Tak ada yang mendukung

🌺hem... 🌺

* * *

'plak' sebuah pukulan mendarat dipunggungnya.

Lia memutar lehernya sebentar untuk melihat kebelakang , lalu mengembalikannya ke posisi semula. Dimana tadi ia tengah asik memainkan ponsel pembelian Arya .

Sebenarnya ia sudah sudah bisa menebak, karena satu-satunya orang yang menyapa dengan cara demikian hanyalah Maknya .

Wanita paruh baya itu lalu duduk di kursi yang ada di sebrangnya.

" gak baik terima banyak barang dari cowok " maknya yang tau jika yang ada ditangan anak sulungnya itu adalah barang baru, dan itu pasti pemberian Arya.

Karena tak mungkin dengan gaji yang hampir semua Lia berikan untuk kebutuhan kuliah Mina , Lia akan mampu untuk membeli sebuah handphone baru.

Lia tersenyum singkat. Ia lalu menunjukan layar handphone berwarna silver itu pada maknya.

Maknya mengekerutkan dahi melihat apa yang tengah Lia tunjukan pada layar benda pintar itu.

Maknya terlihat fokus seiring dengan jempol Lia yang terus menggeser ke atas pada layar touchscreen tersebut.

Sesekali terlihat kedua bola mata maknya itu beralih pada Lia , lalu kembali melihat pada apa yang layar benda tersebut tampilkan.

" Arya keren ya, mak ? '' Lia menarik tangannya, setelah selesai menunjukan foto-foto Arya yang saat ini tengah berada di Inggris.

'' mau sampai kapan kamu itu berangan-angan '' maknya menyandarkan duduknya, menatap lurus ke depan.

Untuk sesaat keduanya terdiam dengan menatap kearah yang sama.

Beberapa kendaran nampak melintas didepan rumah sederhana mereka.Keduanya terenyuh.

Duduk di teras rumah bersama maknya sambil menikmati langit senja .

Lia terlihat memalingkan pandangannya ke maknya.

Ia tersenyum. Sangat jarang ia libur dan bisa menikmati kebersamaan seperti ini.

'' gak papakan mak kalo Lia jalanin aja dulu ?

Entah akan seperti apa kedepannya , Lia janji gak akan mengecewain.

Lia gak akan membuat mak dan bapak khawatir ''

Maknya hanya mampu menghela nafas berat.

Itu karena belakangan ini omongan para tetangga yang semakin menjadi-jadi.

Sebagian dari yang ia dengar , mengatakan jika Lia hanya beruntung bisa berpacaran dengan Arya.

Ada pula yang mengatakan jika keduanya sama sekali tak cocok dan jauh dari kata serasi.

Bahkan Lia di cap hanya memanfaatkan pacar kaya dengan cara memploritinya.

Dan yang lebih parahnya lagi adalah mereka yang sampai hati mengatakan jika Lia mendapatkan setiap pemberian Arya dengan cara ditiduri.

Tentu saja maknya frustasi.

Ia pun mauntak mau harus menebalkan telinga pada gosip yang silih berganti di setiap hari, tersebar ditempat kerjanya.

'' mamak percaya kamu, Lia..

Tapi terkadang mamak juga gak bisa nahan kalo yang dibicarain tentang kamu itu sampai ke hal yang enggak-enggak... ''

'' biarkan mereka mau bilang apa, mak.

mak yang lebih tau gimana Lia sama Arya..

Lia dikasi HP ini juga supaya mempermudah kami berkomunikasi ''

Sang emak menghela nafas panjang.

Ia lalu memaliy wajahnya untuk menatap Lia .

'' kamu ingat pesan mamak ini, Lia..

Jaga baik-baik semua barang pemberian Arya.

Katakanlah jika kalian tak berjodoh . Jadi, ketika waktu itu tiba, kamu harus mengembalikan semua pemberian Arya itu dalam keadaan utuh .

