🌺hem... 🌺
* * *
Lia memandangi kemasan baju bertuliskan logo dari sebuah brand ternama yang letakan begitu saja di atas meja sisi ranjangnya.
Itu adalah oleh-oleh khusus yang Arya berikan tadi malam padanya .
Lia sudah tau apa isinya. Karena seperti biasa, saat menerima sesuatu dari Arya ia pasti diminta langsung membuka untuk melihat isinya.
Ingatan akan Arya yang berjalan diantara rombongan para kandidat manager dihotel tempatnya bekerja tadi , kembali mengganggu pikirannya.
Entah sampai kapan ia harus memendam semua kesal pada Arya.
Namun disaat bersamaan ia juga takut kehilangannya.
Karena itu ia berusaha bertahan meski sampai saat ini belum pernah mendapat pernyataan apapun .
Lia ambil kemasan baju tersebut, lalu ia memasukannya didalam lemari kayu satu pintu miliknya.
'' arghhhh'' kesal Lia.
Dilihatnya tanda notif dari lampu kecil handphone yang sejak tadi terus menyala.
Memang selama berkerja ia yang diharuskan menonaktifkannya dan belum sempat membuka untuk mengecek apapun dari benda tersebut.
Lia biarkan begitu saja. Toh, tak akan ada yang lain isinya selain pesan ataupun panggilan kalau bukan dari Arya.
Apalagi semalam ia sudah mengirim pesan pada Ian, untuk tidak menghubungi atau berhubungan lagi denganya. Termaksud melarang pria itu untuk tidak lagi datang berkunjung ke rumahnya.
* * *
Liat berjalan santai di bawah langit senja.
Kedua kakinya melangkah dengan begitu teratur ditepian jalan selebar 15 meter itu.
Jalan yang bukan hanya dapat dilewati oleh kendaraan roda dua saja, namun mobil pun bisa dengan leluasa berjalan di atasnya.
Lia sedang menuju kerumah Yona yang jaraknya hanya 200 meter dari rumahnya.
Bukan tanpa alasan ia memilih untuk berjalan kaki , karena memang tak ada kendaraan yang bisa ia gunakan.
Mengenakan kaos oblong army, dengan celana jeans seperempat ,Lia akhirnya sampai di rumah dua lantai yang bagian depannya dijadikan mini market .
'' eh, ada Lia.Tumben ke sini ? ''sapa wanita yang senantiasa terlihat cantik dengan rambut panjang sebahu yang dicat berwarna coklat ,begitu kontras dengan warna kulit sawo matangnya.
'' iya, Ii.
Kebetulan hari ini shift pagi jadi jam segini udah pulang.
Lama juga gak main kesini. Yona nya ada ?''
Lia membalas sapaan pada ibu dari sahabatnya itu dengan senyuman terbaik miliknya.
'' ada tu, memangnya mau kemana lagi tu anak.
kerjaannya dirumah mulu.. disuruk kerja ogah, disuruh kawin dia berontak... ''
Lia tertawa mendengar keluhan wanita yang kini sudah berkepala empat dengan wajah dan tubuh yang tampak begitu terjaga dan juga terawat dengan baik.
Maklum, Mami Yona begitu ia dikenal .
Wanita itu hanya memiliki satu anak saja, Yona seorang. Sedangkan sang suami merupakan salah satu orang paling dipandang karena sering terlibat sosialisasi dalam hal apapun di lingkungan mereka.
Hidup mereka jelas jauh lebih mapan dari kehidupan sederhana keluarga Lia.
Dimana Hampir semua anggota keluarganya harus berkerja, bergotong royong demi menopang biaya hidup mereka.
Hanya Mina saja yang belum dibebankan akan hal tersebut, karena memang diminta untuk fokus dan menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu.
'' Hai '' sambut Yona terlihat girang pada kedatangan Lia yang tak terduga .
'' Hai '' Lia yang sudah menjatuhkan bokongnya disofa yang ada di teras rumah tersebut.
'' ntar , ya.
