🌺hem... 🌺
* * *
Semenjak itu, setiap hari selama jam istirahat berlangsung dua gadis yang duduk di kelas 1 semester 2 itupun harus ke kantin bu Ratih untuk menemui dua kakak kelas laki-laki mereka.
Dan hal itu lebih ditekankan kepada Lia.
Sejak hari dimana mereka menyanggupi untuk datang ke kantin, saat itulah hari dimana Lia dan Arya dimulai.
Tak ada yang tau pasti apa yang diinginkan Arya dari gadis sederhana itu.
Sedangkan Alex, ia sama sekali tak tertarik sedikitpun pada kedua gadis yang menurutnya bukan selera bagi orang selevel mereka.
Namun demi menghargai persahabatannya dengan Arya dan dengan sedikit terpaksa ,iapun mau menemani Arya untuk bertemu dengan Lia .
Tak ada hal spesial yang mereka lakukan selama bertemu di kantin.
Arya hanya akan meminta Lia makan dengan duduk disampingnya. Dan sesekali ia akan menanyakan beberapa hal tak penting lainnya.
Aneh memang bagi Lia dan Yona.
Apalagi bagi Lia. Ia sama sekali tak yakin jika Arya memiliki perasan khusus sampai memintanya untuk setiap hari bertemu.
Ia masih yakin jika ini hanya permainan anak laki-laki yang hanya suka mengerjai siswi sepertinya .
Namun siapa yang tau isi hati Arya yang sebenarnya. Ia bahkan diam-diam selalu memperhatikan setiap gerak gerik Lia disekolah, termaksud menungguinya saat pulang sekolah.
Ia akan memarkirkan mobilnya didepan sekolah hanya untuk menunggu sampai Lia dan Yona keluar dari gerbang sekolah.
Seperti ada kesenangan tersendiri baginya, dapat melihat bagaimana keceriaan dua gadis itu sambil mengayuh sepeda mereka.
" apa si yang kamu liat dari Lia ? " tanya Alex pada Arya yang sejak tadi belum juga terlihat akan menghidupkan mesin mobilnya.
Alex yang merasa bosan karena harus ikut menunggu itupun lalu melemparkan pandangan ke lain arah. Rasa tak suka perlahan menjadi benci pada kedua gadis itu ,karena telah membuat sahabatnya itu mulai berkelakuan tak sewajarnya.
" cewek banyak, ya.. Kalo kamu butuh mainan bilang aja ke aku.
Kucariin yang selevel sama kita.
Ngapain coba kamu pilih gadis kaya-- " ucapan Alex terputus saat Arya tiba-tiba saja menatap tajam dirinya .
Arya mulai menghidupkan mesin mobilnya, lalu menginjak gas dan mulai memacu laju kendaran roda empatnya itu ke jalan raya.
Alex tak berdaya, jika saja ia tidak dalam masa hukuman oleh orang tuanya, ia pasti memilih menggunakan kendaraan sendiri. Alex dengan kesalnya.
Semua itu akibat dari kecerobohannya yang sudah merusak salah satu mobil dirumahnya dengan menabrak pembatas jalan tol. Bersyukur itu hanya kecelakaan kecil. Tak ada luka fisik yang berarti ditubuhnya.
Namun cukup berakibat fatal baginya.
Seluruh fasilitas mewah yang selama ini Ia terima dicabut oleh orang tuanya. Mulai dari mobil, kartu kredit bahkan sampai uang sakunya juga ikut dikurangi .
Karena itulah ia kini tergantung sepenuhnya pada Arya untuk menjemputnya pergi ke sekolah dan juga mengantarkannya kembali ke rumah.
Ia sebenarnya bisa saja meminta sopir untuk melakukan hal tersebut. Tapi itu berati, setelah pulang dari sekolah ia tak akan bisa kemana-mana lagi.
Berbeda jika bersama Arya. Setidaknya ia masih bisa sedikit mencari hiburan , meski Aray tergolong anak rumahan yang jarang keluyuran sepertinya.
* * *
Mobil memasuki area sebuah rumah mewah berlantai tiga seluas 300 meter persegi yang masih belum selesai direnovasi.
Tampak tumpukan pasir dan bata serta para pekerja bangunan yang sibuk berkerja di sana.
Rumah tersebut berada dipinggir jalan utama, tak jauh dari gerbang masuk gang yang merupakan lingkungan tempat tinggal Lia dan Yona .
