🌺hem... 🌺
' ting ' sebuah notif pesan masuk.
Yona meraih handphone yang baru beberapa detik lalu ia letakan diatas meja.
Yona terperangah, mendapati 10 panggilan tak terjawab dari Arya. Serta sebuah pesan yang di kirim sesaat setelah ia sampai di rumah.
Ia memang baru saja pulang setelah menghabiskan setengah hari bersama Lia di pantai.
Arya : Jangan pernah lagi memposting foto Lia di akun instagram mu .
Isi pesan yang disertai dengan hasil screenshot foto Lia yang ia upload di akun instagram miliknya.
' glek' Yoan terlihat berat menelan ludahnya.
* * *
Setelah bantuan yang mereka terima dari Lia dan Yona tadi, kini sepasang suami-istri itupun dapat kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju bandara.
Bram dan Karin sudah menikah hampir 30 tahun. Jika dilihat dari tampilan mereka ,banyak orang tak menyangka, jika usia keduanya sudah hampir menginjak kepala 5.
Sang istri berusia 47 tahun, sedangkan sang suami tahun ini akan genap berusia 50 tahun.
'' mas '' Karin memutar lehernya ke samping, menatap sang suami yang tengah fokus menyetir.
'' hem'' pria dengan ekspresi khasnya yang dingin.
'' em.... '' Karin tampak ragu .
Bram melihat sesaat pada wanita yang sudah menemani separuh perjalanan hidupnya itu.
'' jangan mulai lagi, kamu '' Bram menghardik.
Dan kembali melihat lurus ke depan.
'' tapi kan mas uda janji '' Karin sedikit memelas, mengingatkan perbincangan mereka beberapa hari yang lalu.
Obrolan yang membahas keinginan dirinya yang menginginkan quality time bersama sang suami.
Hal yang selalu ia tagih sejak awal pernikahan.
'' Berhenti bersikap seperti anak kecil, Karin.
Kita ini susah tua. Sudah bukan saatnya untuk memikirkan hal-hal seperti itu lagi ''
Karin mengulum dalam kedua bibirnya. Berusaha menahan kalimat yang sudah tak tertahankan untuk di ucapkan.
'' Bulan madu ? Hah, yang benar saja, kamu !
Bukankah selama ini kau selalu ku bawa kemanapun aku pergi ? Itu sama saja ,kan ? ''
Bram tak sedikit pun terlihat melunak.
Meski sang istri sudah menunjukan ekspresi memohon.
Ia sebenarnya sudah jengah pada permintaan Karin yang selalu sama, yang menurutnya sangat konyol.
Ia heran.
Entah mengapa belakangan ini, istrinya itu kian gencar menagih janji yang dulu tak sengaja ia ucapkan.
" sabarlah sebentar lagi, sayang. Tunggu sampai Alex sudah cukup mampu memegang semua bisnisku , maka saat itu juga aku akan berhenti . Aku akan memensiunkan diri.
Dan aku akan menjadi milikmu seutuhnya.
Aku janji, tidak akan ada lagi kertas kontrak dimeja, tak akan lagi rutinitas membaca email dan laporan di layar laptop dan handphone ku..
aku hanya akan melihatmu seorang "
Masih jelas di ingatan Bram saat ia mengucapkan
kalimat yang baru pertama kali seumur hidup ia keluarkan dari mulutnya itu.
Saat itu mereka tengah berada di China, sedang dalam perjalanan bisnis, dimana ia akan selalu membawa Karin bersamanya.
Dan tepat pada hari itu adalah anniversary pernikahan mereka yang ke 25 tahun.
* * *
'' tapi itukan perjalanan bisnis, Mas. Bukan bulan madu ''
'' itu sama saja bagiku ''
...
" Mas ingat gak ? Apa janji mas sebelum melepas Alex ke Amsterdam ? ''
'' ... ''
'' Mas bilang ,nanti kalau Alex uda bisa nanganin semua bisnis mas, mas akan pensiun.
Trus kita bisa memulai menikmati masa tua kita ''
Alex adalah anak tunggal mereka yang memliki sifat yang kurang lebih sama seperti Bram.