Kubawain cemilan kesukaanmu '' Yona masuk dan tak butuh waktu lama sudah kembali dengan setoples cemilan kuping gajah ditangannya.
Gadis yang sudah lulus dari bangku kuliah sejak setahun itupun lalu duduk tepat disamping Lia.
Keduanya mulai menikmati cemilan yang selalu menjadi favorit sejak mereka masih kecil.
Keduanya pun langsung hanyut dalam obrolan yang membahas tentang masa kecil mereka.
'' jadi kak Arya uda pulang ? T'rus gimana dengan Ian ?'' Yona berlonjak kaget. Hampir saja toples yang ia pangku berpindah ke lantai berkeramik putih teras rumahnya.
Lia mengangguk dengan mulut yang tak berhenti mengunyah.
Bahkan isi toples tersebut terlihat sudah berkurang separuh.
'' aku heran, deh sama kamu Na ?
Awalnya kamu kaya dukung aku sama Arya.
Terus waktu ketemu Ian , tiba-tiba aja kamu kaya mau nyomblangin aku sama dia .
Padahal kamu tau , kalau aku masih berhubungan dengan Arya '' akhirnya Lia memiliki kesempatan mengutarakan apa yang selama ini ingin ia tanyakan pada sahabatnya.
Yona menatap Lia dengan tatapan ragu . Ia sebenarnya tak begitu yakin untuk menjawab.
'' em, gimana ya... aku cuma mau ngasi pendapat.Tapi kamu jangan marah, ya ? ''
'' apaan, sih ? Belum ngomong kok uda takut duluan aku bakal marah ?''
'' tu, kan jawabannya aja ketus gitu ''
'' kamu udah berbuat sejauh itu , sampai belai-belain nyomblangin aku sama Ian .
Dan itu juga berarti secara gak langsung kamu juga ingin hubunganku dengan Arya berakhir.
Sekarang kamu baru takut aku bakal marah ?
mestinya tu, ya .
Jauh sebelum kamu lakuin semua itu,kamu uda takut duluan '' Lia dengan kesalnya.
'' Tapi kamu juga tau.
Mau sekesel apapun aku ke kamu, aku juga gak akan marah sampai kelewat batas.
aku gak akan pernah tega untuk melampiaskan marahku sama anak sepolos kamu'' sambungnya lagi.
''emmm.'' Yona bergumam. Ia tampak masih ragu.
'' ya uda la, gak usah dipaksain buat ngomong. Lagian aku juga lagi malas bahas soal Arya ''
'' kamu berantem sama kak Arya '' Yona membelalakkan kedua matanya.
'' pernah dengar atau lihat aku mau cari masalah sama dia ?
Kamu tau sendiri kalau aku tu, selalu berusaha buat menahan diri.
Hanya supaya hubungan kami tetap baik-baik aja '' Lia terdengar lirih dibagian akhir kalimatnya.
'' itu dia maksudku, Lia.
Semakin kesini hubungan kalian semakin gak jelas.
Mungkin awalnya aku senang karena ada yang menyukaimu dan juga memperhatikanmu.
Apalagi oleh seorang seperti kak Arya.
Makanya waktu itu aku dukung hubungan kalian.
Tapi lama kelamaan aku jadi mikir, kalau kamu gak bisa terus menerus menahan diri dengan bersikap seakan selalu baik-baik saja.
Dan seperti yang pernah kamu bilang dulu .
Kalau saat bersama kak Arya , kamu gak bisa jadi dirimu sendiri ''
Lia terdiam.
Tangannya sudah menggantung, bersiap memasukan cemilan berikutnya kedalam mulut. Namun tak jadi.
Lia terlihat memperlambat kunyahanya. Mencoba menelan sisa cemilan yang ada didalam mulut.
'' jadi kupikir mungkin kalo kamu sama Ian, hubunganmu nantinya akan berbeda .
Ian juga kelihatannya berusaha banget supaya kamu bisa nyaman sama dia.
Apalagi kayanya keluargamu juga menyukainya dan lebih bisa nerima dia ketimbang kak Arya.
Kalau sama kak Aryakan, orang tuamu itu kaya segan gitu, kan ?''