" Jadi ini rumah barumu ? " Alex yang mengedarkan pandangan ke setiap sudut dari ruangan yang tengah ia dan Arya lewati.
Setiap ruangan masih tampak lapang karena memang belum diisi perabotan.
Keduanya lalu menaiki anak tangga menuju lantai tiga dimana kamar Arya berada.
" itu karena jarak ke sekolah dari sini tu dekat . Jadi gak perlu buru-buru takut kejebak macet " Ucap Arya meliat sesaat pada teman arogannya itu.
Sepertinya pertengkaran mereka tadi sudah dilupakan oleh keduanya, terutama bagi Arya. Bagaimanapun ia menghadapi sikap semau hati Alex, Arya selalu masih menolerinya.
Sifat Arya itulah yang tak pernah ia dapatkan dari siapapun yang selama ini berteman dengannya.
Arya mungkin jarang bicara namun ia merupakan pribadi yang tak suka memendam masalah apalagi larut didalamnya.
Pemikiran dewasa untuk anak seusianya.
" Lagian kata papa kalo tinggal dilingkungan kaya gini, sosialisasi dengan lingkungan sekitar lebih kerasa keakrabannya "jelas Arya yang langsung menuju kamar mandi.
'brak' pintu kamar mandi tertutup. Tak lama kemudian Arya sudah keluar dengan pakaian rumah. Ia lalu duduk menuju meja belajarnya.
" gak bosan liatin buku terus ? " Alex yang malas melihat ketekunan Arya yang memang selalu menjadikan belajar sebagaimana ia membutuhkan air untuk minum.
" kita udah semester dua, Lex. Sebentar lagi mau ngadepin ujian "
" buat apa capek-capek belajar.
Toh pada akhirnya, kita pasti lulus juga.
Apa gunanya orang tua banyak uang kalo gak bisa mengusahain masa depan anaknya " Alex kini mulai mengitari kamar Arya .
" buat kamu yang punya perusahaan sendiri bisa berpikir kaya gitu "
" La ? papamukan punya perusahaan batu bara sendiri ? Mamamu juga kepala sekolah.
Kita cuma beda tipis aja kok "
" beda, lex. Kamu anak tunggal.
Aku ini anak tua dari empat bersaudara.
Masih ada tiga adek perempuanku yang juga punya hak yang sama untuk diperjuangkan masa depannya . Jadi orang tua ku bukan cuma utamain aku aja. Aku juga gak mau berharap dari harta orang tua "
" wah, wah, wah, kau lagi menyindirku "
" terserah kau mau beranggapan apa "
"ngomong-ngomong besok masi mau ketemuan ama Lia dikantin ? "
" iya "
Alex memelototkan kedua matanya tak percaya. Entah apa yang merasuki sahabat berotak encernya itu.
* * *
Keesokan harinya.
" Lia " Yona menggoyangkan tubuh sahabatnya yang sedang menjatuhkan kepala di atas meja, dengan kedua tangan memegang perut.
" hari ini aku gak bisa ke kantin, Na "Lia mengangkat kepalanya sesaat lalu kembali menjatuhkannya di atas meja .
" tapi, kan katanya kamu harus ke sana tiap jam istirahat "
" aku gak bisa.. perutku kram "
Lia menyadarkan Yona bahwa ia sedang mendapatkan tamu bulanan yang selalu menyiksa dengan kram perut yang tak tertahankan.
" Liaaaaaaaaa..... ada yang nyariin tuuuu " teriakan Rena menggema memenuhi seisi ruang kelas.
"haissaaaa, apalagi siiii " Lia mengangkat kepalanya. Dengan ekspresi wajah penuh emosi ia pun bersiap untuk beranjak dari bangkunya.
Sudah harus menahan kram perut yang begitu menyiksa kini masih ada lagi yang mencarinya.
Lia frustasi.
Baru saja berdiri, tampak dua orang siswi yang merupakan anak kelas tiga masuk kedalam kelas .
Iren dan Muna, siswi perempuan yang cukup populer di sekolah.
Keduanya lalu menghampiri Yona dan Lia yang sudah bersiap menghadapi hal yang bukan kali pertama bagi mereka.
" kalian berdua yang sering dipanggil ke kantin ujungkan ? " tanya Iren, gadis berambut panjang sebahu itu tanpa basa basi.
