🌺hem.. 🌺
* * *
'tdrrttttttt' getar yang beradu dengan dering handphone kembali terasa saat ia baru saja masuk ke dalam kamarnya.
Lia segera meraihnya, mengecek siapa gerangan si pemanggil yang sejak tadi tak berhenti menghubunginya.
Begitu pun pada Yona. Dalam perjalanan pulang ke rumah, handphone mereka terus menerus silih berganti berdering.
Sempat terjebak macet dan juga krena ingin segera sampai rumah, keduanya memutuskan untuk tidak mengangkatnya.
Mereka mengira jika itu adalah telpon dari orang rumah. Mengingat sebelum pergi tadi mereka di suguhi banyak omelan .
Lia membelalakan kedua matanya tak percaya , melihat angka yang tertera pada layar handphonenya itu.
56 panggilan gak terjawab.
Rekor panggilan terbanyak, sepanjang hubungannya bersama Arya.
Ia tak dapat membayangkan bagaimana pria itu sanggup berkali-kali mencoba menghubungi dan tak sekalipun ia angkat.
'ting-ting-ting-ting-ting' 5 pesan masuk di waktu yang berbeda.
Dua jam yang lalu. Jika ia tak salah ingat.
Itu adalah saat dimana ia dan Yona masih berada dipantai.
Arya : kenapa handphone mu gak bisa dihubungi ? kamu di mana ?
Selang 30 menit kemudian pesan berikutnya masuk.
Arya : Lia, kamu di pantai ?
Dan dua pesan lainnya berisi kurang lebih sama.
Hanya isi pesan yang terakhir berbeda.
Dan setelah membaca pesan tersebut Lia seketika mengambil langkah cepat.
Ia seger meraih handuk dan masuk kedalam kamar mandi.
Mina yang saat itu kebetulan ada dirumah menatapnya heran, sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Karena belum sampai 5 menit, kakaknya itu sudah keluar dari kamar mandi dan dengan cepat masuk ke kamar. Bahkan saking terburu-burunya Lia tanpa sengaja membanting pintu saat menutupnya.
Arya : Hari ini kamu masuk siangkan ?
Aku sebentar lagi kesana.
Hari ini aku yang akan mengantar dan juga menjemputmu kerja .
* * *
Setelah maraton yang ia lakukan tadi, Lia kini tampak sudah siap untuk berangkat kerja.
'' kakak pergi dulu, ya...'' Lia sempat melambai pada Mina yang tengah duduk diruang tamu dengan kedua tangan yang sibuk bermain handphone.
'' bawa aja motor tu, kak. Aku hari ini gak kemana-mana juga kok ''
'' ada doi yang mau antar '' Lia tersenyum pamer. Maklum adiknya itu tak pernah terlibat ataupun terlihat berhubungan dengan lawan jenis.
'' bodo, amat ''
Senyum penuh ejekan itu kian melebar, ia bahkan sampai memutar lehernya melihat kebelakang pada Mina. Sedangkan tanganya bersiap membuka pintu .
' deg' Lia terkejut .Didapatinya Arya yang sudah memarkirkan motor tepat didepan rumahnya .
Senyumnya luntur seketika. Dengan sedikit menundukan kepala ,ia pun mulai berjalan dengan perlahan .
Lia enggan menatap Arya yang sejak ia keluar dari rumah tadi sudah menatapnya lekat.
" memang salah apa aku , sampai di plototin kaya gitu " Lia yang sudah naik keatas bonceng.
Motor yang menyala itu masih belum juga bergerak.
Seakan memberi kode untuknya agar merapat, seperti yang sudah Arya undang-undangkan padanya.
Barulah setelah ia melingkar kedua tanganya pada pinggang Arya, roda motor itupun berputar maju.
Di sepanjang perjalanan menuju hotel, hanya diam yang ada diantara mereka.
Bahkan saat sampai dihotel pun keduanya masih menahan untuk tidak bicarakan.
Lia menatap heran saat ia ditinggal pergi begitu saja.
Entah apa lagi maksud dari sifat Arya kali ini.
Marahkah atau apa, Lia tak tau.
Pria itu sama sekali tak mudah di baca dan sulit untuk di tebak apa maunya.
Namun saat akan melangkah masuk ke gerbang masuk hotel, ia menerima pesan dari Yona.