Tamparan bagi Lia. Karena semua perkataan Yona memang benar adanya.
'' tapi, aku gak tau gimana cara mengakhirinya dengan Arya ? ''
'' tinggal bilang pu..uu u.. tus... '' ucap Yona melambat ketika melihat sebuah motor memarkirkan diri tepat di depan rumahnya.
Arya turun dari motor tersebut dan langsung mengambil langkah ke arah mereka.
Sementara Lia masih dengan lamuanya karena ucapan Yona barusan .Ia pun tak menyadari kedatangan sang kekasih hati.
'' ha.a..a..Hai.. kak Arya '' Yona yang spontan berdiri menyambut Arya yang sudah sampai di batas teras rumahnya.
Lia masih tak bergeming. Ia seperti tuli hingga tak mendengar suara Yona yang begitu lantang menyapa pria yang sudah ada di hadapannya.
'' Hai '' Arya membalas sambil tersenyum singkat.
Ia menunduk sebentar untuk melihat Lia yang masih duduk membatu.
Kemudian ia kembali melihat pada Yona.
'' Maaf ya, Na. aku datang gak ngabarin.
Aku tadi ke rumah Lia trus gak ada orang di rumahnya.
ku coba telpon , tapi Lia gak angkat.
Jadi ku hubungi Mina.
Dia bilang setelah mengantar Lia pulang kerja, dia langsung pergi lagi karna harus ketempat kursus.
Jadi kupikir mungkin Lia ada disini ''
'' memang bisa kemana lagi aku kalo bukan ke... siiii.. niii '' Lia yang setengah sadar sambil mendongakkan kepalanya secara perlahan.
Arya sudah berdiri tepat disampingnya.
'' aku masuk ambil minum dulu ya... kak Arya duduk aja dulu '' Yona yang menyadari situasi memilih pergi untuk memberi ruang bagi keduanya.
Arya pun mendudukkan diri disamping Lia. Membuat gadis itu reflex bergeser.
Arya menatapnya heran.
'' gak enak kalo diliat kita duduk berduaan gini di teras rumah orang.. '' Lia tersenyum kaku.
Arya lalu bangun dari duduknya. Kini ia memilih untuk duduk di kursi tunggal yang ada dibalik pintu rumah tersebut.
Dimana jika pintu itu dibuka lebar maka yang duduk disana akan terhalang .
' brak' pintu tiba-tiba saja ditekan agar terbuka lebar.
'' eh, benar ada Lia.
Ng'koh tadi dikasi tau mami , kalau ada orang jauh kerumah.. ternyata benar Lia yang datang '' ucap pria setinggi 170 dengan perut sedikit buncit menyapa pada Lia.
Pria berusia 55 tahun itu adalah ayah dari sahabatnya, Yona yang biasa disapa dengan dengan sebutan Ng'koh.
Ia dan sang istri memang memiliki perbedaan usia yang cukup jauh,15 tahun.
Selain itu juga, papi Yona yang asli berdarah thionghoa berbeda dengan sang istri yang merupakan campuran dari beberapa suku dan berkulit cenderung gelap.
Maka tak heran jika kulit yang seputih susu itu Yona warisi dari gen sang ayah, namun untuk wajah jelas itu ia dapatkan dari sang mami.
Kulit putih dengan kedua mata belok sempurna itulah gambaran fisik si cantik Yona.
'' iya, koh lama gak main ke sini.
Soalnya hari ini mamak lembur, bapak juga belum pulang, mina juga lagi kursus.
Jadi dari pada nganggur dirumah sendirian jadinya Lia ke sini '' Lia sedikit nyengir pada si pria bermata sipit .
Pria yang masih tetap berdiri dimulut pintu tampaknya sama sekali tak menyadari .
Jika ada yang lainnya selain Lia.
Tak lama kemudian Yona datang dengan nampan berisikan tiga botol minuman dingin.
'' huftt '' menghempaskan nafas dengan kasar sembari melihat kearah anak gadisnya yang langsung duduk di samping Lia .
Yona meletakan nampan diatas meja.