Angkuh, keras kepala dan tak pernah mau mendengarkan apapun pendapat orang lain.
Alex di didik sangat keras oleh sang ayah.
Sementara Karin hanya berperan sebagai ibu yang sebatas untuk mengandung dan melahirkannya saja .Selebihnya Bram lah yang mengambil alih semua hal mengenai anak semata wayang mereka.
Karin bahkan hampir tak pernah di beri hak untuk ikut terlibat ,apalagi mengatur dalam merawat dan mendidik Alex.
Alex tumbuh dalam lingkungan yang penuh akan tekanan yang mengharusnya untuk bisa menjadi penerus ambisi sang ayah.
'' kau pun tau jika jawabanku tak akan pernah berubah.
Kita sudah membicarakan ini berulang kali, Karin.
Jadi berhenti dan jalani saja kehidupan kita seperti biasa '' Bram dengan tegasnya.
Karin meremas ujung gaun yang ia kenakan.
Menahan sakit yang sejak tadi sudah menusuk-nusuk hatinya.
Padahal yang ia inginkan sangatlah hal sederhana .
Menghabiskan waktu berdua bersama pria yang sangat di cintainya itu.
Tentu saja tanpa urusan bisnis atau apapun yang berbau pekerjaan lagi yang selama ini tak pernah lepas dari sang suami.
Selama ini Karin berusaha untuk sabar.
Mencoba untuk menerima semua hal yang selama ini selalu mendominasi kehidupan rumah tangganya.
Bisnis, pekerjaan, belum lagi harus bolak-balik ke satu kota ke kota lainnya. Bahkan ia pernah dalam setahun harus sampai tiga kali ke luar negeri dan tak pulang ke negaranya.
Dan ia pasti selalu di seret untuk ikut kemanapun kaki Barm melangkah pergi.
Membuatnya sulit memliki waktu untuk bersama sang putra tunggalnya .
Alex sering ditinggal bersama pengasuhnya .
Dan itu semua karena Bram yang ingin mengajarkan kemandirian pada sang anak sejak dini. Ia ingin agar sang anak tak selalu bergantung pada kedua orang tuanya.
Namun yang terjadi tak selalu seperti yang di harapkan.Saat remaja mereka sempat menghadapi kesulitan dalam mendidik Alex.
Saat itu, Alex yang mulai meninjak masa puber menjelma menjadi anak yang sulit keras kepala dan sulit di atur .
* * *
Karin menarik nafas panjang.
Menatap keluar jendela, pada pemandangan diluar sana.
Satu persatu tempat bergerak cepat di lewati.
Sama seperti banyaknya ingatan dalam perjalanan hidupnya.
Jika dilihat dari luar, pasti banyak yang menaruh iri pada kehidupannya.
Karin pun tak menampik, jika ia memang memiliki segalanya.
Suami yang tampan, setia dan yang selalu membawanya kemana saja.
Ditambah lagi limpahan materi yang tak terhitung jumlahnya.
Namun bagi Karin, semua itu tak lah seindah yang orang lain bayangkan.
Karin sering merasa kesepian.
Jarang bersama anak, dan selalu di bawa pergi oleh sang suami yang memang sibuk dengan berbagai keperluan bisnisnya.
Meski 24 jam selalu bersama, namun Bram lebih sering menatap layar laptop dari pada melihat wajahnya. Bram juga lebih sering memegang kertas laporan atau handphone dari pada memegang tangannya.
Meski mendapatkan banyak hal dari sang suami,
namun ada harga yang harus ia bayar untuk itu semua. Ia tak meniliki privasi. Karena segala sesuatunya pastilah telah diatur terlebih dahulu oleh Bram.
'' Mas '' Karin memberanikan diri dengan memegang lengan sang suami .
Terasa liat karena memang Bram rutin berolahraga. Pria itu selalu menjaga stamina tubuhnya agar selalu bugar .
Tak jarang karena selain bergelimang harta, Bram yang memliki paras dan tubuh menawan sering menjadi incaran para wanita diluar sana.