Yang berisi screenshot WA dari Arya .
Kini Lia tau kenapa sikap Arya seperti tadi.
* * *
Malamnya, setelah selesai berkerja.
Sesuai isi pesan Arya tadi siang, Lia yang sudah berdiri di depan tempat ia biasa menunggu jemputan tampak senang ketika melihat Rena dari kejauhan .
'' hai'' sapa Lia menyenggol lengan Rena.
'' Hai '' terdengar balasan dengan suara lemah.
'' kok, lesu ? kenapa ? '' Lia heran.
Wajah Rena terlihat sama sekali tak bersemangat dan bahkan sampai beberapa kali mengehela nafas.
'' apa karena masih harus lembur jam shift nya ?'' mencoba menebak alasan dari ekspresi yang ditunjukan Rena.
Rena kembali menghempaskan nafas dengan berat.
'' maaf ,ya .Semua gara-gara aku, kamu sama yang lainnya harus kerja lembur ''
Rena melihat sekilas padanya lalu menggeleng perlahan.
'' gak papa ''
'' gak papa tapi jawabnya lemas gitu ''
'' aku cuma lagi gak enak badan aja ''
'' kamu, sakit ? kok gak ijin aja ?''
'' bukan hal besar, kok. Aku cuma sedikit kecapean ''
Lia merasa tak nyaman.Ia masih merasa bersalah.
Karena dirinya yang mendadak di pindah ke. bagian housekeeping ,membuat mereka yang bertugas dibagian resepsionis mauntak mau harus menambahkan jam kerja sampai posisi kosong tersebut mendapatkan pengganti.
Lia pun berpikir jika yang membuat Rena terlihat tidak bersemangat adalah karena hal itu.
'' maaf, ya gara-gara aku---'' Ucap Lian terputus.
''aduh, Lia. beneran ,deh.Bukan karena kamu, bukan karena itu.
Tapi, memang aku lagi ada sedikit masalah aja '' Rena tampak mulai kesal.
Karena ini bukan kali pertama Lia meminta maaf untuk hal yang sama sekali bukanlah kesalahannya.
Lia terdiam.
Selang beberapa saat kemudian.
'' maaf, aku gak maksud marah sama kamu.
Gak semestinya aku lampiaskan kekesalan ku sama kamu '' Rena mendekat, lalu mengelus lengan Lia.
'' iya, gak papa. Aku juga yang main sewot aja karena masih belum bisa move on dari pekerjaan lamaku ''Lia tersenyum canggung.
''hem.. kayanya enak ya jadi kamu. Belum ada beban... masih bebas..
Yang dipikirin cuma cari uang aja.
La aku ? Mana harus kerja buat nyari tambahan. Belum lagi urusan anak, suami, tambah ini lagi '' Rena menunduk, menatap ke arah perutnya.
Lia mengerutkankan dahi.
Berpikir dan mencoba menebak maksud perkataan Rena.
'' arghhhhhh.. dasar mas Rian gak bisa di kasih tau!!! " tiba-tiba Rena berteriak .Rian yang ia sebut tadi adalah nama suaminya.
'' eheheh.. kenapa, si... lagi berantem ya '' Lia ragu untuk ikut campur, namun tak kuasa menahan rasa penasarannya.
Rena yang memang blak-blakan dalam bicara itupun mulai bercerita tentang dilemanya saat ini.
'' Padahal uda ku bilang belum aman, jangan dulu buang di dalam.
Eeeeeeee dianya bilang terlanjur nanggung.. '' Rena mulai merengek, mengingat kejadian nikmat bulan lalu yang berujung pada positif nya hasil test yang ia lakukan tadi pagi.
Lia menarik nafas panjang. Ia sudah bisa sedikit bisa menebak apa sudah terjadi dalam rumah tangga temanya itu. Meski ia belum mengerti seratus persen penyebab masalahnya seperti apa.
Lia tak berani bicara apa-apa lagi. Ia biarkan saja Rena mulai meluapkan semua uneg-unegnya.
'' makasi, Lia uda mau dengerin semua sumpah serapah ku '' Rena terlihat ngos-ngosan setelah tadi mercos tanpa henti.
Ia tersenyum puas pada Lia.