'' kenapa, koh ?'' tanya Lia melihat seketika raut wajah papi Yona yang berubah menjadi kecut.
'' gak usah mulai lagi deh dramanya, pi.. '' Cetus Yona dengan sorot mata kesal.
Entah apa yang sudah terjadi diantara bapak dan anaknya itu. Lia melirik keduanya secara bergantian.
'' kalian berdua itu ya.. umur uda 24, yang satu uda lulus kuliah, kerja gak mau, disuruh kawin juga nolak mulu..
yang satu juga kurang lebih sama. Kerja, kerja, dari dulu kerja mulu kerjaannya.
Coba sekalian juga sambil cari jodoh..
Mau umur berapa kalian baru pada nikah ?''
Lia menatap Yona yang terlihat semakin kesal. Ternyata belakang ini kedua orang tua Yona menekan agar ia segera menikah.
'' papi masuk aja, gih.
Ganggu waktu santai kita aja '' usir Yona tanpa mau melihat sedikit pun pada sang papi.
Ia kesal sekesal-kesalnya.
Dan di saat itulah Yona baru teringat ,jika ada Arya dibalik pintu dimana sang papi berdiri tak jauh dari situ.
'' engh, ni anak !!! kalo dibilangin pasti kaya gitu '' Menghela nafas panjang .
'' Lia aja deh kalo gitu'' menatap Lia dengan sorot mata yang memancarkan cahaya penuh harapan.
'' Lia ? memangnya mau ap.. apa, koh ?'' Lia melihat gelagat mencurigakan dari tatapan itu.
'' Engkoh ada kerabat yang anaknya lagi nyari istri. Usianya uda cukup matang, tapi gak tua - tua amat kok. Pekerjaan juga mapan. Ya, ada usaha sendiri gitu.
Ngkoh jamin, deh. Kalo sama dia masa depanmu gak perlu kerja keras kaya gini lagi.
Kalo Lia setuju ntar Ng'koh atur pertemuan kamu sama dia. Ya, kenal aja dulu. Mana tau beneran jodoh, kan. Hahaha ''
Lia tak percaya. Ia pun melihat ke pada Yona yang sedang menatap pada Arya yang masih tanpa ekspresi mendengar celotehan papinya.
'' Mana tau nanti kalo lihat kamu nikah, Yona juga ikutan mau nyusul '' Masih meneruskan ucapanya .
' Deg' Lia dan Yona saling menatap satu sama lain.
'kreeetttt' pintu Arya dorong dengan menekan telunjuknya.
Membuat pria yang berdiri di mulut pintu itu melihat dan bertanya dalam hati kenapa pintu tersebut dapat bergerak dengan sendirinya.
'' sore, koh.. maaf saya gak nyapa tadi '' ucap Arya memajukan tubuhnya agar terlihat.
'' eh, kok ada laki-laki ? Siapa, ya ? ''
'' saya Arya, koh. pacar Lia ''Arya tersenyum penuh.
'' ahahahha...iya, iya...'' mencoba mengingat.
Dan akhirnya ia ingat jika Yona pernah menceritakan prihal Lia yang sudah memiliki pacar.
'' kalo gitu silahkan dinikmati minumnya.
Ng'koh masuk dulu..'' dengan wajah pias, papi Yona itupun memutar kedua arah kakinya dan melangkah masuk kedalam rumah.
Namun, sebelumnya ia sempat memincingkan mata pada anak gadisnya ,Yona.
Hening.
'srak' Yona menyodorkan satu botol minuman kepada Arya dengan senyuman tidak nyamanan karna sikap papinya barusan.
Ya, itu karena keluarga mereka yang sudah terlalu akrab maka tak heran jika selalu bicara seakan-akan Lia juga adalah anak mereka sendiri.
'' kenapa telpon ku gak diangkat ?'' tanya Arya sembari mengambil minuman yang Yona sodorkan tadi. Ia buka dan meminumnya.
Tatapan Arya lekat pada Lia, meski sedikit terhalang oleh Yona.