Meski tak sama seperti waktu kamu menerimanya namun paling tidak jangan sampai ada hal yang membekas yang dapat menjadi kenangan diantara kalian ''

'' kenapa si, mak ?Kok kayanya mamak gak dukung hubungan Lia sama Arya ''

'' mau dukung kalian gimana, Lia ?

Karena dari segi apapun kalian itu akan sangat sulit untuk bersama !

Mamak takut kamu terluka . Mama juga gak mau kalau sampai kamu mendapatkan perlakuan yang gak semestinya.

Karena bukan cuma kamu saja yang akan terima sakit karna terhina nantinya ''

" maaf, mak. tapi, Lia memang sudah terhina .

Tapi Lia janji, kalau itu gak akan pernah terjadi sama kalian " Lia teringat ucapan bu Alin dan pak Handoko padanya.

Kejadian yang hanya ia simpan sendiri.

" pokoknya, mamak uda ngingetin.

Selebihnya tergantung kamu mau gimana "

Maknya beranjak dari duduknya, meninggalkan Lia yang kembali mengusap layar ponsel dan kembali membukanya.

Facebooklah yang kini sering untuk ia kunjungi, hanya untuk mengunjungi profil Arya .

Hampir setiap hari ia melihat bagaimana keadaan Arya melalui posting histori dan juga foto yang diupload oleh pria itu selama kuliah disana.

Puas melihat semua dinding facebook dari profil Arya, Lia beralih pada kotak pesan yang hampir semua berisikan pesan dari Arya.

Dari mulai menanyakan apakah ia sudah makan apa belum dan pesan agar ia selalu berhati-hati di perjalanan saat berangkat maupun pulang berkerja.

Lia tergelak saat pesan yang mengingatkan agar ia minum meminum hangat.

Pesan yang mengingatkan akal kondisi perutnya yang akan selalu kram saat haid.

" cih, dia bahkan sampai hapal kapan aku datang bulan "

" tit.. tit.. tiiiitttt " suara klakson membuyarkan lamuanya.

Lia berlonjak terkejut, hampir saja handphone itu jatuh terlepas dari tangannya.

" belum siap juga !!! ah, yang benar aja kamu, Liaaaaaaaa...

Tadi di WA, bilangnya uda mandi !!

tinggal siap-siap.. Ini apa !? " suara teriakan dari seorang gadis cantik yang tadi membunyikan klakson tepat saat motor matic nya itu berhenti didepan rumah Lia.

Ylona.

Lia hanya membalas marah sahabatnya itu dengan nyengir.

Ia lupa jika sudah memiliki janji untuk menghabiskan hari liburnya dengan hangout bersama Yona.

Sudah lama mereka tidak bertemu apalagi jalan bersama. Jadi akan ia manfaatkan hari ini untuk bersenang-senang bersama Yona.

Ia pun bergegas masuk kedalam rumah untuk bersiap.

* * *

Meski harus menempuh perjalanan yang memakan lebih banyak waktu , Lia dan Yona sepakat ke bioskop untuk menghabiskan quality time yang sudah sangat langka semenjak keduanya disibukan dengan urusan masing-masing.

Saling menceritakan dunia mereka yang kini tak sejalan , melontarkan candaan dan juga godaan satu sama lain, hal itu mewarnai sepanjang perjalanan mereka.

" Lia " suara yang tak asing namun sudah lama tak terdengar menyapa.

Lia dan Yona yang baru saja akan memasuki ruang menonton bioskop itupun menghentikan langkah kaki mereka dan secara bersamaan membalikan tubuh mereka.

Seorang pria bertubuh tegap, dengan potong rambut cepak khas militer , tersenyum lebar .

Lia dan Yona saling menatap. Seakan bertanya lewat sorot mata siapa pria yang ada dihadapan mereka ini.