'' iya, gak papa. Senang bisa bantu kamu walaupun hanya sebagai pendengar '' Lia masih terseyum canggung. Itu karena semua hal yang barusan ia dengar sangatlah tabu baginya. Apalagi di bagian panas yang menurutnya sangat vulgar.
Ia pernah dengar jika masalah rumah tangga memang tak jauh dari urusan ranjang.
Lia bergidik merinding.
'' sekarang gantian kamu yang keluarin apa yang jadi uneg-unegmu ''
Lia memelototkan kedua matanya.
Menjadi pendengar saja ia sudah cukup gemetar lalu kini di minta berbalik cerita tentang apa yang membuatnya galau.
Meskipun ada, tapi ia tak akan mau mengatakannya .
Karena Lia bukan tipe orang yang mudah percaya untuk bercerita tentang dirinya, apalagi pada Rena yang terkenal akan ke emberan mulutnya.
'' Seperti yang kamu bilang tadi kalah aku ini masih bebas . Belum ada beban yang berati dalam. hidupku saat ini. Jadi, aku baik-baik aja ''
'' beneran gak ada ?asa sama kak Arya juga gak pernah ada marah yang di pendam ?''
Lia menggeleng kecil.
'' aku iri deh sama kamu, bisa dapat pacar kaya kak Arya .Apalagi kalau misalnya nanti kalian sampai menikah.
Secara, kak Arya itu sempurna dalam hal apapun.Pintar iya, ganteng,iya.Dari keluarga berada lagi.
Masa depan rumah tangga kalian juga pasti terjamin.
Jadi nanti gak perlu lagi tu, kamu kerja keras kaya gini.
Tinggal duduk manis dirumah dan layani suami
gak perlu pusing mikirin apa-apa lagi '' Rena terdengar sedang membandingkan dirinya.
Lia terdiam.
Rumah tangga ? Dua kata itu sama sekali tak pernah terlintas dikepalanya.
Meski usianya terbilang matang, namun ia sama sekali belum memikirkan hal tersebut.
Bahkan saat banyak diantara teman seangkatannya sudah menikah dan memiliki anak . Termaksud Rena yang kini sedang frustasi karena mengandung anak ke dua.
" enak, ya kamu.. nanti menyandang status sebagai nyonya seorang GM '' dengan wajah cemberut, Renapun teringat hal besar yang akan terjadi besok.
Lia terperangah, terkejut sekaligus tak percaya apa yang baru saja Rena katakan.
Ia ingat jika Arya pernah mencoba untuk menyinggung hal tersebut.
Namun saat itu dengan cepat ia sanggah. Hingga Arya pun tak meneruskan ucapanya.
Ia tak menyangka jika saat itu yang ingin Arya bahas adalah prihal Arya yang berhasil medapatkan posisi GM.
'' ah, yang benar ? Masa kamu belum tau ?
Kalau rapat yang di adakan besok itu untuk meresmikan jabatan kak Arya sebagai GM yang baru ?
Jangan bilang kak Arya gak bilang apa-apa soal ini ke kamu ?
Atau bisa jadi dia mau kasi surprise ke kamu ?''
Rena menatap Lia yang masih dengan ekspresi yang sama.
Ekspresi yang menunjukan jika ia terkejut karena memang tak tau apa-apa.
'' kayanya hubungan kalian gak semulus kelihatannya, ya ?''
Mungkin karena dalam suasana hati yang buruk , ekspresi yang ditunjukan Rena saat melontarkan pertanyaan tadi terkesan mengejek bagi Lia.
Rena seakan menemukan celah untuk melampiaskan keekesalanya.
Lia yang sempat ia iri akan kehidupannyabitu, ternyata memiliki masalah dalam hubungannya.
Dalam hati ia menertawakan nasib Lia yang mungkin akan berakhir tragis.
Bagaimana tidak ? Lia mungkin saja akan kehilangan Arya.
Pria yang begitu di idam-idamkan oleh banyak karyawan wanita di hotel tempat mereka bekerja.
'tit. tit. tiiiiiiiiiii ttttt' suara klakson motor mengagetkan keduanya.
Tampak Arya disebarang jalan sana.
Dengan kaca jendela mobil ia buka, ka menatap Lia seakan mengisyaratkan agar Lia segera datang padanya.