Menyadari hal itu, Yona lalu menyenderkan duduknya agar pandangan itu tak terhalang oleh tubuhnya.
'' ketinggalan.. '' singkat Lia menatap sesaat pada Arya .
Lalu dengan cepat berpaling dengan meneguk minuman yang sudah separuh masuk kedalam perutnya.
Ia tak berani menatap lama pada Arya .
Karena ia mulai merasakan hawa dingin dari sorot mata itu. Sama seperti semalam saat menanyakan perihal Ian padanya.
'' em.. ada apa ?'' Lia ragu bertanya namun mulutnya tak bisa menahan untuk bertanya.
Ia kembali melihat pada Arya yang masih saja menatap lekat dirinya.
Yona tertunduk, ia seperti tak dianggap ada.
'' kenapa ? Apa butuh alasan untuk menemuimu ''
Lia terdiam. Ia tak tau harus bagaimana menanggapinya.
Diliriknya Yona yang hanya menggelengkan kepala dengan perlahan. Mengisyaratkan jika ia tak ingin terlibat dalam suasana dingin diantara mereka.
Semenit, dua menit, lima menit dan diam kembali melanda.
'' Lia, kita makan bakso yuk.. Uda lama kita gak makan bareng '' Yona yang sudah tak tau lagi harus bagaimana mencarikan suasana canggung itu.
'' makan bakso ? Dimana ?'' Arya melihat sesaat pada Yona yang memaksakan diri untuk tersenyum ceria.
'aaaauuugggghhh' rintih kecil Yona merasa cubitan kecil dari ujung kuku Lia.
Keduanya lalu saling menatap. Dengan mengkerucutkan bibir ,Lia tampak komat kamit dalam nada suara yang hanya dapat dimengerti oleh Yona apa maksudnya.
'' ya, uda aku ambil dompet dulu ya... kita makan ditempat biasa '' Yona berdiri dari duduknya dan bergegas masuk kedalam rumah.
Begitu Yona masuk, Arya pun bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Lia.
'' ayo '' Arya yang sudah berdiri dihadapan Lia yang masih duduk dengan kepala mendongak padanya.
'' apanya yang ayo ? ''
'' katanya mau makan bakso. ya, uda ayo '' Arya mengulurkan telapak tangannya.
'' tapi, Yona ''
'' dia bisa nyusulkan ? Jangan bilang kamu mau boncengan sama dia. Atau kamu gak mau aku ikut ?''
'' bukan gituuuu tapiiiii'' Lia yang ragu akhirnya menyambut uluran tangan itu untuk berdiri.
Tanpa menunggu Yona keluar, keduanya lalu pergi terlebih dahulu meninggal akan rumah tersebut.
* * *
'' makasi, pak lek '' ucap Lia saat pria tua penjual bakso itu meletakan semangkok mi ayam padanya.
Lia menatap Arya yang duduk di sampingnya.
Sejak mereka sampai di gerobak penjual bakso tadi, Arya terlihat tak nyaman.
Itu karena letaknya yang berada di ujung gang sempit tepat di hadapan lapangan bola yang biasa menjadi tempat bagi anak-anak dilingkungan mereka bermain.
'' Arya , kamu beneran gak mau pesan apa-apa ?'' tanya Lia pada Arya yang memang tak memesan apapun.
Arya menggeleng, ia terlihat masih saja mengedarkan pandangan pada sekelilingnya.
Yang hanya ada bangku panjang dan meja yang terbuat dari kayu sederhana.
Lia menggeleng kecil, dan memilih untuk menikmati mi ayamnya saja.
Tak lama kemudian, Yona pun datang menyusul dengan mengendarai motornya sendiri.
Ia sebenarnya tadi sempat ragu untuk menyusul. Karena saat keluar dari rumah ,ia sudah tak mendapati Lia dan Arya yang ternyata sudah pergi terlebih dahulu tanpa menunggunya.
'' bakso, pak lek '' pesan Yona tersenyum ramah pada pak lek yang langsung membuatkan sesuai pesanannya.
Si penjual bakso memang sudah hapal pada selera kedua gadis yang sejak SD sudah menjadi pelanggannya itu.
