Why

Why

Putih Abu-Abu

Bagi yang suka alur cerita yang greget, memacu emosi dan air mata, maka cerita ini sama sekalinya bukan pilihan yang tepat.

Tapi kalau cari cerita lain daripada yang lain, saya jamin ini akan berbeda dari yang pernah kalian baca.

Happy Reading

🌺hem... 🌺

* * *

" Liaaaaaa..tungguuuuu " suara lantang terdengar dari seorang gadis cantik yang tengah berlari .

Ia sedang berusaha menyusul langkah cepat temannya yang sudah berada jauh diujung selasar kelas.

Gadis cantik berkulit putih, dengan tinggi 160 cm dan bentuk tubuh yang tergolong standar untuk ukuran para remaja pada umumnya.

Yona ,namanya. Ia merupakan salah satu gadis tercantik di tempatnya menempuh pendidikan sekolah menengah atas.

Berbeda dengan gadis yang ia panggil dengan nama Lia tadi.

Lia gadis yang sederhana. Namun untuk bentuk tubuh , ia sedikit berbeda dari kebanyakan remaja .

Beberapa bagian tubuh Lia memilki kelebihannya sendiri .

Dimana bokong dan bagian dadanya tumbuh lebih mengembang. Namun hal itu tidak begitu terlihat, karena seragam yang ia kenakan sengaja ia buat longgar.

Kulitnya kuning langsat, wajahnya juga terbilang lumayan. Hanya ginsul disisi kiri mulutnyalah yang menjadi pemanis ketika ia sedang tersenyum.

Selain perbedaan fisik yang begitu mencolok, sifat keduanya punya juga bertolak belakang.

Selain berparas cantik, Yona adalah sosok yang begitu lugu dan polos.Ia juga selalu bersikap ramah dan juga murah senyum.

Dan sayangnya, hal itu disalah tanggapi oleh sebagian siswi yang menaruh iri padanya.

Mereka menanggap , semua sikap manis yang Yona tunjukan hanyalah agar semakin banyak siswa laki-laki yang akan tertarik padanya.

Karena itu meski sudah mencoba membaur, Yona tetap saja sulit mendapatkan teman.

Berbeda dengan sahabatnya . Lia adalah pribadi terkesan cuek dan jutek . Namun ia disisi lainnya ia sangat suple dan memiliki gaya bahasa yang blak-blakan yang justru hal itu membuatnya cukup disenangi oleh orang disekitarnya.

* * *

Yona berhasil menyusul teman yang sejak TK selalu satu sekolah dengannya.

Jika yang satu selalu tampil dengan rambut lurus tergerai , ditambah lagi poni samping yang menutupi kening mulusnya, berbeda dengan gadis satunya yang selalu terlihat menguncir habis rambutnya kebelakang dan mengikatnya menjadi satu.

Yona tampak merenggut, itu karena Lia yang sudah mulai mengeluarkan jurus seribu satu albumnya.

Lia tak perduli pada sekitar, dimana banyak pasang mata melihat kepada mereka.

Ia terus saja mengomeli Yona karena kebiasaan yang selalu menghabiskan waktu yang lama saat berada dikamar mandi, seperti tadi.

Satu persatu ruang kelas mereka lewati menuju kantin dan beberapa kali mereka harus menghadapi godaan berupa siulan ataupun sapaan dari para siswa laki-laki.

Dan tentu saja itu hanya ditujukan pada Yona, yang terkenal sebagai primadona dari kelas 1.

Yona tertunduk takut dan merapatkan tubuhnya pada Lia, bahkan sampai memegang erat lengan sahabatnya itu.

" kan ! Gara-gara nungguin kamu yang lamanya minta ampun dikamar mandi tadi.

Liat tu !! Kantin udah penuh sesak " cetus Lia menunjuk Yona yang terlihat menarik lehernya kebelakang saat telunjuk itu mengenai jidatnya.

Ia tak mau tersentil oleh ujung jari Lia yang kukunya panjang. Lia memang jarang memotongnya karena alasan tak nyaman memliki kuku yang pendek.

Tapi ketika waktu razia kedisiplinan sekolah tiba , mau tak mau iapun harus memotongnya .

Namun setelah itu, ia akan kembali memanjangkannya lagi.

Sedikit dari sisi Lia yang lainya. Ia cukup gigih pada pendiriannya dan juga keras kepala.