" i..i..iya, kak kenapa ? "Yona sedikit gugup, ia menarik tangan Lia untuk ia genggam. Kebiasaan yang selalu ia lakukan ketika menghadapi situasi menakutkan seperti ini.
" ketemu sama Arya dan Alex ? Ada hubungan apa kalian sama mereka " kini giliran si rambut ikal sepinggang , Muna.
Yona dan Lia saling menatap satu sama lain. Mereka sendiri tak yakin apa yang sebenarnya dimau oleh kedua laki-laki yang sedang dibahas.
" em, itu.. " Yona tampak ragu. Ia ingin mengatakan jika Lia lah yang sebenarnya di panggil untuk ke sana dan bukan dirinya.
Namun ia takut jika mereka tak mempercayai ucapannya dan malah menambah panjang masalah.
Karena sudah jelas jika kedatangan kedua kakak kelas perempuan itu pasti karena menyukai salah satu antar Arya atau Alex.
" kebetulan kita juga lagi dipanggil ke sana.
Kalau kakak-kakak sekalian penasaran, kita ke sana aja nanya ke orangnya langsung "
Tanpa menunggu jawaban, Lia menarik tangan Yona untuk segera melangkah keluar kelas menuju kantin.
Sepanjang perjalanan menuju kantin, Yona tampak kesulitan mengikuti laju langkah kaki Lia.
Ia heran padahal tadi sahabatnya itu masih meringis menahan kram perut.
Wajahnya Lia tampak pucat, ia sesekali tampak menggigit salah satu sudut bibir bawahnya. Membuat Yona kekhawatiran.
Merekapun sampai di kantin Bu Ratih. Dengan Iren dan Muna yang menyusul datang tak lama setelah mereka sampai di kantin tersebut.
Alex tampak keluar dari dalam kantin.
Ia yang baru saja membuang putung rokoknya itu menatap heran pada dua perempuan yang ada dibelakang Yona dan Lia.
" mau apa kalian kesini " tanya Alex tak senang melihat kehadiran Iren dan Muna yang menyapa dirinya dengan senyum penuh goda.
" mau ketemu kalian.. Arya mana? " Iren mengedarkan pandangan ke sekeliling kantin hingga sampai menjinjitkan kakinya untuk menilik kedalam sana.
" ada perlu apa ? " Alex semakin terlihat tak suka pada sikap centil yang keduanya tunjukan.
Ia masih tak menghiraukan Lia dan Yona yang masih terdiam diri, seperti tak dianggap ada.
" siapa, lex ? " Arya yang baru saja keluar dari dalam kantin.
Sama halnya dengan Alex tadi, Arya juga terlihat membuang putung rokoknya.
Ia melihat sesaat pada Iren dan Muna. Namun segera beralih menatap Lia yang tadi sempat melirik ke padanya namun dengan cepat mengalihkannya ke lain arah.
" masuk " ucap Arya yang sudah dimengerti seperti biasa.
Lia masih tak bergeming.Itu karena ia melihat bagaimana Iren dan Muna langsung menatap sinis padanya dan Yona.
" Arya.. " panggil Iren saat Arya akan kembali masuk kedalam.
" Lia " panggil Arya yang membuat Iren seketika memalingkan wajahnya pada gadis yang disebut namanya tadi.
Lia masih tak bergerak dari tempatnya berdiri.
' cih ' Alex yang ada diantara mereka itu tampak menatap jijik pada setiap perempuan yang ada didekatnya itu. Entah itu Iren dan Muna atau Lia dan Yona sekalipun.
Mereka semua sama saja bagi Alex. Menyebalkan dan sangat memuakkan.
Begitulah, karena memang standar perempuan bagi Alex jauh diatas rata-rata.
" Arya tunggu... aku mau bilang sesuatu sama kamu "Iren memberanikan diri mendekat namun dengan cepat Alex menghadang jalannya.
" kita uda tau kamu mau ngomong apa.
Dan asal kamu tau, itu gak akan ada gunanya.
Arya gak tertarik sama perempuan kaya kalian " Alexe menunjuk kening Iren hingga tubuh itu terdorong mundur.
" apaan, sih kamu lex ! Aku kan mau ngomong sama Arya bukan sama cowok nyebelin kaya kamu " Iren menepis telunjuk yang masih menancap pada keningnya hingga jatuh.
" Lia " panggil Arya lagi dengan membalikan tubuhnya.
" kita gak berani ikutan de, kak. Kita permisi dulu " Lia menggeleng, melihat Arya yang tampak kesal .
