Bagi yang suka alur cerita yang greget, memacu emosi dan air mata, maka cerita ini sama sekalinya bukan pilihan yang tepat.
Tapi kalau cari cerita lain daripada yang lain, saya jamin ini akan berbeda dari yang pernah kalian baca.
Happy Reading
🌺hem... 🌺
* * *
" Liaaaaaa..tungguuuuu " suara lantang terdengar dari seorang gadis cantik yang tengah berlari .
Ia sedang berusaha menyusul langkah cepat temannya yang sudah berada jauh diujung selasar kelas.
Gadis cantik berkulit putih, dengan tinggi 160 cm dan bentuk tubuh yang tergolong standar untuk ukuran para remaja pada umumnya.
Yona ,namanya. Ia merupakan salah satu gadis tercantik di tempatnya menempuh pendidikan sekolah menengah atas.
Berbeda dengan gadis yang ia panggil dengan nama Lia tadi.
Lia gadis yang sederhana. Namun untuk bentuk tubuh , ia sedikit berbeda dari kebanyakan remaja .
Beberapa bagian tubuh Lia memilki kelebihannya sendiri .
Dimana bokong dan bagian dadanya tumbuh lebih mengembang. Namun hal itu tidak begitu terlihat, karena seragam yang ia kenakan sengaja ia buat longgar.
Kulitnya kuning langsat, wajahnya juga terbilang lumayan. Hanya ginsul disisi kiri mulutnyalah yang menjadi pemanis ketika ia sedang tersenyum.
Selain perbedaan fisik yang begitu mencolok, sifat keduanya punya juga bertolak belakang.
Selain berparas cantik, Yona adalah sosok yang begitu lugu dan polos.Ia juga selalu bersikap ramah dan juga murah senyum.
Dan sayangnya, hal itu disalah tanggapi oleh sebagian siswi yang menaruh iri padanya.
Mereka menanggap , semua sikap manis yang Yona tunjukan hanyalah agar semakin banyak siswa laki-laki yang akan tertarik padanya.
Karena itu meski sudah mencoba membaur, Yona tetap saja sulit mendapatkan teman.
Berbeda dengan sahabatnya . Lia adalah pribadi terkesan cuek dan jutek . Namun ia disisi lainnya ia sangat suple dan memiliki gaya bahasa yang blak-blakan yang justru hal itu membuatnya cukup disenangi oleh orang disekitarnya.
* * *
Yona berhasil menyusul teman yang sejak TK selalu satu sekolah dengannya.
Jika yang satu selalu tampil dengan rambut lurus tergerai , ditambah lagi poni samping yang menutupi kening mulusnya, berbeda dengan gadis satunya yang selalu terlihat menguncir habis rambutnya kebelakang dan mengikatnya menjadi satu.
Yona tampak merenggut, itu karena Lia yang sudah mulai mengeluarkan jurus seribu satu albumnya.
Lia tak perduli pada sekitar, dimana banyak pasang mata melihat kepada mereka.
Ia terus saja mengomeli Yona karena kebiasaan yang selalu menghabiskan waktu yang lama saat berada dikamar mandi, seperti tadi.
Satu persatu ruang kelas mereka lewati menuju kantin dan beberapa kali mereka harus menghadapi godaan berupa siulan ataupun sapaan dari para siswa laki-laki.
Dan tentu saja itu hanya ditujukan pada Yona, yang terkenal sebagai primadona dari kelas 1.
Yona tertunduk takut dan merapatkan tubuhnya pada Lia, bahkan sampai memegang erat lengan sahabatnya itu.
" kan ! Gara-gara nungguin kamu yang lamanya minta ampun dikamar mandi tadi.
Liat tu !! Kantin udah penuh sesak " cetus Lia menunjuk Yona yang terlihat menarik lehernya kebelakang saat telunjuk itu mengenai jidatnya.
Ia tak mau tersentil oleh ujung jari Lia yang kukunya panjang. Lia memang jarang memotongnya karena alasan tak nyaman memliki kuku yang pendek.
Tapi ketika waktu razia kedisiplinan sekolah tiba , mau tak mau iapun harus memotongnya .
Namun setelah itu, ia akan kembali memanjangkannya lagi.
Sedikit dari sisi Lia yang lainya. Ia cukup gigih pada pendiriannya dan juga keras kepala.
Mereka kini berhenti tepat di deretan kantin yang sudah dipenuhi oleh para siswa-siswi berseragam putih abu-abu. Sama halnya dengan yang mereka kenakan .Karena mereka juga merupakan bagaian dari murid sekolah negri tersebut.
" maaf " Yona mencoba membujuk Lia yang sudah terlanjur kesal .
Seperti biasa Lia memang kurang sabaran dan Yona hapal betul akan hal itu.
Sedikit saja salahnya, pasti akan memancing kekesalan gadis yang mulai kembali mengomelinya.
" hais.. Jangan elus-elus geli tau !!" Lia menarik lengan saat merasa jika Yona mulai membelainya lembut.
Padahal Yona hanya berniat untuk memenangkan susana hatinya saja.
Terlihat jelas jika raut wajah itu tengah meredam marah. Jika saja Yona bukan teman seperjuangan yang kebetulan juga tinggal satu gang dengannya,
maka gadis itu pasti sudah ia depak dari tempatnya berdiri.
" hais, mana aku udah lapar banget " Lia melirik jam yang melingkar di pergelangan kanannya.
" ya, uda aku traktir deh. Tapi jangan marah lagi, ya "
" traktir katamu ? Coba lihat ? Mereka kumpul uda kaya kerumunan pembagian sembako ? Kamu pikir masih ada tempat untuk kita bisa makan ?" Lia menunjuk kerumunan murid di hadapan mereka.
" kita trobos aja " Yona masih berusaha membujuk dengan tersenyum selebar mungkin.
" gimana caranya mau diterobos ?
gak kapok kamu dengan kejadian kemaren ? "
Lia mengingatkannya akan kejadian beberapa hari lalu.
Saat dimana mereka dengan nekatnya mencoba menerobos antrian di salah satu kantin yang ramai.
Dan tanpa mereka duga, jika beberapa tangan justru mengambil kesempatan itu dengan sengaja mendekat untuk dapat menjamah dan menggerayangi tubuh Yona .
Untung saja hal itu dengan cepat Lia sadari, ia segera menarik sahabatnya itu keluar dari kerumunan yang didominasi oleh para siswa laki-laki.
Sambil memaki para pelaku cabul tersebut, Lia pun segera membawa Yona pergi dari sana.
Karena kejadian itu, Yonapun harus menerima omelan Lia .
Namun ia sama sekali tak menaruh marah. Karena ia tau jika semua yang Lia lakukan semata-mata karena Lia peduli dan tentu saja untuk melindunginya.
Inilah yang paling Lia tak habis pikir. Kenapa gadis cantik selalu menjadi incaran dan perebutan tak berguna dari para remaja laki-laki yang sedang dalam masa puber.
Kadang Lia merasa beruntung terlahir dengan tampang biasa saja. Jadi ia tak harus mengalami hal tak menyenangkan yang sering menimpa Yona .
Ia ingat saat pertama kali mereka masuk ke sekolah . Yona harus berurusan dengan salah satu kakak kelas perempuan yang menuduh jika Yona tengah mencoba memikat pacarnya yang merupakan salah satu murid kelas tiga .
Beruntung Yona memliki teman super tangguh seperti Lia yang selalu siap pasang badan untuknya.
Yona bersyukur, terlepas dari sikap tempramen Lia. Sahabat karibnya itu selalu ada untuknya.
* * *
" kalau di kantin ujung aja, gimana ? " Yona masih membujuk Lia yang terlihat tak berhenti menelan liur .
Kedua mata Lia sejak tadi tertuju pada apa yang ada di hadapannya .
Melihat betapa nikmatnya mereka yang dengan lahap menyantap aneka hidangan kantin.
" yakin? " Lia menatap sahabat bermata beloknya itu.
Yona tersenyum kecil, ia sebenarnya agak ragu. Namun memikirkan perut keroncongan Lia , ia pun akhirnya memberanikan diri untuk mengangguk meyakinkan.
Tempat yang mereka maksud adalah kantin yang terletak paling ujung , yang selalu sepi dari pembeli.
Kabarnya hanya anak-anak tertentu yang menjadi pembeli disana. Dan biasanya digunakan untuk hal-hal lain selain makan.
Lia dan Yona saling menatap, seiring dengan majunya langkah kaki mereka menuju kantin yang dimaksud.
Benar saja, ketika sampai mereka tak mendapati satupun murid di kantin tersebut.
" buruan pesan, waktu istirahat tinggal 10 menit lagi " Lia setengah berbisik.
Lia sedikit mendorong tubuh Yona untuk masuk ke dalam sana.
Sementara ia menunggu dengan berdiri didepan jejeran kursi dan meja kosong yang tersusun di luar kantin.
"Bu..bu..bu.buukk.. " Yona terbata dengan rasa was-was .
Berharap jangan sampai ia menemukan siswa nakal .
Ia ingat beberapa rumor yang beredar bahwa kantin ujung yang ia pijak kini, biasa dijadikan markas para siswa nakal berkumpul untuk melakukan aktifitas terlarang.
" ya, neng... mau pesan apa " senyum sumeringah pemilik kantin yang tampak begitu bahagia karena didatangi pengunjung.
" pesan mi rebus dan es tehnya dua, ya bu " ucap Yona dengan suara serendah mungkin sambil mengangkat dua jarinya.