'' Ian, aku Ian.. Masa gak ingat ? Kita dulu satu kelas waktu SMA '' ucap pria bernama Ian, teman seangkatan mereka sewaktu SMA.

Lia mengangguk ketika mendengar nama yang tak mungkin ia lupakan. Laki-laki pertama yang menyatakan cinta padanya.

" oh, Ian.. iya ingat, ingat.. Qpa kabarnya ? " Yona tersenyum lebar , mencoba untuk terlihat akrab.

Namun ia sama sekali tak ditanggapi karena pandangan Ian sedang tertuju pada Lia. Pria itu bahkan tak canggung sedikit pun memperhatikan Lia yang penampilannya masih tetap sama seperti dulu. Cuek dan apa adanya.

Lia hanya mengenakan kaos polo berkerah berwarna hijau dipadu dengan jeans hitam dan sepasang sepatu kets biru, lengkap dengan tas selempang kecil berwarna hitam yang melingkar ditubuhnya.

Sangat berbeda jauh dengan Yona yang mngenakan terusan berlengan panjang berwarna navy, anggun dan sangat feminin. Sesuai dengan kepribadinya .

" ek.. ehemmmm '' Yona berdehem, mencoba menyadarkan Ian yang masih terpaku menatap Lia dengan begitu lekat .

'' ah, maaf.. aku cuma terpana sama kamu ,Lia.

Kamu gak berubah sama sekali... '' Ian lalu mengulurkan tangannya pada Lia.

Mendengar itu Lia tersenyum canggung.

Ia pun menyambut baik jabat tangan tersebut, meski merasa sedikit tak nyaman dengan Ian yang terus menatapnya tanpa jeda.

Lia merasa semakin btak nyaman saat Ian tak kunjung melepas tangannya, dan justru meremasnya erat .

Dan dengan terpaksa , Lia harus menarik tangannya dan jabatan itupun terlepas.

Ian yang menyadari respon hal tersebut, meminta maaf. Ia lalu mengulurkan tangan pada Yona.

Dan kali ini ia lakukan tak sampai tiga detik.

'' kamu apa kabarnya ? '' tanya Ian masih sumringah melihat wajah Lia yang tampak mulai salah tingkah.

" baik.. Kamu sendiri gimana ?'' Lia mencoba bersikap biasa.

" aku ? '' Ian semakin melebarkan senyumannya.

'' kalau kamu mau tau yang sebenarnya.

Sejak saat itu, aku gak pernah merasa baik.

Tapi setelah ketemu kamu lagi, disini.. aku rasa aku akan mulai kembali membaik "

'deg' pertama kalinya Lia mendapat gombalan dari seorang pria.

Lia tertawa canggung.

" udah dulu, ya kita mau masuk .

Sebentar lagi filmnya udah mau dimulai '' Yona menarik tangan Lia bermaksud untuk menghindari Ian.

Ia tau jika Lia mulai merasa tak nyaman, apalagi dengan tingkah laku Ian yang demikian.

Pria itu terang-terangan memperlihatkan bahwa dirinya masih tertarik pada Lia.

'' nonton ? Kebetulan aku juga lagi mau nonton.

Di teater no berapa ?''

'' ti.. tiga '' jawab Lia ragu.

'' sama dong, ya uda kita bareng aja.. kita juga uda lama gak ketemu ''

Lia dan Yona saling tatap dan perlahan.

Sambil berpegang tangan erat, keduanya mulai mengambil langkah dan diikuti oleh Ian yang masih tersenyum penuh bahagia dibelakang.

'' bukankah ini sebuah kebetulan ''

* * *

'' Liaaaa.. '' panggil suara itu lagi saat keduanya berusaha untuk cepat-cepat meninggalkan ruang teater usai menonton film .

Keduanya pun terpaksa berhenti, berbalik menghadap Ian yang masih dengan senyuman yang sama, dan masih tetap tertuju pada Lia.