Mereka kini berhenti tepat di deretan kantin yang sudah dipenuhi oleh para siswa-siswi berseragam putih abu-abu. Sama halnya dengan yang mereka kenakan .Karena mereka juga merupakan bagaian dari murid sekolah negri tersebut.

" maaf " Yona mencoba membujuk Lia yang sudah terlanjur kesal .

Seperti biasa Lia memang kurang sabaran dan Yona hapal betul akan hal itu.

Sedikit saja salahnya, pasti akan memancing kekesalan gadis yang mulai kembali mengomelinya.

" hais.. Jangan elus-elus geli tau !!" Lia menarik lengan saat merasa jika Yona mulai membelainya lembut.

Padahal Yona hanya berniat untuk memenangkan susana hatinya saja.

Terlihat jelas jika raut wajah itu tengah meredam marah. Jika saja Yona bukan teman seperjuangan yang kebetulan juga tinggal satu gang dengannya,

maka gadis itu pasti sudah ia depak dari tempatnya berdiri.

" hais, mana aku udah lapar banget " Lia melirik jam yang melingkar di pergelangan kanannya.

" ya, uda aku traktir deh. Tapi jangan marah lagi, ya "

" traktir katamu ? Coba lihat ? Mereka kumpul uda kaya kerumunan pembagian sembako ? Kamu pikir masih ada tempat untuk kita bisa makan ?" Lia menunjuk kerumunan murid di hadapan mereka.

" kita trobos aja " Yona masih berusaha membujuk dengan tersenyum selebar mungkin.

" gimana caranya mau diterobos ?

gak kapok kamu dengan kejadian kemaren ? "

Lia mengingatkannya akan kejadian beberapa hari lalu.

Saat dimana mereka dengan nekatnya mencoba menerobos antrian di salah satu kantin yang ramai.

Dan tanpa mereka duga, jika beberapa tangan justru mengambil kesempatan itu dengan sengaja mendekat untuk dapat menjamah dan menggerayangi tubuh Yona .

Untung saja hal itu dengan cepat Lia sadari, ia segera menarik sahabatnya itu keluar dari kerumunan yang didominasi oleh para siswa laki-laki.

Sambil memaki para pelaku cabul tersebut, Lia pun segera membawa Yona pergi dari sana.

Karena kejadian itu, Yonapun harus menerima omelan Lia .

Namun ia sama sekali tak menaruh marah. Karena ia tau jika semua yang Lia lakukan semata-mata karena Lia peduli dan tentu saja untuk melindunginya.

Inilah yang paling Lia tak habis pikir. Kenapa gadis cantik selalu menjadi incaran dan perebutan tak berguna dari para remaja laki-laki yang sedang dalam masa puber.

Kadang Lia merasa beruntung terlahir dengan tampang biasa saja. Jadi ia tak harus mengalami hal tak menyenangkan yang sering menimpa Yona .

Ia ingat saat pertama kali mereka masuk ke sekolah . Yona harus berurusan dengan salah satu kakak kelas perempuan yang menuduh jika Yona tengah mencoba memikat pacarnya yang merupakan salah satu murid kelas tiga .

Beruntung Yona memliki teman super tangguh seperti Lia yang selalu siap pasang badan untuknya.

Yona bersyukur, terlepas dari sikap tempramen Lia. Sahabat karibnya itu selalu ada untuknya.

* * *

" kalau di kantin ujung aja, gimana ? " Yona masih membujuk Lia yang terlihat tak berhenti menelan liur .

Kedua mata Lia sejak tadi tertuju pada apa yang ada di hadapannya .

Melihat betapa nikmatnya mereka yang dengan lahap menyantap aneka hidangan kantin.

" yakin? " Lia menatap sahabat bermata beloknya itu.

Yona tersenyum kecil, ia sebenarnya agak ragu. Namun memikirkan perut keroncongan Lia , ia pun akhirnya memberanikan diri untuk mengangguk meyakinkan.

Tempat yang mereka maksud adalah kantin yang terletak paling ujung , yang selalu sepi dari pembeli.

Kabarnya hanya anak-anak tertentu yang menjadi pembeli disana. Dan biasanya digunakan untuk hal-hal lain selain makan.

Lia dan Yona saling menatap, seiring dengan majunya langkah kaki mereka menuju kantin yang dimaksud.

Benar saja, ketika sampai mereka tak mendapati satupun murid di kantin tersebut.

" buruan pesan, waktu istirahat tinggal 10 menit lagi " Lia setengah berbisik.

Lia sedikit mendorong tubuh Yona untuk masuk ke dalam sana.

Sementara ia menunggu dengan berdiri didepan jejeran kursi dan meja kosong yang tersusun di luar kantin.

"Bu..bu..bu.buukk.. " Yona terbata dengan rasa was-was .

Berharap jangan sampai ia menemukan siswa nakal .

Ia ingat beberapa rumor yang beredar bahwa kantin ujung yang ia pijak kini, biasa dijadikan markas para siswa nakal berkumpul untuk melakukan aktifitas terlarang.

" ya, neng... mau pesan apa " senyum sumeringah pemilik kantin yang tampak begitu bahagia karena didatangi pengunjung.

" pesan mi rebus dan es tehnya dua, ya bu " ucap Yona dengan suara serendah mungkin sambil mengangkat dua jarinya.

" krupuk "suara teriakan Lia dari luar .

Yona mendengus kesal. Padahal ia sudah berusaha agar tak berisik namun sahabatnya itu justru berteriak nyaring.

" sama krupuk bu " Yona menyampaikan.

" bakwan juga " Lia lagi.

" bakwan bu '' Yona yang sudah terlihat pasrah.

Sia-sia rasanya ia bersikap waspada tadi.

" iya, neng duduk aja. Nanti ibu antar pesanannya keluar "

" apa gak bisa makan didalam aja, bu ?

Gak ada orang juga, kan ? "

" jangan, neng.. " si pemilik kantin menggeleng dengan raut wajah yang sulit di artikan.

Wanita paruh baya itu mendekat, sambil melambaikan telapak tangannya sekali. Yona yang paham akan bahasa tubuh itupun langsung mendekatkan telinga kanannya.

" ada dua anak laki-laki yang lagi ngerokok dibelakang.

Kalo mereka tau ibu terima orang makan didalam, bisa-bisa ibu disuruh pindah dari sini " bisiknya.

Yona mengangguk.

Ternyata situasi tak seaman yang ia perkirakan.

Dengan langkah mengendap-endap ia pun keluar.

Segera ia menghampiri Lia untuk menyampaikan tentang apa yang tadi di katakan oleh si pemilik kantin .

Tak lama kemudian bu Ratih, si pemilik kantin datang membawa nampan berisikan pesanan mereka.

Ia lalu ikut duduk menemani kedua gadis itu.

" makan, bu.. " ucap Lia agak canggung karena harus makan dengan diperhatikan oleh bu Ratih.

" maaf, ibu menganggu.

Tapi gak papa kan kalau ibu duduk di sini ?

Soalnya didalam ibu gak ada kerjaan "

Lia mengiyakan, lalu mulai melahap makanannya dengan cepat karena memang ia sudah sangat lapar.

berbeda dengan Yona yang sudah tak berselera lagi, mengingat ucapan Bu Ratih jika tengah ada kegiatan terlarang dibelakang sana.

Rasa trauma masih menghantuinya. Dulu ia pernah tak sengaja memergoki sekelompok siswa yang tengah merokok di belakang kamar mandi perempuan.

Kebetulan saat itu Lia tak masuk sekolah karena sakit.

Jadi tak ada yang menemaninya seperti biasa.

Ia lalu dipaksa untuk ikut melakukan hal tersebut.

Kejadian itu pun begitu membekas diingatan dan membuatnya membenci hal yang berhubungan dengan rokok.

" sudah ? kalau uda ayo buruan kita balik ke kelas " Yona menarik tangan Lia yang baru saja menyeruput habis es tehnya.

" kamu gak makan ?" tunjuk Lia pada mangkok yang terlihat sama sekali belum disentuh.

Yona menggeleng.

Lia pun segera mengambil alih mangkuk tersebut dan dengan segera menghabiskannya .

" Lia " Yona setengah merengek.

" bayar dulu, Na.

Kan, kamu tadi uda janji mau traktir "

Yona mengeluarkan dua lembar sepuluh ribu dan memberikannya pada bu Ratih.

" Ntar ya, neng ibu ambil kembalinya "

Tak lama setelah masuknya bu Ratih terdengar dua suara anak laki-laki tengah berbicara di dalam sana.