'' duluan, ya '' pamit Lia.
Rena menatap kosong ke arah Lia yang sudah berjalan meninggalknya.
Iri kembali menyeruak dalam dirinya.
Hal yang sering terjadi pada kebanyakan orang.
Selalu melihat pada apa yang ada didepan mata lalu secara tak langsung membandingkan hal tersebut dengan dirinya sendiri.
Jelas itu salah.Sebab masing-masing miliki masalah pada hidupnya sendiri.
Hanya saja cara tiap orang dalam menanggapinya berbeda-beda.
Ada yang dengan terang-terangan menunjukanya, ada yang tak bermaksud menunjukkannya namun justru orang lainlah yang melakukanya.
Namun ada lagi orang yang berusaha sebisa mungkin untuk menutupinya.
Rena adalah pribadi yang pertama, namun ia juga sering berperan menjadi orang kedua sebagai perentara alias penyampai pesan dari satu telinga ke telinga lainya.
Dan Lia termaksud golongan ketiga. Orang yang bermasalah bodoh, tidak mau larut ketika menghadapi masalah dan lebih senang memendamnya sendiri.
* * *
'' apa yang kalian bicarakan sampai wajahmu seserius tadi ?
Sampai aku klakson beberapa kali pun kamu gak dengar '' tanya Arya saat Lia baru saja masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi yang ada disampingnya.
Arya menginjak gas dan mobilpun mulai bergerak memasuki jalanan.
'' cuma curhat antar perempuan '' singkat Lia menatap sesaat pada Arya.
Pria itu mengenakan kaos polo berkerah warna merah. Sama seperti kaos lengan panjang yang ia kenakan saat ini.
'' sudah makan ? ''
Lia ragu untuk menjawab. Ia terlihat merogoh sesuatu dari dalam tas selempangnya. Kemudian melihat tanda waktu pada layar handphone yang ia ambil dari dalam tasnya tadi.
''ini uda jam 9 '' Lia yang secara tak langsung menolak. Karena ia tau maksud pertanyaan tadi.
'' jadi ? ''
'' kita langsung pulang aja, ya ?'' Suara Lia sedikit memelan.
Seketika Arya memutar stirnya kekanan, ia menepikan mobilnya dan berhenti.
Arya menyampingkan tubuhnya. Menatap Lia .
'' Tadi pagi aja kamu bisa meluangkan waktumu untuk Yona.
Lalu kenapa denganku gak bisa ? " Arya menatap lekat kedua mata Lia yang berkedip dengan cepat.
Kedua bola mata itu bergerak kesana kemari seakan tengah mencari alasan apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan Arya.
" Lia " Arya meraih jemari yang ia tumpu jadi satu diatas pahanya.
Perlahan Lia menundukan kepalanya, melihat pada tangan yang tengah membungkus semua jemarinya.
" Arya, bukan gitu maksudku " Lia menarik kedua tangannya dan meletakkan disamping duduk tubuhnya.
Arya pun melakukan hal yang sama. Menarik tanganya dan meletakkannya kembali pada stir.
" Lia, selama ini kamu anggap aku sebagai apa? " tanya Arya tanpa melihat kearahnya. Pria itu menatap lurus kedepan dengan ekspresi datar.
Lia diam. Ia ragu harus menjawab apa.
" pacar " jawab Lia setelah beberapa saat berpikir.
Arya kembali menatapnya, Arya mencondongkan tubuhnya untuk mendekat pada Lia.
" mendekatlah " Arya masih dengan ekspresi datarnya.
" ma.. ma.. mau apa? "Lia gugup bercampur takut.
Namun entah kenapa tubuhnya bergerak untuk menuruti seperti yang Arya katakan.
Kini mereka hanya berjarak satu jengkal saja. Jika bukan karena safety yang masih terpasang dan menahan tubuh keduanya, mungkin saja mereka akan benar-benar saling bersentuhan.
" cium aku "
' deg ' Lia tak berkutik. Tubuhnya mengaku, lidahnya mengkelu.
Lia tak dapat bergerak dan juga bicara .
Secara reflex kedua bola matanya bergerak turun , melihat ke bibir Arya .
Dapat dirasakannya hembusan nafas khas pria berbau tembakau bercampur mint menyapu permukaan wajahnya.