'' Yona, bisa gak kamu kasi aku waktu sebentar buat ngomong sama Lia '' pinta Ian menatap Yona sesaat lalu dengan cepat sudah kembali melihat Lia lagi.

'' oke.. '' Yona yang tak punya pilihan saat melihat Lia mengangguk. Menandakan jika ia akan baik-baik saja untuk Yona tinggal.

Yona pun meninggalkan keduanya yang berdiri saling berhadapan disisi tepian lorong yang tak jauh dari pintu keluar teater tadi.

Hingga sampai keadaan mulai sepi, barulah Ian mulai menyampaikan maksud tujuannya yang mengajak Lia untuk bicara berdua saja.

'' waktu itu.. aku.. '' Lia tanpa sadar justru menjadi pembuka pembicaraan.

'' aku mau minta maaf soal waktu itu. kamu pasti kaget sampai kabur tanpa sempat menjawab pernyataan perasaanku " Ian dengan senyuman yang tak luntur .

'' bukan, begitu.. justru akulah yang minta maaf karena gak bisa ngasi jawaban ke kamu "

Untuk sesaat kedua terdiam. Membahas hal yang sudah 4 tahun berlalu rasanya tidaklah begitu penting.

Dan tampaknya itu hanya alibi Ian saja, hanya untuk mencari alasan agar dapat berdua dengan Lia saja.

Hal itu terlibat jelas dari sikap dan bahasa tubuhnya yang menunjukkan jika ia masih menyimpan rasa yang sama pada Lia. Walaupun sudah sekian tahun berlalu dan tak pernah bertemu.

'' Yona udah jelasin semua ke aku.. kalau kamu pacaran sama kak Arya.

Aku waktu itu aku sempat gak percaya, makanya sampai berani menyatakan perasaanku padamu ''

Lia tertunduk sambil tersenyum kecut.

''Lia, kalau masih ada kesempatan.

Aku pengen dekat sama kamu ''

Lia menegakan kepalanya.

'' kenapa aku ? Bukanya kamu di bilang sempat gak percaya aku bisa pacaran sama kak Arya ? Lalu kenapa masih mau sama aku ?''

'' buk.. bukan gitu maksudku.. ''

'' maaf, tapi aku masih sama kak Arya ''

Lia yang kesal lalu pergi meninggalkan Ian begitu saja.

Ia berjalan menghampiri Yona untuk kemudian mengajaknya segara pergi meninggalkan tempat tersebut.

* * *

'' Lia ''

Lia yang tadinya sudah akan melangkah untuk membuka pagar rumah, menghentikan langkahnya karena panggilan Yona tadi.

Ia pun membalikkan tubuhnya .

'' kamu masih sama kak Arya ?'' Yona dengan ekspresi ragu.

Ia takut menyinggung perasaan Lia.

Karena ia tau jika sahabat yang selalu dilanda krisis percaya diri .

Lia tersenyum sembari menganggukkan kepalanya dengan jelas. Menegaskan jika ia masih dan hubungannya dengan Arya baik-baik saja.

'' apa kamu yakin kamu akan baik-baik aja kalo terus jalan sama kak Arya ?''

Pertanyaan sama dari kesekian orang yang selalu mempertanyakan keyakinan pada hubungannya dan Arya.

'' apa kamu akan cerita soal hari ini ke kak Arya? ''

'' maksudmu ?''

'' tentang kamu yang ketemu Ian ?''

Lia berpikir sejenak. Lalu menggelengkan kepalanya ,masih dengan makna senyuman yang sama. Bahwa ia akan baik-baik saja.

'' jangan memaksakan dirimu, Lia... kalo emang uda gak bisa sebaiknya jangan diteruskan..

Apalagi dengan omongan di lingkungan tentangmu.

Kamu taukan gimana pandangan orang soal hubunganmu dengan kak Arya ?