" krupuk "suara teriakan Lia dari luar .
Yona mendengus kesal. Padahal ia sudah berusaha agar tak berisik namun sahabatnya itu justru berteriak nyaring.
" sama krupuk bu " Yona menyampaikan.
" bakwan juga " Lia lagi.
" bakwan bu '' Yona yang sudah terlihat pasrah.
Sia-sia rasanya ia bersikap waspada tadi.
" iya, neng duduk aja. Nanti ibu antar pesanannya keluar "
" apa gak bisa makan didalam aja, bu ?
Gak ada orang juga, kan ? "
" jangan, neng.. " si pemilik kantin menggeleng dengan raut wajah yang sulit di artikan.
Wanita paruh baya itu mendekat, sambil melambaikan telapak tangannya sekali. Yona yang paham akan bahasa tubuh itupun langsung mendekatkan telinga kanannya.
" ada dua anak laki-laki yang lagi ngerokok dibelakang.
Kalo mereka tau ibu terima orang makan didalam, bisa-bisa ibu disuruh pindah dari sini " bisiknya.
Yona mengangguk.
Ternyata situasi tak seaman yang ia perkirakan.
Dengan langkah mengendap-endap ia pun keluar.
Segera ia menghampiri Lia untuk menyampaikan tentang apa yang tadi di katakan oleh si pemilik kantin .
Tak lama kemudian bu Ratih, si pemilik kantin datang membawa nampan berisikan pesanan mereka.
Ia lalu ikut duduk menemani kedua gadis itu.
" makan, bu.. " ucap Lia agak canggung karena harus makan dengan diperhatikan oleh bu Ratih.
" maaf, ibu menganggu.
Tapi gak papa kan kalau ibu duduk di sini ?
Soalnya didalam ibu gak ada kerjaan "
Lia mengiyakan, lalu mulai melahap makanannya dengan cepat karena memang ia sudah sangat lapar.
berbeda dengan Yona yang sudah tak berselera lagi, mengingat ucapan Bu Ratih jika tengah ada kegiatan terlarang dibelakang sana.
Rasa trauma masih menghantuinya. Dulu ia pernah tak sengaja memergoki sekelompok siswa yang tengah merokok di belakang kamar mandi perempuan.
Kebetulan saat itu Lia tak masuk sekolah karena sakit.
Jadi tak ada yang menemaninya seperti biasa.
Ia lalu dipaksa untuk ikut melakukan hal tersebut.
Kejadian itu pun begitu membekas diingatan dan membuatnya membenci hal yang berhubungan dengan rokok.
" sudah ? kalau uda ayo buruan kita balik ke kelas " Yona menarik tangan Lia yang baru saja menyeruput habis es tehnya.
" kamu gak makan ?" tunjuk Lia pada mangkok yang terlihat sama sekali belum disentuh.
Yona menggeleng.
Lia pun segera mengambil alih mangkuk tersebut dan dengan segera menghabiskannya .
" Lia " Yona setengah merengek.
" bayar dulu, Na.
Kan, kamu tadi uda janji mau traktir "
Yona mengeluarkan dua lembar sepuluh ribu dan memberikannya pada bu Ratih.
" Ntar ya, neng ibu ambil kembalinya "
Tak lama setelah masuknya bu Ratih terdengar dua suara anak laki-laki tengah berbicara di dalam sana.
Menyadari hal itu, sontak membuat Yona dan Lia saling merapat dan berpegangan tangan.
Mereka sedikit menundukkan kepala saat dua anak laki-laki itu keluar dan berdiri di mulut pintu kantin.
Tak berani melihat siapa mereka, Yona bahkan sampai memejamkan kedua matanya.
" kalian tau kantin ini tempat apa? " suara salah satu dari kedua anak laki-laki.
" i.. i.. iya " dengan segenap keberanian yang ia punya, Lia menjawab.
Selalu saja, di situasi seperti ini ia yang akan menjadi tameng perlindungan bagi teman bidadarinya ,Yona.
" lain kali tanya dulu sama bu Ratih
Kalian boleh apa enggak makan disini.
Apalagi kalo ada kami. Paham ?
Awas aja kalau kalian berani bergosip apalagi sampai mengadu ke guru tentang apa yang kami lakukan dibelakang tadi "
Lia memberanikan diri untuk menegakkan kepalanya.
Dua anak laki-laki yang merupakan kelas tiga jurusan IPA lah yang kini ada dihadapannya.
Alex yang merupakan anak pindahan baru. Ia adalah salah satu anak pengusaha kaya raya di kotanya.
Selain terkenal karena ketampanannya ia juga terkenal karena sudah 4 kali pindah sekolah.
Terakhir bahkan ia baru saja dikeluarkan dari salah satu sekolah swasta bergengsi yang hanya dihuni oleh para anak konglomerat.
Dan satunya lagi, siapa tak kenal dengan Arya Dewantara. Mantan ketua OSIS sekaligus anak kepala sekolah. Lelaki berkacamata minus yang tampangnya tak kalah dari Alex. Arya merupakan anak laki-laki yang sangat jarang bicara namun begitu digilai banyak siswi di sekolahnya.
" kami janji kak , gak akan ngomong kemana-mana atau kesiapa-siapa " Lia mencoba tegas meyakinkan.
Ia sempat beradu pandang dengan kedua siswi itu. Namun karena sorot mata itu begitu tajam menusuk, Lia dengan cepat kembali menunduk.
" maaf, lain kali kami gak akan kemari lagi " ucap Yona berdiri dari duduknya dan menarik Lia untuk bergegas pergi dari sana.
" neng.. kembalinnya " bu Ratih berteriak memanggil kedua gadis yang sudah melangkah semakin jauh dari kantinnya.
Karena masih terdengar oleh keduanya, Lia pun melepas pegangan tangan Yona dari lengannya.
Ia berbalik, lalu berlari kembali ke kantin tadi dimana masih berdiri Alex dan Arya di sana.
Memilih bermasa bodoh, Lia melewati dua laki-laki itu dan langsung mengambil selebar uang kertas lima ribu dari tangan bu Ratih.
Secepatnya juga ia berbalik dan kembali melangkah dengan melewati begitu saja dua kakak kelasnya itu .
Alex dan Arya hanya menatap heran pada gadis yang baru saja dengan berani mengacuhkan mereka.
* * *
Keesokan harinya.
" Lia ada pesan, nih. Istirahat nanti, kalian diminta pergi ke kantin ujung " ucap Rena salah satu teman sekelas mereka.
Yona dan Lia yang duduk sebangku itu lalu saling memandang, pertanyaan yang sama memenuhi isi kepala mereka.
" gak.. gak bole... jangan kesana .Mereka pasti ngincar kamu, Na...Pokoknya, apapun yang terjadi kita gak boleh kesana " ucap Lia mengelus Yona yang sudah mulai panik.
Bukan kali pertama Yona mendapat pesan seperti tadi. Karena memang ada beberapa anak laki-laki yang sedikit nekat untuk mendekati Yona dengan cara yang tak biasa.
Dan hari itupun berlalu dengan Yona dan Lia yang memilih untuk tetap di kelas selama waktu istirahat .
* * *
Keesokan harinya.
" woi, kalian berdua ! Dii suruh ke kantin ujung, tuh " Kembali Rena menyampaikan pesan yang sama seperti kemarin.
Lia menggelengkan kepalanya beberapa kali saat melihat Yona yang sudah kembali panik.
Lia berusaha untuk meyakinkan Yona bahwa ia akan selalu ada menemani apapun yang terjadi.
Hingga setelah seminggu pesan itu tak pernah berhenti disampaikan pada keduanya .
Yang memaksa mereka untuk tidak ke kantin sementara waktu.
" besok kita bawa bekal aja dari rumah "
Lia yang tengah menahan lapar dengan memegang kedua perutnya.
Yona yang masih diliputi ketakutan hanya mengangguk perlahan , menyetujui ide sahabat yang sudah menjadi korbannya seperti biasa
* * *
Hari berikutnya.
Lia dan Yona tampak sedang ngobrol ringan ala anak remaja pada umumnya. Mereka juga tampak menikmati bekal yang mereka bawa dari rumah masing-masing.
Saking asiknya mereka tak menyadari jika sedang ada kehebohan diluar kelas.
Dua siswa paling populer di sekolahnya itu kini tengah berjalan menuju dan mulai memasuki kelas mereka.
" Lia " Rena yang kebetulan juga berada dikelas mencoba menyadarkan keduanya yang masih belum menyadari kedatangan Alex dan Arya yang sudah berada dalam kelas mereka.
Sudah menjadi kebiasaan , pasti nama Lia lah yang selalu dipanggil meskipun hal itu mengenai Yona.
" apaan sih, ganggu orang aja " cetus Lia dengan wajah super juteknya .
Tiba-tiba terdengar suara dua kursi ditarik kasar lalu di hentakan di sisi kedua meja.
Yona dan Lia tersentak kaget.
Alex meletakan kursi tepat di samping Yona dan Arya di samping Lia.
Dengan isyarat yang diberikan Alex, Rena yang paham akan maksud dari menggeser leher kearah pintu itupun segera pergi meninggalkan kelas .
Dan kini hanya ada mereka berempat saja di ruang kelas tersebut.
Lia dan Yona perlahan memutar tubuh mereka secara bersamaan.Seketika wajah keduanya tampak pias mendapati dua siswa yang mereka temui di kantin ujung seminggu yang lalu.