Menyadari hal itu, sontak membuat Yona dan Lia saling merapat dan berpegangan tangan.

Mereka sedikit menundukkan kepala saat dua anak laki-laki itu keluar dan berdiri di mulut pintu kantin.

Tak berani melihat siapa mereka, Yona bahkan sampai memejamkan kedua matanya.

" kalian tau kantin ini tempat apa? " suara salah satu dari kedua anak laki-laki.

" i.. i.. iya " dengan segenap keberanian yang ia punya, Lia menjawab.

Selalu saja, di situasi seperti ini ia yang akan menjadi tameng perlindungan bagi teman bidadarinya ,Yona.

" lain kali tanya dulu sama bu Ratih

Kalian boleh apa enggak makan disini.

Apalagi kalo ada kami. Paham ?

Awas aja kalau kalian berani bergosip apalagi sampai mengadu ke guru tentang apa yang kami lakukan dibelakang tadi "

Lia memberanikan diri untuk menegakkan kepalanya.

Dua anak laki-laki yang merupakan kelas tiga jurusan IPA lah yang kini ada dihadapannya.

Alex yang merupakan anak pindahan baru. Ia adalah salah satu anak pengusaha kaya raya di kotanya.

Selain terkenal karena ketampanannya ia juga terkenal karena sudah 4 kali pindah sekolah.

Terakhir bahkan ia baru saja dikeluarkan dari salah satu sekolah swasta bergengsi yang hanya dihuni oleh para anak konglomerat.

Dan satunya lagi, siapa tak kenal dengan Arya Dewantara. Mantan ketua OSIS sekaligus anak kepala sekolah. Lelaki berkacamata minus yang tampangnya tak kalah dari Alex. Arya merupakan anak laki-laki yang sangat jarang bicara namun begitu digilai banyak siswi di sekolahnya.

" kami janji kak , gak akan ngomong kemana-mana atau kesiapa-siapa " Lia mencoba tegas meyakinkan.

Ia sempat beradu pandang dengan kedua siswi itu. Namun karena sorot mata itu begitu tajam menusuk, Lia dengan cepat kembali menunduk.

" maaf, lain kali kami gak akan kemari lagi " ucap Yona berdiri dari duduknya dan menarik Lia untuk bergegas pergi dari sana.

" neng.. kembalinnya " bu Ratih berteriak memanggil kedua gadis yang sudah melangkah semakin jauh dari kantinnya.

Karena masih terdengar oleh keduanya, Lia pun melepas pegangan tangan Yona dari lengannya.

Ia berbalik, lalu berlari kembali ke kantin tadi dimana masih berdiri Alex dan Arya di sana.

Memilih bermasa bodoh, Lia melewati dua laki-laki itu dan langsung mengambil selebar uang kertas lima ribu dari tangan bu Ratih.

Secepatnya juga ia berbalik dan kembali melangkah dengan melewati begitu saja dua kakak kelasnya itu .

Alex dan Arya hanya menatap heran pada gadis yang baru saja dengan berani mengacuhkan mereka.

* * *

Keesokan harinya.

" Lia ada pesan, nih. Istirahat nanti, kalian diminta pergi ke kantin ujung " ucap Rena salah satu teman sekelas mereka.

Yona dan Lia yang duduk sebangku itu lalu saling memandang, pertanyaan yang sama memenuhi isi kepala mereka.

" gak.. gak bole... jangan kesana .Mereka pasti ngincar kamu, Na...Pokoknya, apapun yang terjadi kita gak boleh kesana " ucap Lia mengelus Yona yang sudah mulai panik.

Bukan kali pertama Yona mendapat pesan seperti tadi. Karena memang ada beberapa anak laki-laki yang sedikit nekat untuk mendekati Yona dengan cara yang tak biasa.

Dan hari itupun berlalu dengan Yona dan Lia yang memilih untuk tetap di kelas selama waktu istirahat .

* * *

Keesokan harinya.

" woi, kalian berdua ! Dii suruh ke kantin ujung, tuh " Kembali Rena menyampaikan pesan yang sama seperti kemarin.

Lia menggelengkan kepalanya beberapa kali saat melihat Yona yang sudah kembali panik.

Lia berusaha untuk meyakinkan Yona bahwa ia akan selalu ada menemani apapun yang terjadi.

Hingga setelah seminggu pesan itu tak pernah berhenti disampaikan pada keduanya .