Namun Karin tak pernah sedikitpun khawatir akan hal itu.
Karena sepanjang pernikahan , mereka tak pernah berpisah barang sedetikpun.
'' Mas aku boleh, ya pergi reunian sama teman-teman kerja waktu aku masih jadi SPG dulu '' mencoba untuk meminta hal lainnya meski ia tau Bram pasti tak akan mengijinkannya.
Sudah sejak lama semenjak pemberitahuan dari grup WA yang ia terima.
Bram pernah mengatakan untuk melupakan kehidupan lamanya, yang menurut sang suami itu adalah hal yang sama sekali tak layak untuk di kenang.
Sakit, tentu saja. Apalagi Bram mengucapkan kalimat itu di saat mereka tengah bercinta.
Bram hanya ingin istrinya fokus pada kehidupan rumah tangga mereka saja.
'' gak perlu kamu tanyakan, kamu sudah tau apa jawabku kan? '' Dingin dan datar, ekspresi yang Bram tunjukan terkesan tak suka mendengar hal tersebut.
Karin menarik tanganya.
Kembali ia menatap keluar jendela.
Sama seperti tadi, ia berharap waktu dapat berputar dengan cepat . Secepat hal yang ada diluar sana.
Dimana tempat-tempat yang mereka lewati berlalu dengan sangat cepat.
* * *
Sesampainya dibandara Internasional Soekarno-Hatta, Keduanya pun turun.
Dengan menggandeng tangan sang istri, Bram berjalan menuntun langkah mereka menuju ke pintu kedatangan internasional.
Mereka tersenyum. Senyuman yang begitu indah dipandang mata, namun pada Bram itu adalah hal yang sangat langka ia lakukan.
Bahkan Karin saja sangat jarang melihatnya tersenyum.
Sosok pria tinggi bertubuh atletis, dengan stelan kasual terlihat diantara banyaknya kerumunan orang yang juga sedang berjalan untuk keluar dari gerbang kedatangan tersebut.
Mengenakan kacamata hitam dengan menarik sebuah koper hitam , ia berjalan menghampiri dua orang yang sudah setahun tak ia jumpai itu.
Karin dan Bram memang sempat mengunjungi dan tinggal Alex tahun kemarin, saat Alex baru saja menyelesaikan S2 nya.
Alex juga sempat menjalankan bisnis Bram ditempat yang sama ia mengeluh pendidikan kuliahnya, Amsterdam.
Setelah puas saling sapa, berpelukan dan melepas rindu , keluarga itupun beranjak pulang.
* * *
Malamnya saat makan malam.
Karin terlihat sama sekali tak berselera.
Ia sejak tadi hanya fokus melihat secara bergantian pada anak dan suaminya.
Sepanjang makan malam mereka, hanya Alex dan Bram yang terlibat dalam perbincangan yang isinya tak lain adalah prihal bisnis.
Karin kesal.
Kini bukan hanya Bram saja, ia pun juga harus bersiap pada Alex yang menunjukan sifat yang sama dengan sang suami.
Selain mewarisi rupa, sifat Alex juga semakin terlihat mirip dengan Bram. Mereka sama-sama berambisi hanya pada bisnis mereka saja.
'' mommy kurusan '' Alex yang baru saja menyudahi obrolan panjangnya dengan sang dady. Begitu panggilannya pada Bram.
Alex melihat pada isi piring Karin masih utuh.
Karena memang sama sekali belum di sentuh .
Sedangkan piringnya dan Bram sudah bersih tak mengisahkan sebutir nasi pun.
'' mommy diet '' pendek Bram yang di tanggapi sebagai lelucon.
Ia dan Alex tertawa, berbeda dengan Karin yang memilih untuk tetap diam .
'' kamu selesaikan makanmu.
Aku sama Alex mau ke ruang kerja ku. Ada hal yang perlu kami bahas '' ucap Bram .
Karin mengangguk.
Saat baru sampai dirumah saja kedua lelaki itu sudah langsung membahas prihal bisnis . Dan aeolah tak cukup puas dengan yang mereka bahas di sepanjang makan malam tadi, kini mereka akan melanjutkannya lagi di ruang kerja Bram yang terletak di ruang utama rumah.