" apa pesan ku ke anak-anak gak disampaikan ke kalian ? Atau kalian yang dengan sengaja mengacuhkannya ? " tanya Alex mengedarkan tatapan tajam secara bergantian pada dua gadis yang ada dihadapannya.
" ek.. em... " Yona mulai panik, keringat dingin mulai terasa ditelapak tangan yang tengah digenggaman Lia.
" gini, kak.. Kami uda sering, em.. maksudnya Yona uda sering di kirimin pesan kaya gitu.
Terus dia takut aja kalau nanti dia di macem-macemin.
Lagian mana kami tau kalo pesan itu dari kakak berdua "Lia memberanikan diri beradu pandang dengan kedua kakak kelasnya .
Tampan memang, dari segi penampilan pun mereka jelas jauh darinya yang hanya anak dari keluarga sederhana.
" yang bilang pesan itu buat Yona siapa ? " tanya Alex dengan wajah khas meremehkan.
Ya , Alex terkenal akan keangkuhan dan juga kesombongannya. Hal itu dianggap wajar oleh penghuni sekolah, mengingat harta milik orang tuanya yang tak akan habis hingga tujuh turunan.
Yona dan Lia saling menatap penuh tanya.
" gak mungkin, kan? " pikir keduanya. Apalagi Lia.
Ia yakin jika tak mungkin jika ia lah yang dimaksud. Kalaupun benar itu pasti karena sikap kasarnya yang tanpa permisi melewati mereka begitu saja saat terakhir kali pertemuan mereka.
"Lia " suara Arya terdengar untuk pertama kalinya ditelinga mereka.
Lia melihat sesaat.
Ia sebenarnya sudah merasa jika sejak tadi Arya terus memperhatikannya.
Namun meski hanya dalam pikirannya saja, ia tak berani untuk sepercaya diri itu menduga jika ia mungkin sudah mencuri perhatian salah satu dari mereka.
Mungkin saja ia akan diancam , karena sudah bersikap sok kemarin.
Karena memang selama ini Yonalah yang selalu menjadi sumber ketertarikan para siswa. Dan itu tak mungkin terjadi pada dirinya.Begitu Lia meyakinkan dirinya.
" besok, aku tunggu kamu dikantin " singkat Arya yang langsung berdiri dari duduknya.
" dengar itu ! Awas aja kalau sampai gak datang lagi ! " tambah Alex mengancam.
Tal lama iapun berdiri dan segera menyusul langkah kaki Arya meninggalkan kelas tersebut.
Setelah kepergian dua siswa itu, para murid penghuni kelas yang sejak tadi menunggu diluar mulai berhamburan masuk.
Karena memang waktu jam istirahat sudah selesai.
Semetara Lia dan Yona masih dengan perasaan tak percaya dengan apa yang barusan mereka dengar.
Saat jam pulang sekolah.
Lia dan Yona tampak sedang mendorong sepeda keluar dari area parkiran.
Alat transportasi sederhana yang menjadi pilihan mereka untuk pergi dan juga pulang dari sekolah.
" menurut mu, mereka sebenarnya mau apa, ya?
Apa sebaiknya kita jangan turutin kaya kemarin lagi ? " tanya Yona menatap pada Lia yang bersepeda sejajar dengannya.
Keduanya terlihat mengayuh sepeda dengan santai.
" aku juga gak tau.
Tapi yang pasti, aku gak yakin kalau yang mereka maksud itu aku.
Pasti cuma alibi aja biar kamu temani aku buat ketemu mereka.
Padahal niatnya memang ngincar kamu. Kamu ingat gak , dulu juga pernah ada yang kaya gini juga sebelumnya? "
* * *
ke esokkan harinya.
Keduanya masih nekat untuk tidak memperdulikan apa yang sudah diperintahkan pada mereka kemarin.
Mereka pun terlihat bersikap seperti biasanya, seakan tak pernah terjadi apa-apa.
" Woiiii kalian berdua dicariin tu sama Alex and the king " ucap Rena menyebut julukan dua siswa itu.
Ya meski memiliki kelebihan dari beberapa faktor, baik itu tampang, materi hingga kedudukan .
Alex memang lebih unggul, namun nyatanya Arya lah yang lebih dikenal sebagai rajanya.
Itu karena memang sebelum kepindahan Alex kesekolah itu, Arya sudah menjadi pusat perhatian utama semua murid .
Dan jika bukan karena Arya, mungkin Alex tak akan pernah bisa populer seperti sekarang.
Karena meski memiliki segalanya, Alex merupakan pribadi yang selalu bersikap menyebalkan.
" hais... apaaan sih " Lia mulai tersulut emosi.
" uda de, kita ngalah aja.
Kita liat apa mau mereka.. kalau kali ini keterlaluan kita pindah sekolah aja " Yona yang sudah pasrah.
" la, kamu enak . Bisa dengan mudah minta pindah sekolah . Aku ? Apa gak kena libas mom and dedku " Lia dengan cetusnya.
Dan inilah perbedaan yang kesekian dari keduanya.
Meski berasal dari kawasan yang sama, namun nyatanya Yona adalah anak tunggal seorang pemilik warung terbesar dilingkungan tempat tinggal mereka.
Yona tinggal di rumah dua lantai. Selain usaha warung, orang tuanya juga memliki beberapa kontrakan . Dan bahkan sebuah mobil sebagai pelengkapnya . Ia sebenarnya bisa saja pergi ke sekolah dengan menggunakan motor atau diantar dengan mobil sekalipun. Namun ia memilih untuk menemani Lia bersepeda meski harus berpanas dan berhujana.
* * *
Dengan langkah berat keduanya menuju kantin ujung.
Dari kejauhan, tampak Bu Ratih duduk kursi yang ada didepan kantin.
" eh, neng berdua akhirnya datang. Uda ditungguin berhari-hari ama den Alex ama den Arya " senyum sumringah bu Ratih yang langsung berdiri saat keduanya berhenti tepat didepan pintu masuk kantinnya.
" masuk aja, neng.. "
Lia dan Yona menggelengkan kepala secara bersamaan.
" kita diluar aja bu.. Takut kalo didalam ntar Yona diapa-apain , gimana ? " ucap Lia yang masih saja menghawatirkan Yona.
🌺hem... 🌺
* * *
Semenjak itu, setiap hari selama jam istirahat berlangsung dua gadis yang duduk di kelas 1 semester 2 itupun harus ke kantin bu Ratih untuk menemui dua kakak kelas laki-laki mereka.
Dan hal itu lebih ditekankan kepada Lia.
Sejak hari dimana mereka menyanggupi untuk datang ke kantin, saat itulah hari dimana Lia dan Arya dimulai.
Tak ada yang tau pasti apa yang diinginkan Arya dari gadis sederhana itu.
Sedangkan Alex, ia sama sekali tak tertarik sedikitpun pada kedua gadis yang menurutnya bukan selera bagi orang selevel mereka.
Namun demi menghargai persahabatannya dengan Arya dan dengan sedikit terpaksa ,iapun mau menemani Arya untuk bertemu dengan Lia .
Tak ada hal spesial yang mereka lakukan selama bertemu di kantin.
Arya hanya akan meminta Lia makan dengan duduk disampingnya. Dan sesekali ia akan menanyakan beberapa hal tak penting lainnya.
Aneh memang bagi Lia dan Yona.
Apalagi bagi Lia. Ia sama sekali tak yakin jika Arya memiliki perasan khusus sampai memintanya untuk setiap hari bertemu.
Ia masih yakin jika ini hanya permainan anak laki-laki yang hanya suka mengerjai siswi sepertinya .
Namun siapa yang tau isi hati Arya yang sebenarnya. Ia bahkan diam-diam selalu memperhatikan setiap gerak gerik Lia disekolah, termaksud menungguinya saat pulang sekolah.
Ia akan memarkirkan mobilnya didepan sekolah hanya untuk menunggu sampai Lia dan Yona keluar dari gerbang sekolah.
Seperti ada kesenangan tersendiri baginya, dapat melihat bagaimana keceriaan dua gadis itu sambil mengayuh sepeda mereka.
" apa si yang kamu liat dari Lia ? " tanya Alex pada Arya yang sejak tadi belum juga terlihat akan menghidupkan mesin mobilnya.
Alex yang merasa bosan karena harus ikut menunggu itupun lalu melemparkan pandangan ke lain arah. Rasa tak suka perlahan menjadi benci pada kedua gadis itu ,karena telah membuat sahabatnya itu mulai berkelakuan tak sewajarnya.
" cewek banyak, ya.. Kalo kamu butuh mainan bilang aja ke aku.
Kucariin yang selevel sama kita.
Ngapain coba kamu pilih gadis kaya-- " ucapan Alex terputus saat Arya tiba-tiba saja menatap tajam dirinya .
Arya mulai menghidupkan mesin mobilnya, lalu menginjak gas dan mulai memacu laju kendaran roda empatnya itu ke jalan raya.
Alex tak berdaya, jika saja ia tidak dalam masa hukuman oleh orang tuanya, ia pasti memilih menggunakan kendaraan sendiri. Alex dengan kesalnya.
Semua itu akibat dari kecerobohannya yang sudah merusak salah satu mobil dirumahnya dengan menabrak pembatas jalan tol. Bersyukur itu hanya kecelakaan kecil. Tak ada luka fisik yang berarti ditubuhnya.
Namun cukup berakibat fatal baginya.
Seluruh fasilitas mewah yang selama ini Ia terima dicabut oleh orang tuanya. Mulai dari mobil, kartu kredit bahkan sampai uang sakunya juga ikut dikurangi .