Yang memaksa mereka untuk tidak ke kantin sementara waktu.

" besok kita bawa bekal aja dari rumah "

Lia yang tengah menahan lapar dengan memegang kedua perutnya.

Yona yang masih diliputi ketakutan hanya mengangguk perlahan , menyetujui ide sahabat yang sudah menjadi korbannya seperti biasa

* * *

Hari berikutnya.

Lia dan Yona tampak sedang ngobrol ringan ala anak remaja pada umumnya. Mereka juga tampak menikmati bekal yang mereka bawa dari rumah masing-masing.

Saking asiknya mereka tak menyadari jika sedang ada kehebohan diluar kelas.

Dua siswa paling populer di sekolahnya itu kini tengah berjalan menuju dan mulai memasuki kelas mereka.

" Lia " Rena yang kebetulan juga berada dikelas mencoba menyadarkan keduanya yang masih belum menyadari kedatangan Alex dan Arya yang sudah berada dalam kelas mereka.

Sudah menjadi kebiasaan , pasti nama Lia lah yang selalu dipanggil meskipun hal itu mengenai Yona.

" apaan sih, ganggu orang aja " cetus Lia dengan wajah super juteknya .

Tiba-tiba terdengar suara dua kursi ditarik kasar lalu di hentakan di sisi kedua meja.

Yona dan Lia tersentak kaget.

Alex meletakan kursi tepat di samping Yona dan Arya di samping Lia.

Dengan isyarat yang diberikan Alex, Rena yang paham akan maksud dari menggeser leher kearah pintu itupun segera pergi meninggalkan kelas .

Dan kini hanya ada mereka berempat saja di ruang kelas tersebut.

Lia dan Yona perlahan memutar tubuh mereka secara bersamaan.Seketika wajah keduanya tampak pias mendapati dua siswa yang mereka temui di kantin ujung seminggu yang lalu.

" apa pesan ku ke anak-anak gak disampaikan ke kalian ? Atau kalian yang dengan sengaja mengacuhkannya ? " tanya Alex mengedarkan tatapan tajam secara bergantian pada dua gadis yang ada dihadapannya.

" ek.. em... " Yona mulai panik, keringat dingin mulai terasa ditelapak tangan yang tengah digenggaman Lia.

" gini, kak.. Kami uda sering, em.. maksudnya Yona uda sering di kirimin pesan kaya gitu.

Terus dia takut aja kalau nanti dia di macem-macemin.

Lagian mana kami tau kalo pesan itu dari kakak berdua "Lia memberanikan diri beradu pandang dengan kedua kakak kelasnya .

Tampan memang, dari segi penampilan pun mereka jelas jauh darinya yang hanya anak dari keluarga sederhana.

" yang bilang pesan itu buat Yona siapa ? " tanya Alex dengan wajah khas meremehkan.

Ya , Alex terkenal akan keangkuhan dan juga kesombongannya. Hal itu dianggap wajar oleh penghuni sekolah, mengingat harta milik orang tuanya yang tak akan habis hingga tujuh turunan.

Yona dan Lia saling menatap penuh tanya.

" gak mungkin, kan? " pikir keduanya. Apalagi Lia.

Ia yakin jika tak mungkin jika ia lah yang dimaksud. Kalaupun benar itu pasti karena sikap kasarnya yang tanpa permisi melewati mereka begitu saja saat terakhir kali pertemuan mereka.

"Lia " suara Arya terdengar untuk pertama kalinya ditelinga mereka.

Lia melihat sesaat.

Ia sebenarnya sudah merasa jika sejak tadi Arya terus memperhatikannya.

Namun meski hanya dalam pikirannya saja, ia tak berani untuk sepercaya diri itu menduga jika ia mungkin sudah mencuri perhatian salah satu dari mereka.

Mungkin saja ia akan diancam , karena sudah bersikap sok kemarin.

Karena memang selama ini Yonalah yang selalu menjadi sumber ketertarikan para siswa. Dan itu tak mungkin terjadi pada dirinya.Begitu Lia meyakinkan dirinya.

" besok, aku tunggu kamu dikantin " singkat Arya yang langsung berdiri dari duduknya.

" dengar itu ! Awas aja kalau sampai gak datang lagi ! " tambah Alex mengancam.

Tal lama iapun berdiri dan segera menyusul langkah kaki Arya meninggalkan kelas tersebut.