Karin menatap nanar pada kedua pria yang tengah berjalan meninggalkannya .
Tak seperti pertemuan keluarga yang normal pada umumnya. Dimana akan menceritakan banyak hal selama perjalanan atau apapun itu selain pekerjaan.
Karin sudah muak mendengar prihal bisnis, pekerjaan , email. laporan yang tak pernah ada habisnya mereka bahas.
Entahlah, mungkin karena Karin yang sejatinya bukanlah berasal dari kalangan yang demikian.
Hingga ia mulai merasa segala hal berbau bisnis mulai membosankan dan juga menyebalkan.
Hidup Karin bak Cinderella yang di impikan oleh banyak wanita.
Bukan hanya parasnya yang cantik jelita, namun karena latar belakang yang seorang yatim piatu, dengan pendidikan seadanya dan bahkan sempat berkerja sebagai SPG .
Namun ia mampu merubah nasibnya menjadi seorang nyonya besar, setelah berhasil memikat hati seorang konglomerat muda .Bram.
* * *
'' mommy '' Alex tampak baru saja keluar dari ruang kerja Bram. Ia berjalan menghampiri Karin yang tengah membantu para pekerja dapur membersihkan sisa-sisa makan malam mereka tadi.
Karin tersenyum pada Alex yang sudah menghentikan langkah tepat dihadapanya.
Ia menatap dalam pada Alex .
Entah sejak kapan anaknya itu menjadi dewasa.
Batin Karin kian berkecamuk, mendapati bahwa sudah banyak hal yang ia lewatkan pada tumbuh kembang anaknya .
Dalam hati ia menyumpahi dirinya sendiri.
Merasa tak berdaya menjadi seorang ibu yang sudah tega menuruti semua kemauan sang suami hingga ikatan batin antara ia dan Alex tak begitu terjalin seperti seharusnya.
'' mommy kok nangis '' Alex mengangkat salah satu telapak tangannya u menghapus air mata yang jatuh dipipi kanan Karin.
Karin dengan cepat meraih tangan itu, dan mengenggamnya .
'' mommy cuma kangen aja sama kamu '' Karin membelai wajah Alex.
Melihat Alex yang sekarang ia merasa seperti tengah menatap Bram 30 tahun yang lalu.
Alex benar-benar menyerupai sang suami.
Bahkan kini sifatnya pun sama. Yang mana hal itu membuatnya khawatir.
'' Ngapain mommy yang kerjakan ini ? Apa kita ke kekurangan pelayanan di rumah ini ?'' Alex mengedarkan tatapan tajam pada dua asisten rumah tangga yang ada tak jauh dari tempat mereka berdiri.
'' mommy itu memang begitu. Dia gak mikir, bagaimana kalo sampai dilihat oleh orang luar ? '' Bram muncul entah sejak kapan dan tengah berjalan ke arah mereka.
Ia berhenti di depan anak dan istrinya.
Karin segera melepas genggaman tanganya pada Alex, lalu memalingkan wajah basahnya dari Bram.
Ia tak mau sampai Bram melihat matanya yang sembab.
Bram pasti akan marah jika melihatnya menangis.
'' kenapa lagi, kamu '' terlambat. Karena Bram menyadari jika ia baru saja menyeka air matanya.
'' air mata kangen , dad '' Alex menatap Bram sambil tersenyum kecil. Seakan menggoda prilaku polos Karin yang di nilai kekanak-kanakan.
'' sudahlah, kamu pasti capek. Sana istirahat.
Besok kamu harus bersiap untuk hari besarmu'' Bram menepuk pundak Alex beberapa kali sembari tersenyum bangga.
Ia merasakan jika kini Alex sudah memenuhi harapannya.
Setelah mengucapkan selamat malam dan mengecup salah satu pipi Karin, Alex pun naik kelantai dua.
'' kalian !!! '' suara Bram tiba-tiba menggema dengan lantangnya. Ia menatap secara bergantian pada kedua pelayanan wanita yang ada diruang tersebut.
