LDR

🌺 hem.... 🌺

* * *

" Lia meja nomor 3 tolong diberesin.

Buruan, ya. Soalnya ada yang mau masuk " teriakan bernada perintah dari pria yang di kanan dadanya bertuliskan 'manager' pada Lia.

Lia kini bekerja di sebuah restoran yang terletak ditengah pusat perbelanjaan terbesar di ibu kota .

Sudah setahun Lia menjadi pegawai tetap di restoran cepat saji tersebut.

Iapun sudah tampak begitu piawai melakukan tugas kesehariannya di sana.

Mulai dari mengangkat piring kotor, mengantar pesanan, menerima orderan hingga menjadi bagian promosi yang harus berdiri didepan restoran sambil berteriak kencang agar dapat menarik pengunjung.

Bukan tanpa alasan ia merangkap begitu banyak pekerjaan.

Itu karena tak banyak pekerja yang dapat bertahan lama bekerja di sana.

Minimnya pekerja membuat tugas mereka akan semakin banyak ketika pengunjung tengah membludak. Seperti halnya dengan saat ini.

Baru seminggu yang lalu, restoran itu harus kehilangan dua pegawai sekaligus yang bertugas di bagian belakang sebagai pencuci piring dan juga untuk membersihkan dapur.

Mau tak mau semua pekerja pun dituntut untuk bisa menyelesaikan banyak pekerjaan dengan saling bahu-membahu .

Lia yang sudah setahun bertahan di dalamnya, adalah salah satu yang tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Karena ia tau , jika melakukan tugas lebih dari yang seharusnya maka itu berarti akan mendapatkan bayaran yang lebih juga. Hitungannya dianggap sebagai lembur .

Hal itulah yang membuat Lia berkerja dengan begitu bersemangat.

Ia bahkan sudah sering diminta untuk membantu melakukan pekerjaan di dapur.

Tak ia hiraukan bau asap dan minyak didapur yang akan melekat ditubuh setelahnya.

Bahkan lelah pun ia jadikan kenikmatan tersendiri baginya. Apalagi setelah menerima beberapa lembar rupiah berwarna merah ketika semua tugas lemburnya selesai ia kerjakan.

Kehidupan yang ia jalani ini jelas berbeda dengan kebanyakan teman-teman seperjuangannya.

Tak sedikit dari mereka meneruskan pendidikan setelah tamat SMA dengan berkuliah.

Termaksud juga Yona.

Namun banyak pula yang bernasib sama dirnya. Daripada melanjutkan pendidikan ke Universitas yang tak sedikit memakan biaya itu, mereka lebih memilih untuk berkerja dengan berbagai alasan. Salah satunya adalah karena tuntutan hidup.

Semenjak bekerja dalam lingkungan pusat perbelanjaan saja , Lia sudah bertemu dengan beberapa teman seangkatannya yang juga bernasib kurang lebih dengannya.

Ada yang sepertinya dengan berkerja di restoran, berkerja di toko pakaian, hingga menjadi petugas kebersihan.

Terlepas dari terpaksa atau tidaknya , namun tampaknya mereka btak punya pilihan lain selama itu layak dan halal untuk dilakukan . Tak ada gengsi atau malu bagi mereka yang memang harus menjalankan kehidupan demikian.

Lalu bagaimana kabar hubungannya dengan Arya?

Beberapa teman yang sempat ia jumpai selalu menanyakan hal itu padanya . Karena memang saat sekolah dulu, rumor tentang ia berpacaran dengan Arya sangatlah terkenal.

Ia dan Arya sampai kini masih berhubungan.

Namun karena kesibukan masing-masing, mereka sudah semakin jarang untuk bertemu.

Apalagi untuk menghabiskan waktu seperti dulu.

Keduanya bahkan sudah lupa kapan terakhir kali mereka berkencan.

Hanya dengan rutin mengirim pesan sajalah yang menjadi bukti mereka masih memliki hubungan yang sama seperti tiga tahun yang lalu.

Layaknya pasien yang rutin mengkonsumsi obat. Tiga kali sehari adalah waktu yang wajib bagi keduanya untuk saling mengirim pesan walau hanya sekedar bertanya kabar dan bercerita tentang aktifitas sehari-hari.

Jika Arya tengah disibukan pada penghujung semester kuliahnya, maka berbeda dengan Lia.

Ia memang sengaja menyibukkan diri untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah .

Karena hanya tinggal menghitung hari saja, Mina adiknya akan mendaftarkan diri masuk ke sebuah universitas .

Lia senang, karena selain berhasil lolos masuk ujian Universitas. Adiknya itu juga menjadi salah satu yang berhasil memperoleh beasiswa berprestasi.

Jadi mereka hanya perlu membayar separuh dari uang masuknya saja.

Dan kabar membanggakan itu pun membuat Lia semakin bersemangat dalam berkerja. Iapun menaruh harapan besar pada sang adik. Ia tak menyangka jika adik tomboinya itu ternyata benar-benar memiliki kualitas otak yang berbeda jauh darinya.

Bangga, namun juga ada rasa malu dalam diri Lia. Namun sekali lagi, ia tak mau hanyut dalam rasa mindernya. Ia akan kubur dalam-dalam hingga tak akan ada yang menyadari hal tersebut.

Meski harus makan dengan tidak teratur, atau bahkan harus berkerja dengan waktu lebih dari sepuluh jam perhari ,Lia tak pernah sekali pun mengeluh lelah.

Baginya kuliah Mina adalah yang utama saat ini.

Namun seperti apapun ia menyibukkan diri, ia tetap tak bisa membohongi hati. Dan untuk itu ia masih harus menahan diri dan mencoba menjalani semuanya seperti biasa.

Meski kadang rindu yang teramat sangat pada Aryalah yang terkadang membuat semangatnya surut.

Ia selalu teringat saat dulu ia menghabiskan akhir pekan dengan berkencan dengan Arya .

Genggaman tangan pada jemarinya, lalu kecupan singkat di bibirnya.

Semua hal itu menjadi sesuatu yang begitu terpahat dalam dikepalanya.

* * *

Malam itu, Arya tak bisa menjemputnya.

Ada tugas yang harus dikerjakan karena besok sudah harus dikumpulkan.

Meski kini hampir tak memiliki waktu untuk dihabiskan bersama, namun sebisa mungkin Arya akan menyempatkan diri untuk sekedar mengantar maupun menjemput Lia berkerja.

Arya tau , jika dalam keluarga Lia, mereka hanya memiliki satu kendaran roda dua yang biasa digunakan sang bapak untuk berkerja.

Namun semenjak Lia berkerja, tuntutan hidup mengharuskan keluarga tersebut untuk memiliki satu lagi kendaran dengan cara menyicilnya setiap bulan.

Semua itu untuk mempermudah Mina dalam melakukan aktivitas kuliahnya.

Dan juga agar mereka tak selalu tergantung pada orang lain saat akan menjemput dan juga mengantar Lia berkerja.

Kehidupan keluarga Lia memang selalu tampak begitu kompak dan juga bersemangat .

Mereka hampir tak pernah berhadapan dengan masalah berarti yang dapat menjadi penghambat aktifitas keseharian mereka.

Saling bahu membahu, tidak banyak menuntut dan akan selalu ikhlas menerima apapun kondisi keluarga mereka. Hal itulah selalu mereka jadikan pedoman dalam hidup .

* * *

Lia baru saja selesai mandi .

Terlihat dari handuk yang tergulung diatas kepalanya.

Segar, karena akhirnya bisa mencuci rambut setelah tiga hari ia tak merasakan guyuran air di kepalanya .

Lia mengusap layar touchscreen handphone androidnya. Ia lalu membuka aplikasi whatsapp dimana ada 2 pesan yang belum sempat ia baca sejak tadi.

Arya : Lia. kamu sibuk ? Maaf aku kayanya gak bisa jemput. Pesan yang sudah dikirim sejak sore tadi dan baru sempat ia baca.

Dan satu lagi pesan yang dikirim 30 menit lalu.

Arya : maaf, Lia aku baru ngasi kabar.

Aku akan berangkat besok untuk magang selama tiga bulan di jogja.

Lia menarik nafas berat. Ia sudah tau akan hal itu. Karena memang Arya sempat membahasnya beberapa minggu yang lalu.

Lia kembali menatap layar handphonenya, dan membuka pesan berikutnya.

Yona : Lia kamu masih hidupkan ? kok gak pernah kerumah siiii...aku kangen....tanpamu aku kesepian 😢.

Lia tersenyum. Ia juga merindukan sahabat terbaiknya , si cantik Yona.