Karena itulah ia kini tergantung sepenuhnya pada Arya untuk menjemputnya pergi ke sekolah dan juga mengantarkannya kembali ke rumah.
Ia sebenarnya bisa saja meminta sopir untuk melakukan hal tersebut. Tapi itu berati, setelah pulang dari sekolah ia tak akan bisa kemana-mana lagi.
Berbeda jika bersama Arya. Setidaknya ia masih bisa sedikit mencari hiburan , meski Aray tergolong anak rumahan yang jarang keluyuran sepertinya.
* * *
Mobil memasuki area sebuah rumah mewah berlantai tiga seluas 300 meter persegi yang masih belum selesai direnovasi.
Tampak tumpukan pasir dan bata serta para pekerja bangunan yang sibuk berkerja di sana.
Rumah tersebut berada dipinggir jalan utama, tak jauh dari gerbang masuk gang yang merupakan lingkungan tempat tinggal Lia dan Yona .
" Jadi ini rumah barumu ? " Alex yang mengedarkan pandangan ke setiap sudut dari ruangan yang tengah ia dan Arya lewati.
Setiap ruangan masih tampak lapang karena memang belum diisi perabotan.
Keduanya lalu menaiki anak tangga menuju lantai tiga dimana kamar Arya berada.
" itu karena jarak ke sekolah dari sini tu dekat . Jadi gak perlu buru-buru takut kejebak macet " Ucap Arya meliat sesaat pada teman arogannya itu.
Sepertinya pertengkaran mereka tadi sudah dilupakan oleh keduanya, terutama bagi Arya. Bagaimanapun ia menghadapi sikap semau hati Alex, Arya selalu masih menolerinya.
Sifat Arya itulah yang tak pernah ia dapatkan dari siapapun yang selama ini berteman dengannya.
Arya mungkin jarang bicara namun ia merupakan pribadi yang tak suka memendam masalah apalagi larut didalamnya.
Pemikiran dewasa untuk anak seusianya.
" Lagian kata papa kalo tinggal dilingkungan kaya gini, sosialisasi dengan lingkungan sekitar lebih kerasa keakrabannya "jelas Arya yang langsung menuju kamar mandi.
'brak' pintu kamar mandi tertutup. Tak lama kemudian Arya sudah keluar dengan pakaian rumah. Ia lalu duduk menuju meja belajarnya.
" gak bosan liatin buku terus ? " Alex yang malas melihat ketekunan Arya yang memang selalu menjadikan belajar sebagaimana ia membutuhkan air untuk minum.
" kita udah semester dua, Lex. Sebentar lagi mau ngadepin ujian "
" buat apa capek-capek belajar.
Toh pada akhirnya, kita pasti lulus juga.
Apa gunanya orang tua banyak uang kalo gak bisa mengusahain masa depan anaknya " Alex kini mulai mengitari kamar Arya .
" buat kamu yang punya perusahaan sendiri bisa berpikir kaya gitu "
" La ? papamukan punya perusahaan batu bara sendiri ? Mamamu juga kepala sekolah.
Kita cuma beda tipis aja kok "
" beda, lex. Kamu anak tunggal.
Aku ini anak tua dari empat bersaudara.
Masih ada tiga adek perempuanku yang juga punya hak yang sama untuk diperjuangkan masa depannya . Jadi orang tua ku bukan cuma utamain aku aja. Aku juga gak mau berharap dari harta orang tua "
" wah, wah, wah, kau lagi menyindirku "
" terserah kau mau beranggapan apa "
"ngomong-ngomong besok masi mau ketemuan ama Lia dikantin ? "
" iya "
Alex memelototkan kedua matanya tak percaya. Entah apa yang merasuki sahabat berotak encernya itu.
* * *
Keesokan harinya.
" Lia " Yona menggoyangkan tubuh sahabatnya yang sedang menjatuhkan kepala di atas meja, dengan kedua tangan memegang perut.
" hari ini aku gak bisa ke kantin, Na "Lia mengangkat kepalanya sesaat lalu kembali menjatuhkannya di atas meja .
" tapi, kan katanya kamu harus ke sana tiap jam istirahat "
" aku gak bisa.. perutku kram "
Lia menyadarkan Yona bahwa ia sedang mendapatkan tamu bulanan yang selalu menyiksa dengan kram perut yang tak tertahankan.
" Liaaaaaaaaa..... ada yang nyariin tuuuu " teriakan Rena menggema memenuhi seisi ruang kelas.
"haissaaaa, apalagi siiii " Lia mengangkat kepalanya. Dengan ekspresi wajah penuh emosi ia pun bersiap untuk beranjak dari bangkunya.
Sudah harus menahan kram perut yang begitu menyiksa kini masih ada lagi yang mencarinya.
Lia frustasi.
Baru saja berdiri, tampak dua orang siswi yang merupakan anak kelas tiga masuk kedalam kelas .
Iren dan Muna, siswi perempuan yang cukup populer di sekolah.
Keduanya lalu menghampiri Yona dan Lia yang sudah bersiap menghadapi hal yang bukan kali pertama bagi mereka.
" kalian berdua yang sering dipanggil ke kantin ujungkan ? " tanya Iren, gadis berambut panjang sebahu itu tanpa basa basi.
" i..i..iya, kak kenapa ? "Yona sedikit gugup, ia menarik tangan Lia untuk ia genggam. Kebiasaan yang selalu ia lakukan ketika menghadapi situasi menakutkan seperti ini.
" ketemu sama Arya dan Alex ? Ada hubungan apa kalian sama mereka " kini giliran si rambut ikal sepinggang , Muna.
Yona dan Lia saling menatap satu sama lain. Mereka sendiri tak yakin apa yang sebenarnya dimau oleh kedua laki-laki yang sedang dibahas.
" em, itu.. " Yona tampak ragu. Ia ingin mengatakan jika Lia lah yang sebenarnya di panggil untuk ke sana dan bukan dirinya.
Namun ia takut jika mereka tak mempercayai ucapannya dan malah menambah panjang masalah.
Karena sudah jelas jika kedatangan kedua kakak kelas perempuan itu pasti karena menyukai salah satu antar Arya atau Alex.
" kebetulan kita juga lagi dipanggil ke sana.
Kalau kakak-kakak sekalian penasaran, kita ke sana aja nanya ke orangnya langsung "
Tanpa menunggu jawaban, Lia menarik tangan Yona untuk segera melangkah keluar kelas menuju kantin.
Sepanjang perjalanan menuju kantin, Yona tampak kesulitan mengikuti laju langkah kaki Lia.
Ia heran padahal tadi sahabatnya itu masih meringis menahan kram perut.
Wajahnya Lia tampak pucat, ia sesekali tampak menggigit salah satu sudut bibir bawahnya. Membuat Yona kekhawatiran.
Merekapun sampai di kantin Bu Ratih. Dengan Iren dan Muna yang menyusul datang tak lama setelah mereka sampai di kantin tersebut.
Alex tampak keluar dari dalam kantin.
Ia yang baru saja membuang putung rokoknya itu menatap heran pada dua perempuan yang ada dibelakang Yona dan Lia.
" mau apa kalian kesini " tanya Alex tak senang melihat kehadiran Iren dan Muna yang menyapa dirinya dengan senyum penuh goda.
" mau ketemu kalian.. Arya mana? " Iren mengedarkan pandangan ke sekeliling kantin hingga sampai menjinjitkan kakinya untuk menilik kedalam sana.
" ada perlu apa ? " Alex semakin terlihat tak suka pada sikap centil yang keduanya tunjukan.
Ia masih tak menghiraukan Lia dan Yona yang masih terdiam diri, seperti tak dianggap ada.
" siapa, lex ? " Arya yang baru saja keluar dari dalam kantin.
Sama halnya dengan Alex tadi, Arya juga terlihat membuang putung rokoknya.
Ia melihat sesaat pada Iren dan Muna. Namun segera beralih menatap Lia yang tadi sempat melirik ke padanya namun dengan cepat mengalihkannya ke lain arah.
" masuk " ucap Arya yang sudah dimengerti seperti biasa.
Lia masih tak bergeming.Itu karena ia melihat bagaimana Iren dan Muna langsung menatap sinis padanya dan Yona.
" Arya.. " panggil Iren saat Arya akan kembali masuk kedalam.
" Lia " panggil Arya yang membuat Iren seketika memalingkan wajahnya pada gadis yang disebut namanya tadi.
Lia masih tak bergerak dari tempatnya berdiri.
' cih ' Alex yang ada diantara mereka itu tampak menatap jijik pada setiap perempuan yang ada didekatnya itu. Entah itu Iren dan Muna atau Lia dan Yona sekalipun.
Mereka semua sama saja bagi Alex. Menyebalkan dan sangat memuakkan.
Begitulah, karena memang standar perempuan bagi Alex jauh diatas rata-rata.
" Arya tunggu... aku mau bilang sesuatu sama kamu "Iren memberanikan diri mendekat namun dengan cepat Alex menghadang jalannya.
" kita uda tau kamu mau ngomong apa.
Dan asal kamu tau, itu gak akan ada gunanya.
Arya gak tertarik sama perempuan kaya kalian " Alexe menunjuk kening Iren hingga tubuh itu terdorong mundur.
" apaan, sih kamu lex ! Aku kan mau ngomong sama Arya bukan sama cowok nyebelin kaya kamu " Iren menepis telunjuk yang masih menancap pada keningnya hingga jatuh.
" Lia " panggil Arya lagi dengan membalikan tubuhnya.