" ap..ap.. ap .. apa? " Lia merasa sulit untuk bernafas.
Arya menarik salah satu sudut bibirnya sembari menarik mundur tubuhnya.
Disusul kemudian oleh Lia yang sama juga terlihat tengah melakukan hal yang sama.
* * *
Keesokan harinya.
Rapat besar dengan agenda pelantikan GM yang baru, sekaligus memperkenalkan direktur yang baru, sudah tersebar di seluruh penjuru hotel.
Berbagai persiapanpun sudah dilakukan demi terlaksananya acara tersebut dengan lancar .
Satu persatu para petinggi dan juga pemegang saham sudah terlihat mulai memaski hotel, dan berjalan menuju ruang rapat yg terletak di lantai teratas hotel tersebut.
Tampak di antara adalah Alex .
Ia berjalan bersamaan dengan kedua orang tuanya.
Bram yang merupakan pemilik hotel tersebut dengan menggandeng Karin wanita yang senantiasa ada dimana kakinya melangkah.
Hari itu ia akan menyerahkan kuasa sepenuhnya pada Alex yang kemudian akan memegang jabatan sebagai direktur sekaligus pewaris hotel tersebut.
Mereka berjalan menuju lift khusus yang hanya diperuntukkan pada yang memiliki jabatan dan kedudukan saja.
Langkah mereka berhenti tepat di depan pintu masuk ruangan yang dijadikan tempat berlangsungnya rapat tersebut .
'' kau tunggulah di kamar seperti biasa '' Bram mengecup pipi Karin dengan satu tangan ia lingkaran dipinggang ramping istrinya.
'' apa mas akan lama ?'' tanya Karin yang sebenarnya sudah bisa menebak apa jawaban dari Bram.
Namun ia hanya ingin memastikannya saja. Dengan harapan, mana tau jika hari ini akan berbeda dari hari kemarin.
Bram mengeratkan rangkulanya , hingga tubuh mereka merapat tak berjarak.
Tak ia hiraukan bagaimana pendapat setiap pasang mata yang melihat kerahnya.
Termaksud Alex. Anaknya itu memilih memalingkan wajahnya ke lain arah.
'' berhentilah menanyakan hal yang kau sudah tau Jawabanya, Karin.
Aku sudah menyuruh mereka membersihkan kamar .Semua keperluan kita juga sudah disiapkan.
Malam ini kita akan menginap disini.
Karena nanti malam akan diadakan sebuah jamuan ''
Lagi.
Batin Karin yang dilanda kecewa.
Sama seperti sebelumnya. Dimana setiap kali ikut dalam perjalan bisnis , ia selalu diminta untuk menunggu di kamar hotel.
Sementara Bram akan sibuk mengurusi bisnisnya maka selama itu pula ia harus berdiam diri di kamar dan tak boleh keluar tanpa seijin Bram. Atau lebih tepatnya ia tak boleh pergi kemanapun jika tidak bersama Bram.
Karin berjalan di temani oleh seorang manager yang ditugaskan khusus untuk menemani sekaligus mengawasinya.
Mereka menuju kamar Presidential suite room yang berada dilantai yang sama.
Sebuah kamar yang hanya ada satu-satunya dihotel tersebut dan hanya boleh digunakan oleh pemiliknya saja.
Hotel itu adalah satu diantara sekian banyaknya hotel milik Bram yang hanya ada di kota-kota besar di indonesia.
Pintu dibuka. Karin pun melangkah masuk kedalamnya.
Sedangkan si manager wanita tadi ia minta agar menunggu diluar saja.
Ia ingin sendiri . Tak ingin di ganggu oleh siapapun.Begitu pintanya pada si manager.
Karin langsung menuju ke ruang mini bar yang masih berada dalam satu ruangan tersebut.
Baru saja akan meraih salah satu gelas yang ada di meja bartender, ia melihat seorang petugas housekeeping yang baru saja keluar dari toilet.
Sepertinya baru saja selesai membersihkan ruang tersebut.
Karin terkejut, saat petugas yang adalah seorang perempuan itu berbalik menghadapnya.
Dia adalah salah satu dari dua gadis yang membantunya kemarin.
" kamuuuuuuu... " Karin terlihat kesulitan mengingat nama gadis yang mengikat tunggal rambut hitamnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments