritakan kejadian yang merenggut nyawa sahabat terbaiknya.
“Malam itu, saya dan Amanda baru saja pulang dari rumah sakit tempat saya dan Laila bekerja. Keadaannya sudah sangat larut. Karena saya ada operasi mendadak hingga pukul 1 dini hari. Saya sudah menyuruh Amanda untuk pulang terlebih dahulu, tapi dia bersikukuh untuk menunggu saya. Akhirnya kami bedua pulang dengan saya yang mengendarai mobil. Tetapi, di tengah jalan, yang kebetulan saat itu sepi kami dihadang beberapa orang. Awalnya saya ingin menabrak mereka saja, tetapi Amanda bersikeras untuk jangan menabrak mereka.”
Sampai di situ pelayan datang mengantarkan pesanan mereka.
“Cukup Laila, kamu terlihat belum siap menceritakannya. Minum dulu," ujar Aarav sambil menyodorkan gelas berisi minuman.
“Terimakasih, Tuan Aarav.” Laila menerima minuman tersebut kemudian meminumnya. Jujur saja dia merasa gemetaran pada tubuhnya. Dia mungkin belum siap membuka kembali memori yang sudah lama berlalu tersebut.
“Laila, makanlah makananmu,” Aarav kembali berujar.
Sungguh saat ini dia ingin mendengarkan lebih banyak lagi dari mulut Laila. Namun, dia urungkan. Dia dapat melihat ketakutan di mata Laila
"gue bener-bener penasaran dengan malam itu, tapi gue ga mau paksa dia cerita lebih dalam tentang kejadian itu. Dia seperti ketakutan. Sepertinya memang benar apa yang dikatakan nyonya Ambar kalau Laila lah yang menyebabkan Amanda mati," batin Aarav
Setelah merasa tenang, Laila mulai menyendokkan makanannya ke dalam mulutnya.
“Oh iya, Tuan. Dari mana Tuan Aarav mengetahui tentang Amanda?”
“Oh, bukan dari mana pun. Kami hanya sebatas kenal, Laila.”
Laila ber “O” ria dengan menunjukkan bibirnya yang membentuk huruf O
“Ehemmm, Laila bagaimana kalau saya menyukai kamu?” Tanya Aarav spontan
“Uhukkk uhukk uhukkkk…” Laila terbatuk mendengar pertanyaan yang sebenarnya lebih mengarah ke pernyataan. Dia mengambil air minumnya dan minum l untuk meredakan batuknya.
“Tuan, kalau anda ingin bercanda setidaknya beri aba-aba dulu pada saya agar saya bisa bersiap-siap untuk tertawa,” jawab Laila dengan sedikit tawanya.
Aarav hanya tersenyum, dia melihat handphonenya dan jam di handphone menunjukkan pukul 22.45. Dia membuka aplikasi pesan dan menanyakan kepada seseorang apakah persiapan di sana sudah beres atau belum. Orang diseberang menjawab bahwa persiapan sudah 100% beres.
Makanan Aarav sudah habis. Dia diam sambil memerhatikan Laila yang masih memakan makanannya. Laila yang ditatap seperti itu merasa sedikit gusar karena dia tidak biasa ditatap lawan jenis seintens itu.
“Saya sudah selesai. Bagaiamana dengan, Tuan?” suara Laila menginterupsi Aarav
“Oh saya juga sudah selesai. Kita pergi sekarang?”
“ehemm,” jawab Laila berdehem sambil menganggukkan kepalanya.
Aarav berdiri dari kursinya lalu mengambil tangan Laila yang ada di atas meja dan membawanya keluar dari restoran dengan lembutnya
"Mmm tangan Tuan Aarav sangat terasa besar menggenggam tanganku. Oh Tuhan, sepertinya jantungku sebentar lagi akan bertukar tempat dengan ginjal," batin Aarav.
1 jam setengah, waktu yang digunakan menempuh perjalanan, mereka telah sampai. Bukan ke rumah Laila melainkan ke tempat yang sudah disiapkan Aarav sebelumnya.
“Laila, kita sudah sampai” Aarav berusaha membangunkan Laila dengan lembut sambil menyentuh tangan Laila yang berada dipangkuannya sendiri.
“Ahh maaf Tuan, saya tertidur.”
“Tunggu Tuan, kita di mana? Kenapa di sini sangat gelap. Tuan tidak berniat macam-macam pada saya bukan?” Laila bertanya saat dia sudah tersadar.
Bukannya menjawab, Aarav malah memasangkan kain penutup mata kepada Laila
“Tuan! ini apa?”
“Sssttttt, diamlah Laila. Saya akan membawamu ke suatu tempat. Kamu cukup menurut pada perintahku.”
Aarav membawa Laila keluar dari mobil dan berjalan menuju ke lift. Lift melesak ke atas. Laila dapat merasakan kalau mereka dengan berada di dalam lift.
Sampai pada tempatnya, Aarav membuka penutup mata yang dikenakannya pada Laila.
SURPRISEEEE!!!!
Ternyata dia berada di sebuah rooftop dan di sana sudah ada beberapa orang. Ada kedua orang tuanya, adiknya, tuan dan Nyonya Affandi, serta Dava, sahabat dari Aarav.
“Selamat ulang tahun sayang, astaga, putri Ibu sudah 26 Tahun. Kapan kau akan membawa calon suami” ucap Ibu Ros dengan senyum dan tawanya.
Satu persatu mereka yang di sana mengucapkan selamat ulang tahun kepada Laila. Tapi dia sedikit bingung, kenapa ada Tuan dan Nyonya Affandi?
Saat Laila sedang berbincang dengan Nyonya Affandi mengenai pekerjaannya, Aarav berdiri di belakang Laila kemudian dia berlutut lalu mengeluarkan sebuah cincin bertabur berlian dari kantong celananya.
“Laila Kusuma Wardani, malam ini, aku, Aarav Affandi ingin melamarmu, meminangmu menjadikan mu istriku. Bersediakah engkau Laila Kusuma Wardani untuk menerima pinanganku?”
...****************...
See you next. Jangan lupa jempol-jempolnya jangan lupa komen jangan lupa vote. Salam hangat dari Rasti
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Alanna Th
critanya prnkhn balas dendam?
2023-12-10
0
Nonce Abuno
ku curiga
jangan2 Amanda mntnya Aarav
2021-02-20
2
Conny Radiansyah
serius...koq curiga ya..
2021-02-20
0