" kita gak berani ikutan de, kak. Kita permisi dulu " Lia menggeleng, melihat Arya yang tampak kesal .
Ingin mencari aman, justru Arya kembali menyebut namanya .Dan kali ini terdengar lebih lantang dan tegas . Membuat Lia tak berdaya .
Dengan berat hati, ia pun melepas genggaman tangan yang sejak tadi ia eratkan pada tangan Yona.
Lia lalu berjalan menghampiri Arya yang masih berdiri menunggunya di mulut pintu kantin.
" Arya, aku cuma mau ngajak kamu buat belajar kelompok bareng.
Kita kan uda mau tryout, dan gak lama lagi ngadepin ujian.
Aku cuma mau minta diajarin beberapa mata pelajaran yang gak aku pahami, itu aja kok "Iren menyampaikan maksud tujuannya yang sebenarnya hanyalah alibinya saja.
Karena tujuan sebenarnya adalah untuk mendekati dan menyatakan perasaan yang selama ini ia pendam pada Arya.
" sama kamu ? berdua aja ? aku gak yakin bakal diijinin sama pacar aku " jawab Arya , membuat Lia yang sudah berdiri disampingnya itu langsung mengdongakkan kepalanya pada Arya.
Tiba-tiba saja Lia merasakan sentuhan pada telapak tangannya.
Dengan sedikit menunduk ,Lia melihat jika kini Arya tengah menyelipkan jemari di sela-sela kelima jarinya.
'Gep' lalu Arya genggam.
Lia merasa gugup, kram di perut terlupakan sesaat.
Alex yang melihat hal itu menggeleng tak percaya. Sementara Yona justru membelalakkan kedua matanya . Ia pun sama tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Begitupun Iren dan Muna yang tak kalah terkejutnya.
Seolah mendapat jawaban berupa penolakan dari yang baru saja Arya tunjukan , Iren dan Munapun segera mengambil langkah untuk meninggalkan tempat tersebut.
" gila, memang seleramu " Alex yang tak habis pikir ikut menyusul dengan meninggalkan Arya dan Lia di sana. Namun ia sempat berhenti sesaat di hadapan Yona yang tertunduk tak berani menatapnya.
" kamu juga sebaiknya kembali ke kelas. Biarkan mereka dengan urusan mereka, jangan ditungguin karena kamu itu cuma akan jadi pengganggu ! " ucap Alex dan segera berlalu.
Yona melihat sesaat kepada Lia yang sudah ditarik masuk kedalam kantin.
" masa iya , aku tega ninggalin Lia sendirian ? gimana kalo dia di macem-macemin ama kak Arya ?
masa aku diam aja ? ''
Yona tak bisa bergerak. Ia tak mungkin meninggalkan teman yang selalu setia menemaninya dalam menghadapi berbagai macam kejadian sulit disekolah.
Hingga akhirnya ia memilih untuk tetap ditempatnya berdiri.
Sementara itu .
Sama seperti kemarin, Lia kini sudah duduk di samping Arya .
Setelah bu Ratih meletakan pesanan makan di atas meja , mereka berdua pun ditinggal .
Seperti itulah yang ia dan Arya lakukan seminggu belakangan ini. Ia akan ditinggal berdua bersama Arya didalam kantin.
Lalu dengan Yona yang selalu setia menunggunya duduk didepan , sementara Alex dibelakang dengan urusannya sendiri.
Hening. Arya sibuk memainkan ponsel miliknya sementara Lia di suruh menghabiskan makanannya.
" kenapa " tanya Arya datar mendapati Lia tak menyentuh makanannya sama sekali.
" perutku lagi gak enak ,kak "
" kamu sakit ? mukamu pucat " Arya meletakan ponsel di saku depan seragamnya.
" gak papa.. cuma kram perut biasa " Lia mencoba memaksakan diri untuk menyuapi sendok kedalam mulutnya.
Namun justru tangannya ditahan oleh Arya yang langsung menarik paksa sendok dan juga mangkok makanannya.
" kalo gak mau jangan dipaksa . Ya uda , istirahat ke UKS aja sana.
Atau kalau emang gak tahan lagi biar aku ngadep guru bp buat ijinin kamu pulang "
" gak, gak perlu.. ini cuma kram bulanan aja kok " Lia yang merasa jika sikap Arya mulai berlebihan . Hal itu membuatnya merasa semakin tak nyaman.
" trus? " Arya menatap lekat Lia. Wajah pucat Lia semakin memperjelas semuanya.Gadis itu tak bisa berbohong.
" ya, uda kuantar balik ke kelas " Arya kembali memegang jemari Lia dan berdiri.
Lia mencoba menarik tangannya, namun tatapan mengancam Arya membuatnya kembali harus patuh untuk tetap diam dan menuruti semua kemauan si Raja pemilik sekolah .
Seketika Yona melebarkan senyuman saat melihat Arya keluar dengan Lia dibelakangnya.
Ia hendak menyusul, namun kedua kakinya tak dapat beranjak dari tempatnya berdiri.
Itu karena Lia yang terlihat seperti sedang ditarik paksa oleh Arya.
Arya yang menggenggam erat tangan Lia itu berjalan melewatinya begitu saja.
Perlahan Yonapun mulai mengikuti jalan keduanya dengan menjaga jarak.
Belum cukup disepanjang perjalanan dengan menjadi bahan perhatian , merekapun sampai di kelas dan langsung memicu kehebohan lainnya.
Setiap mata yang memandang penuh tanya dan juga heran pada mereka.
Bagaimana mungkin seorang Arya bisa berpegangan tangan dengan seorang gadis biasa seperti Lia. Begitu bisik-bisik yg mulai menyebar.
Arya melepas pegangan tangannya agar Lia dapat masuk ke dalam kelas.
Bel tanda aktifitas ngajar mengajar akan dimulai pun berbunyi. Dan untuk sementara Lia selamat dari berbagai macam pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh teman-teman sekelasnya.
* * *
Lia merasa lega, jam pelajaran sekolah sudah selesai karena itu mengadakan jika sudah saatnya mereka pulang.
Lia berdiri, mengemasi buku-buku pelajaran yang ada di atas meja lalu memasukannya kedalam tas punggung warna hitamnya.
"Lia "
Dengan tidak menghentikan aktifitas berkemasnya Lia menoleh pada Yona yang masih duduk dengan memperhatikan bagian belakangan tubuhnya.
* * *
Tampak mobil sedan berwarna hitam yang sejak tadi masih tak bergerak dari tempatnya biasa terparkir.
" ck, apaan si, Ar ? uda lama juga nunggu ,gak keluar-keluar juga tu bocah berdua " Alex yang kesal karna sejak tadi harus ikut menunggu seperti biasa.
Sesaat Arya melirik pada Alex yang duduk di sampingnya .Jelas temannya itu sudah sangat kesal.
Lalu kembali ia melihat ke gerbang sekolah yang sudah sepi.
Sudah 30 menit berlalu sejak aktifitas sekolah dibubarkan. Namun Lia dan Yona belum juga keluar dari sana.
Apa ia yang sudah terlewatan atau..? Arya tak dapat memikirkan hal lainya.
Ia hanya menuruti kemauan hatinya saja untuk dapat sekedar melihat Lia.
Tak dapat lagi bersabar, Arya membuka pintu mobil lalu berlari cepat untuk kembali masuk kedalam kawasan sekolah dan menuju dimana kelas Lia berada.
Tampak olehnya Lia dan Yona baru saja keluar dari kelas.
Jika Yona sudah mengenakan jaket seperti biasa untuk melindungi kulit tangan mereka dari sengatan matahari, Lia justru terlihat melilitkan jaket hitam miliknya di pinggang.
Yona dan Lia terkejut melihat siapa yang tengah berdiri dihadapan mereka dengan nafas ngos-ngosan .
Sepertinya Arya baru habis maraton, tapi kenapa? Pikir keduanya.
" kenapa kalian lama sekali baru keluar ? " tanya Arya tanpa basa basi sambil membetulkan posisi kacamata yang sempat terturun karena terguncang saat lari tadi.
" em.. itu.. " Lia dan Yona saling bertatap , kebiasaan yang mereka lakukan saat ingin mengatakan hal namun tak dapat diucapkan lewat mulut.
" jawab "
" anu, kak.. Lia tembus " jawab Yona cepat.
Arya mengerutkan dahinya. Mencoba mencerna maksud ucapan Yona barusan.
" maksudnya ? "
Lia mencibir dalam diam pada ucapan spontanitas Yona tadi.
Itu bukanlah hal yang bisa dipahami oleh anak laki-laki, Yona ! batin Lia.
" em.. gini, kak..Lia hari ini tu lagi datang bulan.
Perutnya kram, trus pas kita mau pulang dia "
Arya mengangkat telapak tangannya. Menandakan jika Yona cukup untuk tidak melanjutkan ucapannya.
Diluar dugaan ternyata Arya paham maksud dari semua ucapan Yona .
" trus kenapa gak cepat-cepat pulang " Arya langsung menarik tangan Lia yang mana membuat gadis itu hampir terjatuh .
Arya langsung memutar tubuhnya lalu menyeret Lia untuk segera mengikuti langkah kakinya .
Yona yang belum selesai dengan keterkejutan tadi harus kembali terkejut melihat sikap Arya yang diluar prediksi.
Mereka lalu berjalan menuju gerbang sekolah, dan terus hingga melewati parkiran .
Terlihat jika hanya tersisa dua sepeda milik Yona dan Lia saja di sana.