Kasian kamunya , dan juga keluargamu kalo terus-terusan jadi bahan gunjingan "

Lia menarik nafas panjang, ia lalu melangkah untuk menghampiri Yona yang masih duduk diatas motor dengan mesin yang menyala.

'' aku gak peduli apa kata orang tentang hubunganku dengan Arya kaya apa, gimana dan harus seperti apa.

Karena aku cukup yakin dengan apa yg sedang aku jalani.

Jadi ,na .

Aku minta sama kamu untuk tidak ikut-ikutan menyudutkanku... ''

'' maaf, aku gak bermaksud begitu.

Ak- aku hanya gak takut kalau nanti kamu terluka ''

'' aku tau kamu peduli sama aku, sama kaya mereka yang juga mengatakan hal serupa kaya yang kamu katakan barusan.

Dan aku sangat berterima kasih untuk itu.

Tapi kumohon percayalah padaku.

Aku tau bagaimana menjaga diri, hati dan perasaan ku.

Dan aku gak akan biarkan diriku sampai terluka seperti yang selalu kalian khawatir ''

Usai berkata demikian Lia kembali berbalik dan segera masuk kedalam rumah.

" kenapa tak satupun dari mereka yang mendukung hubunganku dan Arya? "

* * *

' bruk' Lia menjatuhkan tubuh diatas kasur kapuknya.

'' uda pulang, kak ? mana oleh-olehnya ?'' tanya Mina yang baru saja masuk kedalam kamar saat mengetahui jika kakaknya telah pulang .

Lia meraih tas yang masih melingkar di tubuhnya lalau membuka kait penutup dan mengeluarkan dompetnya.

Dompet ? pikir Mina bingung.

Lia terlihat mengeluarkan lembaran rupiah berwarna biru , kemudian ia sodorkan pada Mina.

'' bayar uang smestermu.. Sisanya buat jajan ''

Mina teringat jika ini adalah tanggal sang kakak menerima transferan gaji bulanan.

Mina mengambil uang tersebut dengan perasaan campur aduk. Senang karena ia selalu dapat membayar uang semester tepat waktu. Tapi ia juga merasa tak nyaman mengingat bagaimana kakaknya bekerja keras namun semua hasilnya hanya untuk membayar biaya kuliahnya.

'' kenapa ? Gak mau ? ya , uda sini.. balikin .. '' Lia mencoba menggoda adiknya itu dengan bangun dan hendak meraih uang itu kembali.

Ia bahkan sampai tertawa melihat wajah adiknya.

Padahal tadi wajah Mina tampak begitu senang melihatnya datang dan dalam sekejap berganti dengan mata yang mulai menganak sungai.

'' kan uda kakak bilang.

Jangan pernah merasa terbebani.

Semua biaya yang kakak keluarkan untuk kamu itu gak gratis .

Nanti juga pasti akan kakak tagih kalo kamu uda kerja.

Makanya kuliah yang benar, cari kerja yang mapan. Karna kakak akan minta sesuatu yang mau gak mau harus kamu penuhi ''

Tiba-tiba saja, Mina yang sudah tak lagi mampu menahan air matanya langsung mendekat dan memeluk Lia. Ia tumpahkan semua tangisnya, sampai terdengar suara sesenggukan dari isak tangisnya.

'' Mina janji, ka- kalo kerja nanti.. Gaji pertama Mina semua buat kakak "

Lia membalas pelukan Mina dengan menepuk-nepuk punggung saudara perempuan satu-satunya itu dengan lembut.

" pegang kata-kata mu itu, ya.. Karena nanti pasti akan kakak tagih " Lia mengecup pucuk kepala Mina. Menyalurkan rasa senang dan sayang pada adik yang selalu dapat menjadi salah satu penyemangat hidupnya.

* * *

Malam semakin larut. Lia kini sudah berada diatas tempat tidurnya. Berbaring dengan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.

Kebiasaannya yang tak bisa tidur tanpa selimut, meski cuaca panas sekalipun.