Ingin mencari aman, justru Arya kembali menyebut namanya .Dan kali ini terdengar lebih lantang dan tegas . Membuat Lia tak berdaya .
Dengan berat hati, ia pun melepas genggaman tangan yang sejak tadi ia eratkan pada tangan Yona.
Lia lalu berjalan menghampiri Arya yang masih berdiri menunggunya di mulut pintu kantin.
" Arya, aku cuma mau ngajak kamu buat belajar kelompok bareng.
Kita kan uda mau tryout, dan gak lama lagi ngadepin ujian.
Aku cuma mau minta diajarin beberapa mata pelajaran yang gak aku pahami, itu aja kok "Iren menyampaikan maksud tujuannya yang sebenarnya hanyalah alibinya saja.
Karena tujuan sebenarnya adalah untuk mendekati dan menyatakan perasaan yang selama ini ia pendam pada Arya.
" sama kamu ? berdua aja ? aku gak yakin bakal diijinin sama pacar aku " jawab Arya , membuat Lia yang sudah berdiri disampingnya itu langsung mengdongakkan kepalanya pada Arya.
Tiba-tiba saja Lia merasakan sentuhan pada telapak tangannya.
Dengan sedikit menunduk ,Lia melihat jika kini Arya tengah menyelipkan jemari di sela-sela kelima jarinya.
'Gep' lalu Arya genggam.
Lia merasa gugup, kram di perut terlupakan sesaat.
Alex yang melihat hal itu menggeleng tak percaya. Sementara Yona justru membelalakkan kedua matanya . Ia pun sama tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Begitupun Iren dan Muna yang tak kalah terkejutnya.
Seolah mendapat jawaban berupa penolakan dari yang baru saja Arya tunjukan , Iren dan Munapun segera mengambil langkah untuk meninggalkan tempat tersebut.
" gila, memang seleramu " Alex yang tak habis pikir ikut menyusul dengan meninggalkan Arya dan Lia di sana. Namun ia sempat berhenti sesaat di hadapan Yona yang tertunduk tak berani menatapnya.
" kamu juga sebaiknya kembali ke kelas. Biarkan mereka dengan urusan mereka, jangan ditungguin karena kamu itu cuma akan jadi pengganggu ! " ucap Alex dan segera berlalu.
Yona melihat sesaat kepada Lia yang sudah ditarik masuk kedalam kantin.
" masa iya , aku tega ninggalin Lia sendirian ? gimana kalo dia di macem-macemin ama kak Arya ?
masa aku diam aja ? ''
Yona tak bisa bergerak. Ia tak mungkin meninggalkan teman yang selalu setia menemaninya dalam menghadapi berbagai macam kejadian sulit disekolah.
Hingga akhirnya ia memilih untuk tetap ditempatnya berdiri.
Sementara itu .
Sama seperti kemarin, Lia kini sudah duduk di samping Arya .
Setelah bu Ratih meletakan pesanan makan di atas meja , mereka berdua pun ditinggal .
Seperti itulah yang ia dan Arya lakukan seminggu belakangan ini. Ia akan ditinggal berdua bersama Arya didalam kantin.
Lalu dengan Yona yang selalu setia menunggunya duduk didepan , sementara Alex dibelakang dengan urusannya sendiri.
Hening. Arya sibuk memainkan ponsel miliknya sementara Lia di suruh menghabiskan makanannya.
" kenapa " tanya Arya datar mendapati Lia tak menyentuh makanannya sama sekali.
" perutku lagi gak enak ,kak "
" kamu sakit ? mukamu pucat " Arya meletakan ponsel di saku depan seragamnya.
" gak papa.. cuma kram perut biasa " Lia mencoba memaksakan diri untuk menyuapi sendok kedalam mulutnya.
Namun justru tangannya ditahan oleh Arya yang langsung menarik paksa sendok dan juga mangkok makanannya.
" kalo gak mau jangan dipaksa . Ya uda , istirahat ke UKS aja sana.
Atau kalau emang gak tahan lagi biar aku ngadep guru bp buat ijinin kamu pulang "
" gak, gak perlu.. ini cuma kram bulanan aja kok " Lia yang merasa jika sikap Arya mulai berlebihan . Hal itu membuatnya merasa semakin tak nyaman.
" trus? " Arya menatap lekat Lia. Wajah pucat Lia semakin memperjelas semuanya.Gadis itu tak bisa berbohong.