" kak, sepeda ku " ucap Lia yang hendak menghentikan langkah namun tetap ditarik paksa oleh Arya.
" kalian aku antar pulang. Sepeda nanti aku bilang kepenjaga sekolah untuk dititip aja dulu disini.
Besok baru kalian ambil "
" trus besok ? "
" aku jemput "
* * *
Dari kejauhan terlihat Alex semakin bertambah kesal melihat Arya yang datang dengan membawa serta kedua gadis menyebalkan itu.
'cih. Alex membuang muka.
" uda gila ya Arya ampe bawa tu mereka segala. Jangan bilang bakal dianterin pulang "
Dan benar saja, Arya menyuruh Yona dan Lia untuk masuk ke mobil dan duduk dikursi belakang.
Dua gadis itupun hanya bisa menurut. Rasa takut akan hal apa yang akan terjadi selanjutnya membuat keduanya saling berpegangan tangan dengan erat.
Apalagi saat mendapat tatapan penuh ketidak sukaan dari Alex. Keduanyapun menundukkan kepala di sepanjang perjalanan .
" kita turun di gerbang sini aja, kak " ucap Lia saat mobil memasuki gerbang tempat tinggalnya.
" emang kamu tinggal di gerbang ini? kalo aku bilang antar itu berarti aku antar sampai di rumah. Aku bukan orang yang setengah-setengah dalam melakukan suatu hal " Arya yang masih memacu jalan mobilnya.
" tolong berhenti disini aja, kak.
Jangan antar sampai rumah nanti orang rumah pada nanyanya siapa.
T'rus takutnya dikirain habis keluyuran.
Apalagi kita uda telat dari jam pulang biasanya "
Arya menghentikan mobilnya.
" makasi, ya kak " ucap Yona dan Lia bersamaan sambil membuka pintu mobil keluar.
" o, ya kak besok kita bisa pergi ke ke sekolah sendiri jadi jangan repot--- " ucapan Lia terputus.
" APA? KAMU MAU JEMPUT MEREKA BESOK ? uda gila emang ni anak " Alex reflek berteriak menumpahkan semua kekesalan yang sejak tadi coba ia tahan.
Padahal ia sudah berusaha untuk menahan diri untuk tidak memperdulikan apapun yang tengah Arya lakukan.
Melihat situasi yang mulai tegang, Yona dan Lia pun segera keluar, menutup pintu mobil dan dengan cepat berjalan menjauh.
" apa si bagusnya Lia ? sampai kamu bela-belain kaya gini "
" bisa gak si,lex ? kamu diam. Mau aku apa atau gimana sama Lia juga itu urusanku "
" aku cuma gak habis pikir aja .
Kok bisa seleramu kampungan kaya gitu.
Kalo Yona mungkin masih bisa kuterima dengan akal sehat.
Meski bagiku mereka berdua terlihat sama saja "
" kamu sadar gak, si, lex ? kalau sifatmu tu uda
kelewat kasar dan gak menghargai ? Itulah kenapa selama ini gak ada satupun yang sanggup bertahan jadi temanmu "
Ucapan Arya bagaikan tamparan bagi Alex.
Memang selama ini ia hampir tak pernah memliki teman . Dan jelas ia sadari jika itu karena sifat arogannya.
Arya kembali menginjak gas mobilnya dan seketika roda kembali berputar dan membawa mereka meninggalkan area tersebut menuju rumah yang hanya berjarak seratus meter dari sana.
🌺hem.. 🌺
* * *
" hem.. kita lihat maunya dia sampai di mana.
Toh tinggal tiga bulan lagi habis tu kelar, deh .
Gak akan ketemu dia lagi " batin Lia yang senantiasa menyemangati diri sebelum berangkat ke sekolah.
Tak lupa ia juga selalu menampar pipinya agar jangan sampai berpikir bahwa Arya memliki rasa selain hanya sekedar iseng padanya saja.
Selama kakak kelasnya itu tak berbuat senonoh, ia akan mencoba untuk meladeni sikap Arya yang semakin hari semakin tak terduga.
Hari silih berganti namun rutinitas Lia dan Yona masih sama seperti biasa, mengayuh sepeda bersama ke sekolah, dan berlanjut pada aktifitas belajar .
Selebihnya tentu saja menghabiskan jam istirahat mereka dengan berada dikantin bu Ratih.
Untuk hal yang satu itu ,perlahan Lia mulai menyadari satu persatu hal baru yang membuatnya merasa semakin dekat dengan Arya.
Mereka kini sudah saling bertukar pin BBM dan sering berbalas pesan singkat hanya untuk menanyakan sedang apa. Itu agar Arya tak lagi sampai kehilangan kabar seperti waktu itu.
Saat dimana Arya menunggu hingga menyusul Lia yang tak kunjung keluar dari gerbang sekolah karena masalah tamu bulanan .
Tak jarang Arya juga meminta Lia untuk menyerahkan dan melihat isi dari BB milik Lia .
Arya bahkan juga meminta serta pin dan no ponsel Yona. Untuk berjaga-jaga jika ia tak bisa menghubungi Lia maka ia akan mudah bertanya pada Yona.
* * *
Lia seketika merasa merinding.
Arya baru saja meletakan jari telunjuk pada kulit tangannya yang dipenuhi dengan rambut halus.
Arya bahkan menyeret telunjuknya dari ujung jari sampai ke siku Lia.
" kak " Lia yang jelas terlihat tak nyaman itu lalu menarik tanganya.
Namun segara ditahan oleh Arya ,dengan langsung meraih jemarinya untuk kemudian Arya genggam .
Lia sudah mulai terbiasa akan hal itu.
Sudah dua bulan ini mereka lewati dengan saling merasakan telapak tangan satu sama lain.
" banyak sekali bulu ditanganmu... Apa kakimu juga sama ? " tanya Arya membuat Lia malu dan langsung memalingkan wajahnya kearah lain.
Arya terkekeh kecil. Menggoda Lia adalah hal baru baginya.
Ia memang tertarik dan dengan sadar mengakui jika ia menyukai gadis itu.Namun pengakuan itu hanya sebatas ia katakan dalam hatinya saja.
Entah itu dianggap cinta pertama, cinta remaja , atau cinta monyet sekalipun ia tak perduli.
Termaksud apa yang selalu mereka bicarakan tentangnya dan Lia disekolah.
Arya melepas genggaman tanganya, ia merogoh saku depannya dan mengeluarkan BlackBerry Bold 9900 ,yang merupakan salah satu ponsel paling tren disaat itu.
Ia lalu membuka alat komunikasi jarak jauh itu dan menunjukan layar berisi pesan teks pada Lia.
" pegang. Trus baca " Arya menyodorkan handphonenya pada Lia.
Seperti biasa Lia hanya bisa menuruti semua yang diperintahkan Arya padanya.
Ia sempat ragu. Ia takut jika tanganya sampai menjatuhkan benda dengan harga yang tak akan pernah sanggup ia beli.
* Hai, kak Arya. aku Prita anak kelas dua. sebenarnya aku uda lama mau bilang ini.
aku suka sama kakak. aku harap kakak mau menyambut perasaan ku ini.
balas ya, kak ❤*
Ahahaha, tawa Lia dalam hati usai membacanya.
Ia melirik Arya yang mengangkat dagunya sekali, menandakan jika ia harus membaca pesan selanjutnya.
Lia pun kembali menatap layar ponsel berwarna silver itu.
Masih ada beberapa pesan teks lainya dengan isi yang kurang lebih sama semua.
Hingga ada satu pesan teks yang begitu menyita perhatiannya hingga ia harus membacanya dengan seksama.
* Ar, aku gak nyangka kalo seleramu sepayah itu !
Lia ?
Yang benar aja aku harus kalah sama anak lusuh kaya dia.
Tapi kita lihat aja sampai dimana kamu akan main-main sama dia
Akan datang hari dimana kamu pasti sadar, kalau kamu tu cuma penasaran aja sama dia.
Dan kamu pasti akan ninggalin dia dan kembali dilevel di mana seharusnya kamu berada.
hingga saat itu tiba, aku main kamu tau. Kalau aku akan selalu setia nungguin kamu* . Iren.
Lia mengembalikan ponsel itu pada Arya. Ia mencoba tersenyum .
Meski dalam hati ia merasa tercubit setelah membaca isi pesan terakhir.
* * *
" tau, gak ? Tadi kak Arya ngasi liat pesan dari para cewek yang nembak dia " Ucap Lia yang sedang duduk bersandar disofa teras rumah Yona.
Yona tampak berbinar. Ia yang tadinya sudah akan mengambil posisi duduk itupun langsung beralih ke sisi Lia.
Padahal tadi ia hendak duduk di kursi tunggal yang ada disisi pintu masuk rumahnya.
Kursi yang jika pintu dibuka lebar maka tak akan begitu terlihat siapa yang mendudukinya.
Selama Arya dan Lia dekat , kehidupan disekolah menjadi lebih aman baginya dari para siswa nakal.
Dan ia juga mulai tertarik dan bahkan menikmati kisah baru dalam kehidupan Lia. Hal yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
" trus? " tanya Yona dengan penuh antusias.
Yona membuka tutup toples yang berisikan cemilan kuping gajah. Ia kemudian mengambil satu untuk dimasukan kedalam mulutnya.
Lalu kembali mengambil lagi dua dan ia sodorkan ke mulut Lia yang secara otomatis terbuka menyambut suapanya itu.
Yona memang selalu mengutamakan perut sahabatnya ketimbang dirinya sendiri.