Setelah kepergian dua siswa itu, para murid penghuni kelas yang sejak tadi menunggu diluar mulai berhamburan masuk.

Karena memang waktu jam istirahat sudah selesai.

Semetara Lia dan Yona masih dengan perasaan tak percaya dengan apa yang barusan mereka dengar.

Saat jam pulang sekolah.

Lia dan Yona tampak sedang mendorong sepeda keluar dari area parkiran.

Alat transportasi sederhana yang menjadi pilihan mereka untuk pergi dan juga pulang dari sekolah.

" menurut mu, mereka sebenarnya mau apa, ya?

Apa sebaiknya kita jangan turutin kaya kemarin lagi ? " tanya Yona menatap pada Lia yang bersepeda sejajar dengannya.

Keduanya terlihat mengayuh sepeda dengan santai.

" aku juga gak tau.

Tapi yang pasti, aku gak yakin kalau yang mereka maksud itu aku.

Pasti cuma alibi aja biar kamu temani aku buat ketemu mereka.

Padahal niatnya memang ngincar kamu. Kamu ingat gak , dulu juga pernah ada yang kaya gini juga sebelumnya? "

* * *

ke esokkan harinya.

Keduanya masih nekat untuk tidak memperdulikan apa yang sudah diperintahkan pada mereka kemarin.

Mereka pun terlihat bersikap seperti biasanya, seakan tak pernah terjadi apa-apa.

" Woiiii kalian berdua dicariin tu sama Alex and the king " ucap Rena menyebut julukan dua siswa itu.

Ya meski memiliki kelebihan dari beberapa faktor, baik itu tampang, materi hingga kedudukan .

Alex memang lebih unggul, namun nyatanya Arya lah yang lebih dikenal sebagai rajanya.

Itu karena memang sebelum kepindahan Alex kesekolah itu, Arya sudah menjadi pusat perhatian utama semua murid .

Dan jika bukan karena Arya, mungkin Alex tak akan pernah bisa populer seperti sekarang.

Karena meski memiliki segalanya, Alex merupakan pribadi yang selalu bersikap menyebalkan.

" hais... apaaan sih " Lia mulai tersulut emosi.

" uda de, kita ngalah aja.

Kita liat apa mau mereka.. kalau kali ini keterlaluan kita pindah sekolah aja " Yona yang sudah pasrah.

" la, kamu enak . Bisa dengan mudah minta pindah sekolah . Aku ? Apa gak kena libas mom and dedku " Lia dengan cetusnya.

Dan inilah perbedaan yang kesekian dari keduanya.

Meski berasal dari kawasan yang sama, namun nyatanya Yona adalah anak tunggal seorang pemilik warung terbesar dilingkungan tempat tinggal mereka.

Yona tinggal di rumah dua lantai. Selain usaha warung, orang tuanya juga memliki beberapa kontrakan . Dan bahkan sebuah mobil sebagai pelengkapnya . Ia sebenarnya bisa saja pergi ke sekolah dengan menggunakan motor atau diantar dengan mobil sekalipun. Namun ia memilih untuk menemani Lia bersepeda meski harus berpanas dan berhujana.

* * *

Dengan langkah berat keduanya menuju kantin ujung.

Dari kejauhan, tampak Bu Ratih duduk kursi yang ada didepan kantin.

" eh, neng berdua akhirnya datang. Uda ditungguin berhari-hari ama den Alex ama den Arya " senyum sumringah bu Ratih yang langsung berdiri saat keduanya berhenti tepat didepan pintu masuk kantinnya.

" masuk aja, neng.. "

Lia dan Yona menggelengkan kepala secara bersamaan.

" kita diluar aja bu.. Takut kalo didalam ntar Yona diapa-apain , gimana ? " ucap Lia yang masih saja menghawatirkan Yona.