" ya, uda kuantar balik ke kelas " Arya kembali memegang jemari Lia dan berdiri.
Lia mencoba menarik tangannya, namun tatapan mengancam Arya membuatnya kembali harus patuh untuk tetap diam dan menuruti semua kemauan si Raja pemilik sekolah .
Seketika Yona melebarkan senyuman saat melihat Arya keluar dengan Lia dibelakangnya.
Ia hendak menyusul, namun kedua kakinya tak dapat beranjak dari tempatnya berdiri.
Itu karena Lia yang terlihat seperti sedang ditarik paksa oleh Arya.
Arya yang menggenggam erat tangan Lia itu berjalan melewatinya begitu saja.
Perlahan Yonapun mulai mengikuti jalan keduanya dengan menjaga jarak.
Belum cukup disepanjang perjalanan dengan menjadi bahan perhatian , merekapun sampai di kelas dan langsung memicu kehebohan lainnya.
Setiap mata yang memandang penuh tanya dan juga heran pada mereka.
Bagaimana mungkin seorang Arya bisa berpegangan tangan dengan seorang gadis biasa seperti Lia. Begitu bisik-bisik yg mulai menyebar.
Arya melepas pegangan tangannya agar Lia dapat masuk ke dalam kelas.
Bel tanda aktifitas ngajar mengajar akan dimulai pun berbunyi. Dan untuk sementara Lia selamat dari berbagai macam pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh teman-teman sekelasnya.
* * *
Lia merasa lega, jam pelajaran sekolah sudah selesai karena itu mengadakan jika sudah saatnya mereka pulang.
Lia berdiri, mengemasi buku-buku pelajaran yang ada di atas meja lalu memasukannya kedalam tas punggung warna hitamnya.
"Lia "
Dengan tidak menghentikan aktifitas berkemasnya Lia menoleh pada Yona yang masih duduk dengan memperhatikan bagian belakangan tubuhnya.
* * *
Tampak mobil sedan berwarna hitam yang sejak tadi masih tak bergerak dari tempatnya biasa terparkir.
" ck, apaan si, Ar ? uda lama juga nunggu ,gak keluar-keluar juga tu bocah berdua " Alex yang kesal karna sejak tadi harus ikut menunggu seperti biasa.
Sesaat Arya melirik pada Alex yang duduk di sampingnya .Jelas temannya itu sudah sangat kesal.
Lalu kembali ia melihat ke gerbang sekolah yang sudah sepi.
Sudah 30 menit berlalu sejak aktifitas sekolah dibubarkan. Namun Lia dan Yona belum juga keluar dari sana.
Apa ia yang sudah terlewatan atau..? Arya tak dapat memikirkan hal lainya.
Ia hanya menuruti kemauan hatinya saja untuk dapat sekedar melihat Lia.
Tak dapat lagi bersabar, Arya membuka pintu mobil lalu berlari cepat untuk kembali masuk kedalam kawasan sekolah dan menuju dimana kelas Lia berada.
Tampak olehnya Lia dan Yona baru saja keluar dari kelas.
Jika Yona sudah mengenakan jaket seperti biasa untuk melindungi kulit tangan mereka dari sengatan matahari, Lia justru terlihat melilitkan jaket hitam miliknya di pinggang.
Yona dan Lia terkejut melihat siapa yang tengah berdiri dihadapan mereka dengan nafas ngos-ngosan .
Sepertinya Arya baru habis maraton, tapi kenapa? Pikir keduanya.
" kenapa kalian lama sekali baru keluar ? " tanya Arya tanpa basa basi sambil membetulkan posisi kacamata yang sempat terturun karena terguncang saat lari tadi.
" em.. itu.. " Lia dan Yona saling bertatap , kebiasaan yang mereka lakukan saat ingin mengatakan hal namun tak dapat diucapkan lewat mulut.
" jawab "
" anu, kak.. Lia tembus " jawab Yona cepat.
Arya mengerutkan dahinya. Mencoba mencerna maksud ucapan Yona barusan.
" maksudnya ? "
Lia mencibir dalam diam pada ucapan spontanitas Yona tadi.
Itu bukanlah hal yang bisa dipahami oleh anak laki-laki, Yona ! batin Lia.
" em.. gini, kak..Lia hari ini tu lagi datang bulan.
Perutnya kram, trus pas kita mau pulang dia "
Arya mengangkat telapak tangannya. Menandakan jika Yona cukup untuk tidak melanjutkan ucapannya.