' kraus.. kraus.. '
Lagi dan lagi, Yona dengan sabar menyuapi sahabatnya itu sambil menunggu kelanjutan cerita tadi.
" aku gak tau. Maksud dia nunjukin isi pesan itu ke aku itu untuk apa?
Untuk pamer ?
Ah, gak taulah.
Aku cuma ngerasa gak nyaman aja.
Jadi kaya ada beban.
Seakan-akan aku tu harus ngenjaga sikap, harus selalu jaim .
Aku ngerasa kalau dekat dia tu , aku gak bisa jadi diri aku yang biasa "
Hening sesaat sambil tetap menikmati cemilan favorit mereka.
" senang ya, Lia.
Begitu ada yang suka dapetnya kaya kak Arya.
Ganteng, pintar, populer, baik, dan gak macam-macam.. Pokoknya anak baik deh kak Arya itu "
Lia menarik nafas panjang.
" aku gak pernah berani berpikir dia benaren suka sama aku " Lia terdengar lirih.
" kok gitu, si... uda jelas tau..
Kalo gak, ngapain juga dia bela-belain ngelakuin banyak hal buat kamu "
Lia melirik Yona, lalu membuka mulutnya menandakan jika ia ingin kembali disuapi.
Yona mengangkat toples yang sejak tadi ia pangku, untuk menunjukan jika isinya sudah habis.
Sesaat tawa keduanya pecah menambah kebisingan disenja yang gerimis .
" kita liat aja. Tinggal dua bulan lagi dia disekolah dan setelah itu kita bebas untuk bisa beraktivitas dengan normal lagi "
Seperti itulah keseharian yang biasanya mereka lakukan . Bersantai untuk sekedar mengobrol ringan sambil menghabiskan waktu sebelum malam. Jika tak mereka lakukan diteras rumah Yona maka sudah pasti dirumah Lia.
Sejak tk, SD , SMP hingga SMA , mereka akan saling bertandang kerumah satu sama lain.
Hal itu tak terlepas dari banyaknya kesamaan diantara mereka berdua .
Jika banyak remaja diusia mereka akan mencoba banyak hal baru, Yona dan Lia justru menghindari hal tersebut.
Takut. Mereka lebih pada menjaga diri dari hal-hal yang menurut mereka tidak semuanya harus mereka ketahuilah atau untuk mereka coba lakukan.
Apalagi dengan peraturan rumah dari kedua orang tua mereka yang merupakan orang sekampungan.
Jadi bukan hanya Lia dan Yona saja punya banyak kesamaan, para orang tua merekapun memiliki cara pikir yang sama. Bahwa anak perempuan harus diberi banyak peraturan.
Dan beruntung bagi mereka karna Yona dan Lia tergolong anak yang patuh, taat pada peraturan yang sudah ditetapkan oleh kedua orang tua mereka.
* * *
Bulan berganti, rutinitas Lia dan Yona masih tetap sama.
Selain rutin ke kantin bu Ratih, mereka juga kini tengah bersiap menghadapi ulangan pra smester dan juga ujian kenaikan kelas.
Begitu pun dengan Arya. Tak jarang ia membawa serta buku pelajaran ke kantin dan justru mengajak Lia berdiskusi soal pelajaran.
Satu hal mengenai gadis pemikat hatinya itupun ia ketahui.
Ternyata Lia sama sekali tak tertarik pada satupun mata pelajaran.
Bagi Lia pendidikan hanya sebatas kewajiban, namun tak ia jadikan prioritas dalam kehidupannya.
Arya menggeleng saat tau jika nilai-nilai yang Lia dan Yona peroleh berada dibawah rata-rata.
Sementara itu, seperti biasa. Alex masih sama tak tertarik sedikit pun pada apa yang Arya lakukan pada kedua gadis itu .
Alex justru menambah kadar kebencianya yang tak beralasan itu.
" weekend kemana " kebiasan Arya yang bertanya dengan kalimat yang singkat ,padat dan jelas.
Ia melirik Lia sesaat, membuat gadis itu salah tingkah dan meraih gelas tehnya yang ternyata sudah habis.
" mau tambah lagi "
Lia menggeleng.
" kita jalan, yuk " Arya kembali melirik Lia.
" gak bisa kak.. kami gak diijinin keluar malam "
Arya mengangguk. Ia juga memliki tiga adik perempuan yang tak jauh beda usianya dengan Lia.
Karna itu, sedikit banyak ia tau beberapa hal mengenai peraturan anak perempuan.
* * *
" masak indomie ahhhhhh " Lia yang baru saja keluar dari dalam kamarnya setelah berganti seragam ke pakaian rumahan .
Mengenakan tanktop hitam dipadu dengan hotpants jens yang memeperjelas kemolekan tubuhnya, Lia melenggang ke dapur.
'plak' sebuah tangan menampar punggungnya saat ia baru saja akan menghidupkan kompor.
" apa'an, si mak ? anaknya baru aja pulang sekolah, lagi kelaparan juga, malah di pukul " Lia yang tak terima ketika mengetahui jika maknya lah si pemukul punggungnya tadi.
" coba buka dulu tudung saji .. Ada kotakan tu "
Lia yang sempat kesal kini tersenyum sumeringah .
Ia letakan kembali panci dan sebungkus mi yang sudah sempat di tangan ketempat semula.
Lalu berjalan menuju meja makan sederhana yang hanya dikelilingi kursi plastik berwarna biru.
Ya, kehidupan Lia sangat sederhana. Bapaknya hanya seorang pegawai negri dengan gaji standar UMR.
Rumah yang menjadi tempat tinggal mreka saat ini juga merupakan kontrakan yang sudah hampir 20 tahun mereka tempati.
Maknya sendiri berkerja sebagai buruh disalah satu perusahaan pembuatan roti tak jauh dari tempat tinggal mereka.
Kehidupan di ibu kota menuntut banyak hal pada mereka, termaksud biaya hidup yang tak sedikit.
Karna itu hidup sederhana dengan saling bahu membahu membagi tugas dan tanggung jawab di rumah sudah di terapkan tanpa ada paksaan.
Maknya bersyukur, ia memiliki dua anak gadis yang terbilang penurut meski pada Lia, ia harus sedikit bersabar menghadapi anak sulungnya yang sedikit keras kepala dan sulit diatur.
Lia membuka tudung saji yang entah sudah berapa tahun bertahan menemani kehidupan dimeja makan tersebut.
Senyuman yang memperlihatkan betapa ginsulnya itu membuat manis pemiliknya saat melihat sekotak makanan cateringan.
" siapa yang selamatan, mak "
tanya Lia bersiap dengan menarik salah satu kursi yang ada didekatnya.
' plak' kembali ia mendapatkan pukulan dari telapak tangan sang mak.
Ya, memang maknya itu tergolong ibu yang ringan tangan dan sudah menjadi kebiasaan saat menegur dengan sebuah pukulan.
" APA LAGI DOSA KU, MAK !!! “ Lia yang tampak sudah emosi. Ia lapar dan harus kena pukulan yang bertubi-tubi .
Dilihat jika sang emak sedang mengambil piring kosong lainya. Lalu membuka kotakan makan itu dan mengambil separuh isinya untuk di pindah ke piring yang diambil tadi.
Lia duduk. Ia menunggu saat maknya itu selesai membagi isi kotakan sebagai jatah makan siang untuk adiknya yang juga sebentar lagi akan pulang dari sekolah.
" tau rumah gedong yang didepan gerbang sana? " ucap Maknya memulai pembicaraan.
Maknya yang kebetulan hari itu mendapat sift pagi memang akan pulang ke rumah saat jam kerjanya berakhir pada pukul 2 siang.
Lia mengangguk, ia terlihat sedang mengambil nasi dari dalam magicom sebagai tambahan pada isi kotakan yang isinya sudah berkurang separuh.
" rumah itu sekarang uda ditempati. Nah itu kotakan selamatan dari sana.
Katanya yang punya kepala sekolah mu, lo Lia "
'uhuk' Lia tersedak pada suapan pertamanya.
Kepala sekolahnya adalah ibu dari Arya.
Itu berarti kini ia dan Arya kini tinggal dilingkungan yang sama. Dan hanya berjarak beberapa ratus meter saja.
"rumah tiga lantai, dengan luasnya yang segede goblok... " Lia membayangkan isi dari rumah yang setiap hari ia lintasi bersama Yona saat pergi dan pulang sekolah.
Maknya melihat anak gadisnya itu termenung.
Dengan piring ditangan ia lalu meraih kursi dan duduk disisi sang anak.
Keduanya pun melanjutkan makan siang mereka dengan menu tambahan berupa telur asin.
* * *
"Liaaaa.. permisiiii " panggil Yona yang langsung membuka pagar rumah sesederhana sahabatnya itu.
Ia tampak baru saja memarkirkan kendaran roda duanya tepat didepan rumah yang halamanya dipenuhi aneka tanaman.Mulai dari sayuran, cabe, bumbu dapur hingga rumput yang sudah lama tak tercabut.
Yona melepas helm standar berwarna hitam dari kepalanya lalu meletakanya dikursi yang ada didepan teras rumah.
Namun belum juga ia sempat menekan ganggang pintu, pintu tersebut sudah terbuka dengan memperlihatkan Lia yang sudah bersiap dengan helem hitam yang sama dengan miliknya .
Sweater yang mereka kenakapun sama-sama berwarna putih. Dengan celana jeans biru dan sepatu kets putih. Sepintas keduanya tampak seperti anak kembar .