Dua wanita paruh baya yang sudah berkerja lebih dari sepuluh tahun itu pun menundukkan kepala .
Mereka tau apa yang dimaksud oleh majikan mereka itu.
Karena buka sekali ,dua kali mereka harus beberapa kali mereka menghadapi hal yang sama seperti ini.
'' jika sekali lagi kulihat nyonya membantu pekerjaan kalian , maka saat itu juga kalian harus angkat kaki dari rumah ini.
Camkan itu, karena ini peringatan terakhir dariku '' Kini beralih menatap sang istri yang matanya terlihat kembali akan menganak sungai.
'' bersihkan dirimu '' perintah Bram padanya.
Bram pun langsung mengambil langkah untuk segera pergi, sebelum Karin benar-benar akan menangis.
'' maaf, ya bi '' Ucap Karin merasa tak enak hati pada kedua pelayanannya. Kedua mata terlihat semakin memerah.
Karin berusaha menahan jatuh air matanya.
'' iya, nyah... kita gak apa-apa. Tapi sebaiknya nyonya jangan lagi ya, terlibat urusan pekerjaan kami.
Kami masih butuh pekerjaan ini, nyah. '' bi Ijah salah satu pelayan yang cukup akrab dengannya itu mencoba memberi pengertian.
Wanita bertahi lalat di hidungnya itu lalu mengajak rekannya untuk kembali melanjutkan pekerjaan mereka yang tadi sempat terhenti.
Karin menarik nafas berat. Di lihatnya Bram yang sudah sampai menaiki anak tangga menuju lantai dua, dimana kamar mereka berada.
Ia tau benar apa maksud perkataan suaminya tadi.
Memintanya untuk membersihkan diri adalah kode untuk minta di layani.
Jika kebanyakan pasangan diusia Mereka sudah berkurang dalam urusan ranjang, namun tidak pada Bram yang masih sangat menggebu.
Mereka bahkan masih sangat rutin melakukan hubungan suami istri .
Karin menatap nanar pada punggung suaminya itu.
Jika ditanya apa ia menyesal menikahi Bram. Jawabannya tentu saja tidak.
Wanita mana yang sanggup menolak setiap pesona yang ada pada Bram. Ditambah lagi dengan semua aset kekayaannya.
Karin dulu memang memandang Bram dari segi materi. Ia tak peduli bagaimana sikap Bram, selagi pria itu tidak memperlakukannya dengan kasar.
Maka ia tak keberatan dan dengan senang hati menjadi istri seorang pria kaya raya.
Namun seiring berjalannya waktu, ia sadar jika kehidupan terasa mulai hambar .
Tak ada warna sama sekali dalam kehidupannya.
Karena semua hak dan kebebasannya di atur oleh Bram.
' kretttt' Karin membuka pintu kamarnya.
Didapatinya Bram sudah duduk selonjoran diatas tempat tidur.
'' gantilah bajumu lalu segera naik ketempat tidur ''
Lagi Ia harus menuruti apa yang Bram katakan.
Karin menuju ruang ganti baju yang masih ada diruang yang sama.
Tak lama kemudian ia keluar dengan baju tidur transparan berwarna putih.
Sebuah lingerie dengan potongan bra dan celana pendek yang menyatu.
Tidak terlalu terbuka namun kesan **** begitu melekat pada si pemakainya.
Bram menatapnya lekat.
Meski sudah tak muda lagi, namun Karin selalu bisa menarik hasrat lelakinya naik .
Seperti saat ini. Kulit putih dan rambut panjang sepinggang sang istri menjadi paduan yang begitu sempurna dimatanya.
Sering dengan Karin yang berjalan semakin dekat, Bram terlihat mengangkat kedua tanganya lalu menarik kaos yang melekat di tubuhnya dan melemparkannya hingga teronggok di lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
💖Friza🧚♂
dr kmren baca g tau mo koment apa tor buaguuss banget ..g arya g sibram suami aq bangeettt...g ada romantis2nya..tp posesif minta ampiiuunnn😅😂
2021-03-28
2