'' katanya tadi kamu mau makan bakso tapi kok pesanya mi ayam ?'' tanya Arya yang baru menyadari jika isi mangkok kedua gadis dihadapannya itu berbeda.
Ia menatap Lia .
'' sebenarnya Lia tidak begitu suka bakso, kak.
Lia sukanya makan mi '' Yona yang mulai menuang berbagai racikan yang tersedia diatas meja kedalam mangkok bakso nya.
Arya mengangguk sambil menatap Lia yang sudah lahap menikmati mi ayamnya.
Arya tersenyum, senang menyelimuti hatinya karena bisa melihat Lia secara langsung.
Ia bersyukur tak melanjutkan kontrak kerjanya di Inggris .Karena itu hanya akan membuatnya lebih lama lagi tak bisa bertemu dengan gadisnya .
'' kalian makanlah '' Arya beranjak dari duduknya.
Ia lalu melangkah menjauh, menuju lapangan yang ada disebrang jalan.
* * *
Arya terlihat mengeluarkan sebungkus rokok dan mancis dari saku celana depannya.
'' kak Arya masih ngerokok ,ya ?'' tanya Yona dengan bibir yang semerah delima karena racikanya yang berlebihan pedas.
Lia mengangkat kedua bahunya. Tatapannya lurus pada Arya .
'' aku juga baru tau.. ku kira waktu SMA dia hanya iseng aja. Ini juga pertama kalinya aku liat dia ngerokok lagi '' Tatapannya kian lekat pada pria yang mulai mengepulkan asap dari mulutnya itu.
'' masa kamu gak keciuman dari aroma mulutnya kalau kalian lagiiiiiiiii.. '' Yona menatap tak percaya pada Lia.
Lia tersenyum kecut.
Seakan tengah menertawakan dirinya sendiri.
Sekian tahun bersama , merasakan bibir pria itu saja ia belum pernah. Yang dilakukan selama ini hanya sebatas menempelkan bibir mereka saja.
Tak lama kemudian tampak rombongan para lelaki dari berbagai usia datang dan memasuki lapangan tersebut.
Mulai dari anak-anak, remaja bahkan yang seusia mereka dan pasti masih berstatus lajang.
Seketika perhatian Lia dan Yona pun terjadi
alihkan.
Pandangan mereka kini berfokus pada para lelaki yang mulai beraktivitas dengan permainan sepak bola.
Lia dan Yona saling melemparkan candaan dan godaan sambil sesekali terlihat menunjuk kearah para lelaki yang mengoper bola ke arah satu orang dengan yang lainnya.
Tanpa Lia dan Yona sadari, jika Arya tengah memperhatikan mereka dari tempatnya berdiri.
Sekali ia begitu menatap lekat terutama pada Lia, lalu beralih ke lapangan saat dimana kedua gadis itu menunjukan dan menatap kearah yang sama.
Arya membuang putung rokok yang baru ia hisap separuh , lalu berjalan kembali ke gerobak bakso.
'' susah selesai ? ayo kita pulang '' Arya terdengar datar, tatapannya hanya tertuju pada Lia yang memang sudah selesai dengan makannya.
Tanpa mendapatkan jawaban, Arya meraih jemari kanan Lia yang sejak tadi tergeletak diatas meja. Ia tarik hingga mau tak mau Lia pun mengikuti langkah kakinya menuju tempat di mana motor mereka parkirkan.
Tak lupa sebelumnya Arya mengeluarkan selembar seratus ribu dan memberikannya pada pak lek penjual bakso sambil berkata untuk mengambil saja sisa kembalinya.
* * *
'' kamu sering makan bakso disana ?'' tanya Arya dalam perjalanan mereka yang mengendarai motor .
Lia sedikit memajukan tubuhnya .
'' jarang.. tapi kalo dulu iya.. uda lama juga tadi kami gak ke situ '' jawab Lia yang wajahnya hampir menyentuh bagian samping wajah Arya.
Arya dengan sengaja menyampingkan wajahnya sesaat, hingga wajah mereka sempat saling bersentuhan.