Mereka lalu bergegas pergi untuk menikmati waktu weekend mereka.
Jika kebanyakan orang akan mulai keluar saat hari menjelang malam, Lia dan Yona justru akan memulai waktu santai mereka di pukul 3 sore dan akan kembali paling lambat pukul 8 malam.
Itupun tujuan mereka hanya akan ke mall.
Berkeliling dan jika Lia tengah memiliki sisa dari mengumpulkan uang jajannya selama seminggu, maka sesekali mereka akan nonton ke bioskop.
Seperti saat ini. Selama menemani Arya makan dikantin , hal itu tentu saja berdampak besar pada utuhnya uang saku Lia .
Ia juga tak pernah lagi ditraktir makan oleh Yona.
Dan semua itu berujung pada weekend mereka yang sekarang terasa lebih berwarna. Karna setiap minggu mereka bisa ke bioskop. Dan teruntuk Lia, ia bahkan bisa membeli beberapa keperluanya sendiri tanpa harus meminta lebih dari orang tuanya.
" Na, kamu tau gak rumah gedong didekat gerbang yang tiap hari kita lewati itu ? " tanya Lia.
Yona mengangguk, sambil menyedot minuman yang mereka beli setelah membeli tiket nonton.
" itu rumah kak Arya, lo.
Tau, gak aku tau dari mana ? " tanya Lia lagi.
Yona kembali mengangguk.
" dari nasi kotakan yang dibagi-bagiakan kerumah sekitar... itu berartiiiii.. kaaaamuuuuu jugaaaa dapat ? Trus kamu uda tau dong ? " Wajah Lia seketika berubah pias.
Yona tertawa kecil melihat kelakuan konyol sahabatnya itu.
Mereka pun tampak diam sesaat sambil terus melanjutkan langkah kaki mereka menuju ruang teater.
" Lia, apa gak papa kamu nolak ajakan kak Arya jalan ? " tanya Yona yang mengetahui hal tersebut setelah Lia menceritakan tentang ajakan Arya beberapa minggu yang lalu.
" masa bodolah. Aku , tu apa ya ?
emmmm....
cuma takut aja keterusan . Takut nanti beneran suka ama kak Arya.
Coba pikir deh ? Lama kelamaan siapa si yang gak ke-GR an kalo diperlakukan kaya gitu terus sama cowok kaya kak Arya ?
Dan kalo pada akhirnya dicampakkan , paling gak aku gak perlu sakit hati apalagi patah hati.
Amit-amit jangan sampai deh "
Obrolan keduanya saat berjalan menuju ruang bioskop.
Yona sebenarnya menaruh sedikit iri pada Lia .
Ia selama ini hanya didekati oleh lelaki nakal berbeda dengan Lia yang justru pertama kali didekati oleh lelaki justru langsung dapat yang sebaik Arya.
Namun rasa itu hanya sebatas iri yang tak sedikitpun dapat merubah persahabatannya pada Lia.
" em... Lia " Yoan menghentikan langkahnya.
Lia yang sudah berada beberapa langkah didepannya itupun berbalik , melihat pada Yona yang dengan ekspresi wajah yang tak biasa.
" maaf, ya "
Lia terkejut, ia yang tak mengerti maksud ucapan Yona tadipun akhirnya sadar saat dua laki-laki muncul dari balik pintu masuk yang baru saja mereka lewati tadi.
Arya dan Alex kini tengah berjalan menghampirinya.
* * *
Didalam ruang bioskop.
Arya dan Lia duduk saling berdekatan. Semetara Yona dan Alex duduk dengan jarak masing-masing satu baris kebelakang.
Lia ingin marah karena merasa telah di akali oleh Arya yang berkerja sama dengan Yona sahabatnya.
Namun ia harus menoleri hal itu mengingat Arya juga telah banyak membantu Yona terhindar dari para siswa nakal yang selama ini mencoba menjahili Yona.
Karena selama Lia dekat dengan Arya secara otomatis tak ada murid yang berni berbuat hal tak senonoh dengan mereka.
Arya menyelipkan jemarinya di kelima jemari Lia.
Dalam ruang yang gelap itu, saat film baru akan dimulai tiba-tiba saja Arya mengecup singkat pipi Lia .
Lia langsung menarik tangannya, ia memelototkan kedua matanya Arya.
Namun tanpa merasa bersalah Arya justru meraih kembali jemarinya untuk digengam seperti tadi.
Dan hal itu terulang lagi. Setelah film berakhir tepat sesaat sebelum lampu dinyalakan , Arya kembali mengecup pipi Lia.
Dan hal itu ternyata dilihat oleh Alex yang sejak tadi terus memperhatikan semua hal yang dilakuakn oleh Arya pada Lia.
Namun hal tersebut membuatnya muak pada kelakuan Arya yang semakin menjadi-jadi pada gadis kampung itu.
Jika saja Arya bukan sosok pribadi yang baik, ia pasti sudah mengakhiri pertemanan mereka.
Dan untuk seterusnya seperti itulah akhir pekan yang mereka lewati disetiap minggunya.
* * *
" mama perhatian sekarang , tiap minggu kamu pasti keluar.
kamu harus ingat kalau bentar lagi kamu ujian, Arya " ucap bu Alin.
Mama dari Arya , saat melihat anak laki-lakinya itu baru saja turun usai memarkirkan mobil dihalaman depan rumah.
" jalan, ma ama Alex "
" ati-ati lo ya sama Alex.
Dia tu anak nakal !! "
" mama percaya, deh sama Arya.
Arya gak akan ngecewain mama "
"ada apa, si " pah Handoko, papa dari Arya yang baru saja keluar dan langsung duduk di kursi di sebrang sang istri.
" Arya, pa.
Uda tau ini deket ujian tapi jalan mulu sama Alex " cetus bu Alin yang sebenarnya tau jika anaknya itu jalan bukan hanya dengan Alex saja.
Kabar tentang anaknya itu memiliki pacar disekolah, ternyata sudah sampai ditelinganya.
Bu Alin kini mulai merasa was-was.
Selain perubahan sikap Arya yang memang tak begitu mencolok, ia khawatir pada gadis yang dikabarkan tengah dekat dengan anaknya itu adalah salah satu murid disekolahnya.
Pasalnya gadis itu hanyalah gadis biasa dari kalangan sederhana dan yang kebetulan lagi, tinggal di lingkungan sekitar rumah barunya.
Saking penasarannya, Bu Alin bahkan bertanya langsung pada Alex tentang kebenaran akan hal itu.
" biar ajalah, ma. Kita tau gimana anak kita.
Arya pasti tau akan tanggung jawabnya sebagai anak dan juga pelajar.
Mama jangan terlalu mengaturnya "
Arya tersenyum penuh pada sang papa.
Pria berkumis itu memang sangat bijak dalam menjalani perannya sebagai kepala rumah tangga.
Hal yang selalu menjadi panutan bagi Arya untuk kedepannya dapat melindungi dan bersikap toleransi pada banyak hal didalam keluarga mereka.
Apalagi dengan posisinya yang adalah anak sulung. Tentu ia harus bisa menjadi contoh yang baik bagi ketiga adik perempuannya .
" kamu udah mutusin mau kuliah dimana " tanya bu Alin saat Arya baru saja pamit untuk masuk kedalam rumah.
" disini aja, ma "
" kenapa gak kaya Alex, aja.
Pilih aja jurusan dan universitas mana yang kamu inginkan. Bila perlu yang ada diluar negeri. Papa dan mama sanggup kok biayain kamu sampai S2 disana "
" bukan masalah papa mama sanggup atau engak ngembiayainnya , ma..
Tapi Arya yang gak sanggup kalau harus berjauhan dari kalian "
Arya pun berlalu. Ia sempat kesal memikirkan ucapan mamanya tadi.
Menyangkut soal pendidikan selanjutnya bukanlah kali pertama sang mama mempertanyakan hal tersebut padanya.
Dan entah mengapa sang mama terkesan menekanya agar ia mau kuliah diluar negri .Kedua orang tuanya ingin ia seperti Alex yang pendidikanya sudah ditentukan oleh orang tuanya untuk melanjutkan studi keluar negri.
* * *
Setahun berlalu.
Jika Lia merasa hubungannya dengan Arya akan berakhir saat Arya lulus dari bangku SMA , maka itu salah.
Seiring berjalanya waktu, Lia dan Yona kini pun tak lagi menggunakan sepada sebagai alat transportasi ke sekolah. Mereka sekarang saling berboncengan menggunakan motor milik Yona.
Namun tak jarang, jika jam kuliah Arya tak begitu padat ia yang akan menjemput Lia dan mengantarnya hingga sampai kerumah. Ia bahkan akan menunggui Lia dikantin bu Ratih saat tak ada kelas kuliah.
Begitu pula dengan akhir pekan yang selalu menjadi hal yang paling ditunggu oleh keduanya.
Merekpun kini tak lagi canggung untuk berjalan dengan saling berpegangan tangan. Hanya sesekali saja Yona akan ada di antara kencan mereka.
Jika dulu Arya akan mengecup pipi Lia sesaat sebelum film dimulai dan akan melakukan hal yang sama ketika film telah selesai di tonton tepat sebelum lampu kembali menyala maka kini hal itu sudah berganti dengan kecupan dibibir.
Kecupan. Arya hanya akan mendaratkan bibirnya sesaat dan dengan cepat menariknya kembali.
Cukup seperti itu.
Dan tak lebih pernah lebih dari itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!