Diluar dugaan ternyata Arya paham maksud dari semua ucapan Yona .
" trus kenapa gak cepat-cepat pulang " Arya langsung menarik tangan Lia yang mana membuat gadis itu hampir terjatuh .
Arya langsung memutar tubuhnya lalu menyeret Lia untuk segera mengikuti langkah kakinya .
Yona yang belum selesai dengan keterkejutan tadi harus kembali terkejut melihat sikap Arya yang diluar prediksi.
Mereka lalu berjalan menuju gerbang sekolah, dan terus hingga melewati parkiran .
Terlihat jika hanya tersisa dua sepeda milik Yona dan Lia saja di sana.
" kak, sepeda ku " ucap Lia yang hendak menghentikan langkah namun tetap ditarik paksa oleh Arya.
" kalian aku antar pulang. Sepeda nanti aku bilang kepenjaga sekolah untuk dititip aja dulu disini.
Besok baru kalian ambil "
" trus besok ? "
" aku jemput "
* * *
Dari kejauhan terlihat Alex semakin bertambah kesal melihat Arya yang datang dengan membawa serta kedua gadis menyebalkan itu.
'cih. Alex membuang muka.
" uda gila ya Arya ampe bawa tu mereka segala. Jangan bilang bakal dianterin pulang "
Dan benar saja, Arya menyuruh Yona dan Lia untuk masuk ke mobil dan duduk dikursi belakang.
Dua gadis itupun hanya bisa menurut. Rasa takut akan hal apa yang akan terjadi selanjutnya membuat keduanya saling berpegangan tangan dengan erat.
Apalagi saat mendapat tatapan penuh ketidak sukaan dari Alex. Keduanyapun menundukkan kepala di sepanjang perjalanan .
" kita turun di gerbang sini aja, kak " ucap Lia saat mobil memasuki gerbang tempat tinggalnya.
" emang kamu tinggal di gerbang ini? kalo aku bilang antar itu berarti aku antar sampai di rumah. Aku bukan orang yang setengah-setengah dalam melakukan suatu hal " Arya yang masih memacu jalan mobilnya.
" tolong berhenti disini aja, kak.
Jangan antar sampai rumah nanti orang rumah pada nanyanya siapa.
T'rus takutnya dikirain habis keluyuran.
Apalagi kita uda telat dari jam pulang biasanya "
Arya menghentikan mobilnya.
" makasi, ya kak " ucap Yona dan Lia bersamaan sambil membuka pintu mobil keluar.
" o, ya kak besok kita bisa pergi ke ke sekolah sendiri jadi jangan repot--- " ucapan Lia terputus.
" APA? KAMU MAU JEMPUT MEREKA BESOK ? uda gila emang ni anak " Alex reflek berteriak menumpahkan semua kekesalan yang sejak tadi coba ia tahan.
Padahal ia sudah berusaha untuk menahan diri untuk tidak memperdulikan apapun yang tengah Arya lakukan.
Melihat situasi yang mulai tegang, Yona dan Lia pun segera keluar, menutup pintu mobil dan dengan cepat berjalan menjauh.
" apa si bagusnya Lia ? sampai kamu bela-belain kaya gini "
" bisa gak si,lex ? kamu diam. Mau aku apa atau gimana sama Lia juga itu urusanku "
" aku cuma gak habis pikir aja .
Kok bisa seleramu kampungan kaya gitu.
Kalo Yona mungkin masih bisa kuterima dengan akal sehat.
Meski bagiku mereka berdua terlihat sama saja "
" kamu sadar gak, si, lex ? kalau sifatmu tu uda
kelewat kasar dan gak menghargai ? Itulah kenapa selama ini gak ada satupun yang sanggup bertahan jadi temanmu "
Ucapan Arya bagaikan tamparan bagi Alex.
Memang selama ini ia hampir tak pernah memliki teman . Dan jelas ia sadari jika itu karena sifat arogannya.
Arya kembali menginjak gas mobilnya dan seketika roda kembali berputar dan membawa mereka meninggalkan area tersebut menuju rumah yang hanya berjarak seratus meter dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Ryoka2
Eits, cewek bukan untuk dimainin😙
2022-05-23
1
Ryoka2
Awas nanti jadi bucin loh🤭
2022-05-23
1
Ika Mei susanti 03
💪👍👍
2022-04-06
3