Lia gugup, lalu dengan cepat menarik mundur tubuh dan wajahnya.
Sedang Arya, ia terlihat mengembangkan senyuman. Senyuman yang tak tampak oleh Lia.
Motor berhenti, tepat didepan rumah Lia yang masih tampak sepi. Sepertinya para anggota keluarga masih belum pulang.
'' Lia '' panggil Arya saat gadis itu baru saja turun dari boncengannya.
Lia melihat kepadanya.
'' Maaf ''
Maaf untuk apa ? Lia mengerjapkan matanya tak percaya dengan apa yang barusan keluar dari mulut Arya .
'' maaf aku gak bilang sebelumnya.
Kalo aku ngelamar di hotel yang sama di tempatmu berkerja "
'' ... ''
" kuharap kamu gak salah paham.
Jika saat kita bertemu ditempat kerja atau tidak sengaja berpapasan nanti, aku mungkin akan bersikap seakan-akan tidak mengenalmu.
Tapi itu hanya sampai tahap seleksi selesai.
Setelah itu kita akan bisa bersikap seperti biasanya ''
Lia hanya menganggukkan kepalanya.
Ia sempat tersenyum singkat sebelum akhirnya Arya berlalu dari hadapannya.
* * *
Malamnya.
'' tega memang mereka berdua.
Pergi aku ditinggal duluan , pulang juga aku ditinggal gitu aja '' gerutu Yona yang baru saja selesai mandi.
Ia kesal pada dua orang yang tadi sore sudah dengan semau hati meninggalkannya .
' ting' suara notif pesan masuk pada ponselnya yang berwarna putih.
Yona segera meraih benda pipih tersebut dan mengusap layarnya.
Kak Arya : '' tolong lain kali jangan ajak Lia ke tempat penjual bakso itu lagi ''
Yona mematung , menatap pada layar handphone yang ada ditangan kanannya itu.
' kreeetttt' pintu kamar yang tak terkunci itu terbuka. Wajah sang papi tampak menyembul keluar dari baliknya.
'' apa lagi si, piiiiii '' Yona yang masih kesal. karna ia tau tujuan sangat papi pastilah ingin membandingkan dirinya dan Lia setelah mengetahui jika Lia masih berpacaran dengan Arya.
'' masa anak papi kalah sama Lia.. Lia aja bisa tu bertahan sama pacarnya sampai bertahun-tahun ''
'' paaaappppiiiiiiii ''
'' awas, lo ya. Kalau tahun ini kamu gak nikah juga papi kasi adik kamu ''
Ancaman yang membuat Yona tertawa. Bagaimana tidak ,ia tau hal itu tak akan terjadi. Mengingat sang mami yang jika memang ingin maka, sudah dari dulu ia tak akan menjadi anak tunggal.
Ya, semenjak melahirkan dirinya, sang mami memang tak berniat untuk memliki anak lagi.
Itu karena trauma yang dialami saat melahirkannya.
Dimana wanita itu harus sudah berjuang selama 3 hari merasakan sakitnya kontraksi, namun pada akhirnya harus berakhir dimeja operasi.
Ditambah lagi jika selama masa pemulihan pasca operasi , ia merasa begitu tersiksa.
Hingga ia pun menyerah untuk tidak lagi merasakan kehamilan apalagi melahirkan.
Trauma yang mungkin bagi sebagaian wanita dinilai berlebihan, namun tidak baginya.
Dan beruntungnya ia memliki suami yang berbesar hati mau mengerti dan mendukung keputusannya .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Ika Mei susanti 03
so cool thor...lanjutt ah...
2022-04-25
2
Yenny Fransisca
duhh pacaran mereka jalan di tempat..klo di dunia nyata 7 thn pacaran itu udah ngapain aj ya..😝🤣🤣..
2021-04-18
3
🌸EɾNα🌸
ceritanya keren ditunggu up nya Thor 👍
jangan lupa feedback ke ceritaku ya
"Kekasih Simpanan Tuan Muda"
makasih 🥰
2021-02-10
2