Seperti malam ini, udara tak begitu dingin tapi ia menyelimuti tubuhnya hingga batas bahu.

' trrrtttttttt' getar handphone yang ada diatas meja kecil yang ada tak jauh dari ranjangnya.

Lia segera mendudukan diri, meraih ponsel yang masih dalam jangkauannya itu.

Tertera panggilan video masuk dan itu dari Arya.

Lia segera membenarkan tampilannya, dengan buru-buru ia menggeser tanda ' terima panggilan '.

Namun Lia lupa jika ia sedang mengenakan tanktop tanpa apapun lagi didalamnya.

Hanya saja bentuk dari ujung *********** itu tersamarkan oleh rambutnya yang tergerai dengan panjang yang sudah melewati batas bahu .

'' Hai '' Lia tersenyum pada wajahnya pria yang sangat ia rindukan .

Arya tampaknya sedang melakukan panggilan video itu dalam keadaan berbaring.

Melihat tampilan Lia yang tak biasa, seketika Arya bangun dari baringnya.

'' Hai '' Arya tampak memalingkan pandangannya sesaat lalu kembali melihat pada Lia yang tampak heran dengan tingkah lakunya yang dinilai tak biasa .

'' kenapa ?'' tanya Lia tampak semakin heran. Ia belum menyadari tampilan dirinya.

'' gak papa.. Gimana acara kencannya sama Yona tadi ''

Lia pun mulai menceritakan tentang bagaimana ia menghabiskan hari liburnya dengan nonton bersama Yona tadi sore. Dan tentu saja tanpa menyebutkan tentang Ian .

Arya terus mengembangkan senyuman selama mendengarkan semua celotehan Lia . Bukan hanya wajahnya manis itu yang tengah ia nikmati, namun ada pemandangan lain yang sangat mencuri dan membuatnya begitu penasaran akan isinya.

Hingga panggilan itu berakhir dengan ucapan selamat malam sebagai penutup.

Lia kembali merebahkan tubuhnya sambil mendekap ponsel itu didadanya.

Seketika ia tersadar, dan bangkit duduk.

Ia menundukan kepalanya, melihat bagaimana tampilannya yang begitu terbuka dan itu berarti, sudah pasti dilihat oleh Arya tadi.

Dalam hati Lia mengumpat, memaki dirinya sendiri.

Bagaimana ia dengan tak tau malunya dan tanpa sadar telah menunjukkan tampilannya saat tidur.

Namun yang berada di belahan bumi lainya justru merasakan hal berbeda. Arya tampak tersenyum begitu senang karena panggilan yang ia lakukan tadi telah memperlihatkan sesuatu yang selama ini belum pernah ia lihat sebelumnya.

Rasanya ia sudah tak sabar untuk segara menyelesaikan studinya.

Dan hanya tinggal beberapa bulan lagi ia harus bertahan, lalu ia akan kembali ke tanah air.