Terpopuler

Comments

Lukman Hasan

Lukman Hasan

hap hap hap

2022-12-06

0

Ryoka2

Ryoka2

Wkwk banyak temen nya pasti

2022-05-23

1

Ryoka2

Ryoka2

Mampir Thor 👍

2022-05-23

1

lihat semua
Episodes
1 Putih Abu-Abu
2 Pacar
3 Weekend
4 Beban
5 Bohong
6 LDR
7 Tunggu aku
8 Tak ada yang mendukung
9 Siapa dia ?
10 Menahan
11 Maaf
12 Aku lelah denganmu
13 Jawaban tak pasti
14 Panggilan sayang
15 Jangan lakukan apapun
16 Pantai
17 Tentang Karin, Bram dan Alex
18 Kamu
19 Pesta
20 Suasana pesta
21 Berpisah
22 Dengan mu
23 Apartemen
24 Gosip
25 Pertunjukan menarik
26 Break
27 Hei,
28 Firasat baruk
29 Sama aku
30 Melindunginya
31 Tanpa mereka sadari
32 Putus
33 Rasa tak rela
34 Terpancing
35 Tak akan menyesal
36 Kabar mengejutkan
37 Ku terima tawaranmu
38 Ketika sudah menjadi mantan
39 Sesuai harapan
40 Arti hari ini
41 Egois
42 Luluh
43 Kau akan pergi ?
44 Jangan mereka
45 Obat frustasi yang ampuh
46 Pendiriannya yang keras
47 Gak berjodoh
48 Senyum yang sempurna
49 Misi lama cara baru
50 Sulitnya moveon
51 Urusan yang harus diselesaikan
52 Sejauh mana perjuangan kalian
53 Inginkan akhir yang sama
54 Tujuan tertentu
55 Pertunangan
56 Setelah ini kita menikah
57 Tetap di posisinya
58 Gelisah
59 Gelisah part 2
60 Jalan buntu
61 Gimana Rasanya
62 Pernikahan
63 Pernikahan part 2
64 Bulan Madu
65 Gak boleh
66 Dia pergi
67 Sirna seketika
68 Sirna seketika
69 Mau apa mereka
70 Bukan dia
71 Surprise
72 Hari bahagia
73 Lia kesal
74 Garis dua
75 Penasaran
76 Siap mendengarkan
77 Kerjain aku
78 Kamu hamil
79 Kamu dimana
80 Menunda
81 Jangan khawatirkan mereka
82 Laki-laki atau perempuan
83 Teriakan Lia
84 Tak ada salahnya
85 Marahnya
86 Menghela nafas
87 Sangat mencintainya
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Putih Abu-Abu
2
Pacar
3
Weekend
4
Beban
5
Bohong
6
LDR
7
Tunggu aku
8
Tak ada yang mendukung
9
Siapa dia ?
10
Menahan
11
Maaf
12
Aku lelah denganmu
13
Jawaban tak pasti
14
Panggilan sayang
15
Jangan lakukan apapun
16
Pantai
17
Tentang Karin, Bram dan Alex
18
Kamu
19
Pesta
20
Suasana pesta
21
Berpisah
22
Dengan mu
23
Apartemen
24
Gosip
25
Pertunjukan menarik
26
Break
27
Hei,
28
Firasat baruk
29
Sama aku
30
Melindunginya
31
Tanpa mereka sadari
32
Putus
33
Rasa tak rela
34
Terpancing
35
Tak akan menyesal
36
Kabar mengejutkan
37
Ku terima tawaranmu
38
Ketika sudah menjadi mantan
39
Sesuai harapan
40
Arti hari ini
41
Egois
42
Luluh
43
Kau akan pergi ?
44
Jangan mereka
45
Obat frustasi yang ampuh
46
Pendiriannya yang keras
47
Gak berjodoh
48
Senyum yang sempurna
49
Misi lama cara baru
50
Sulitnya moveon
51
Urusan yang harus diselesaikan
52
Sejauh mana perjuangan kalian
53
Inginkan akhir yang sama
54
Tujuan tertentu
55
Pertunangan
56
Setelah ini kita menikah
57
Tetap di posisinya
58
Gelisah
59
Gelisah part 2
60
Jalan buntu
61
Gimana Rasanya
62
Pernikahan
63
Pernikahan part 2
64
Bulan Madu
65
Gak boleh
66
Dia pergi
67
Sirna seketika
68
Sirna seketika
69
Mau apa mereka
70
Bukan dia
71
Surprise
72
Hari bahagia
73
Lia kesal
74
Garis dua
75
Penasaran
76
Siap mendengarkan
77
Kerjain aku
78
Kamu hamil
79
Kamu dimana
80
Menunda
81
Jangan khawatirkan mereka
82
Laki-laki atau perempuan
83
Teriakan Lia
84
Tak ada salahnya
85
Marahnya
86
Menghela nafas
87
Sangat mencintainya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!