Terpopuler

Comments

Yenny Fransisca

Yenny Fransisca

xixiixixixix...pandangan apa tuhhh..boleh dong turunin dikit kameranya🤤🤤🤤🤤🤤

2021-04-17

3

lihat semua
Episodes
1 Putih Abu-Abu
2 Pacar
3 Weekend
4 Beban
5 Bohong
6 LDR
7 Tunggu aku
8 Tak ada yang mendukung
9 Siapa dia ?
10 Menahan
11 Maaf
12 Aku lelah denganmu
13 Jawaban tak pasti
14 Panggilan sayang
15 Jangan lakukan apapun
16 Pantai
17 Tentang Karin, Bram dan Alex
18 Kamu
19 Pesta
20 Suasana pesta
21 Berpisah
22 Dengan mu
23 Apartemen
24 Gosip
25 Pertunjukan menarik
26 Break
27 Hei,
28 Firasat baruk
29 Sama aku
30 Melindunginya
31 Tanpa mereka sadari
32 Putus
33 Rasa tak rela
34 Terpancing
35 Tak akan menyesal
36 Kabar mengejutkan
37 Ku terima tawaranmu
38 Ketika sudah menjadi mantan
39 Sesuai harapan
40 Arti hari ini
41 Egois
42 Luluh
43 Kau akan pergi ?
44 Jangan mereka
45 Obat frustasi yang ampuh
46 Pendiriannya yang keras
47 Gak berjodoh
48 Senyum yang sempurna
49 Misi lama cara baru
50 Sulitnya moveon
51 Urusan yang harus diselesaikan
52 Sejauh mana perjuangan kalian
53 Inginkan akhir yang sama
54 Tujuan tertentu
55 Pertunangan
56 Setelah ini kita menikah
57 Tetap di posisinya
58 Gelisah
59 Gelisah part 2
60 Jalan buntu
61 Gimana Rasanya
62 Pernikahan
63 Pernikahan part 2
64 Bulan Madu
65 Gak boleh
66 Dia pergi
67 Sirna seketika
68 Sirna seketika
69 Mau apa mereka
70 Bukan dia
71 Surprise
72 Hari bahagia
73 Lia kesal
74 Garis dua
75 Penasaran
76 Siap mendengarkan
77 Kerjain aku
78 Kamu hamil
79 Kamu dimana
80 Menunda
81 Jangan khawatirkan mereka
82 Laki-laki atau perempuan
83 Teriakan Lia
84 Tak ada salahnya
85 Marahnya
86 Menghela nafas
87 Sangat mencintainya
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Putih Abu-Abu
2
Pacar
3
Weekend
4
Beban
5
Bohong
6
LDR
7
Tunggu aku
8
Tak ada yang mendukung
9
Siapa dia ?
10
Menahan
11
Maaf
12
Aku lelah denganmu
13
Jawaban tak pasti
14
Panggilan sayang
15
Jangan lakukan apapun
16
Pantai
17
Tentang Karin, Bram dan Alex
18
Kamu
19
Pesta
20
Suasana pesta
21
Berpisah
22
Dengan mu
23
Apartemen
24
Gosip
25
Pertunjukan menarik
26
Break
27
Hei,
28
Firasat baruk
29
Sama aku
30
Melindunginya
31
Tanpa mereka sadari
32
Putus
33
Rasa tak rela
34
Terpancing
35
Tak akan menyesal
36
Kabar mengejutkan
37
Ku terima tawaranmu
38
Ketika sudah menjadi mantan
39
Sesuai harapan
40
Arti hari ini
41
Egois
42
Luluh
43
Kau akan pergi ?
44
Jangan mereka
45
Obat frustasi yang ampuh
46
Pendiriannya yang keras
47
Gak berjodoh
48
Senyum yang sempurna
49
Misi lama cara baru
50
Sulitnya moveon
51
Urusan yang harus diselesaikan
52
Sejauh mana perjuangan kalian
53
Inginkan akhir yang sama
54
Tujuan tertentu
55
Pertunangan
56
Setelah ini kita menikah
57
Tetap di posisinya
58
Gelisah
59
Gelisah part 2
60
Jalan buntu
61
Gimana Rasanya
62
Pernikahan
63
Pernikahan part 2
64
Bulan Madu
65
Gak boleh
66
Dia pergi
67
Sirna seketika
68
Sirna seketika
69
Mau apa mereka
70
Bukan dia
71
Surprise
72
Hari bahagia
73
Lia kesal
74
Garis dua
75
Penasaran
76
Siap mendengarkan
77
Kerjain aku
78
Kamu hamil
79
Kamu dimana
80
Menunda
81
Jangan khawatirkan mereka
82
Laki-laki atau perempuan
83
Teriakan Lia
84
Tak ada salahnya
85
Marahnya
86
Menghela nafas
87
Sangat mencintainya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!