Lia lemparkan benda pipih itu begitu saja diatas ranjangnya. Handphone yang merupakan hadiah ulang tahunnya yang ke 19 dari Arya .

* * *

Lia melirik jam yang menggantung didinding kamar yang menunjukan pukul 9 lewat 15 menit.

Ia lalu mendudukkan diri di kursi kayu yang ada ditepian jendela kamarnya.

Arya dan Yona .

Cuma mereka berdua saja yang selalu rutin menanyakan kabarnya setiap hari.

Lia mengangkat sedikit kepalanya, lalu kembali tersenyum ketika melihat langit gelap dari jendela kamar kecilnya.

" akan seperti apa aku nanti " batin Lia mencoba membayangkan akan seperti dirinya di beberapa tahun yang akan datang .

Suara notifikasi pesan masuk terdengar , membuat Lia seketika membuyarkan lamunannya.

Lia kembali meraih handphone yang ia lempar tadi. Dan segera mengecek siapa gerangan si pengirim pesan .

Arya : kamu uda pulang? kok pesan ku cuma di baca dan gak dibalas ? Kamu marah karna gak kujemput? Atau marah karna mau kutinggal magang? .

Lia terpaku pada isi pesan tersebut.

Marahkah ia? Lia bertanya pada dirinya sediri. Tentu saja tidak. Ia dengan yakin memberi jawaban pada dirinya lagi.

Ia hanya tak tau harus membalas untuk memberi jawaban seperti apa pada Arya.

Karena sampai saat inipun ia masih ragu jika ia memang dianggap pacar oleh Arya.

Meski ia sadari jika pria berusia 21 tahun itu , memang sudah menguasai seluruh ruang dalam hatinya .

Setiap kali mereka bertemu ,Lia tak pernah berani menatap lama pada pria yang kini terlihat semakin matang dan bertambah pula pesona ketampanannya.

Dan hal itu membuat Lia menjadi semakin tidak percaya diri. Jika sedang jalan dengan Arya, maka penampilan mereka akan terlihat sangat mencolok.

Sekalipun Arya selalu menyesuaikan dengan apa yang Lia kenakan.

* * *

15 menit kemudian ,ketika jam di wallpaper handphonenya sudah menunjukan pukul 21.32 malam. Lia keluar dari kamarnya.

Ia terlihat akan menemui Arya yang sebentar lagi akan datang menyambangi rumahnya.

" mak " sapa Lia pada maknya yang tengah menjemur pakaian di pelantaran belakang rumah.

" hem.. " jawaban yang sudah dihapal mati oleh Lia sebagai pengganti kata 'iya'.

" Arya mau kesini sebentar, bole gak? "

" ini uda malam, lo Lia.. apa kata tetangga kalau liat kalian berduan malam-malam gini ?

Apa gak bisa besok aja ?"

Ya, maknya memang selalu memikirkan apa pendapat orang sekitarnya. Karena memang beberapa tetangga mereka terkenal sebagai penggosip yang selalu ingin tau dan akan membahas , serta menyebarkan berita satu dengan dengan lainya.

Karena itu maknya selalu meminta agar kedua anak gadisnya dapat menjaga sikap. Supaya jangan sampai menjadi bahan gunjingan para mulut ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal mereka.

Terutama pada Lia yang sudah lumayan sering dibicarakan karena berpacaran dengan Arya.

" besok Arya harus berangkat magang ke Jogja.

Dia mau nemuin Lia .

Sebentar aja, kok mak.

Bole ya mak..?

Lia minta di temanin Mina de, biar kalo ada yang lewat gak cuma keliatan kita berduaan aja " bujuk Lia.

" ya, uda .

Tapi ganti dulu bajumu sana.

Jangan pake singlet kaya gitu.

Bila perlu pake daster mamak sekalian "

Lia tertawa, membayangkan jika dirinya mengenakan daster batik yang selalu maknya kenakan.

* * *

Dengan mengenakan celana training biru dan kaos hitam , Lia ditemani Mina duduk didepan teras menunggu kedatangan Arya.

" kalo kaya gini ceritanya si, bakal jadi obat nyamuk " Mina beranjak dari duduknya dan masuk kedalam, tepat di saat motor matic berhenti di depan rumah mereka.

Tanpa mengenakan helm, Arya turun dari kendaran barunya dan berjalan menuju ke rumah sederhana itu.

Rumah yang sudah beberapa kali ia kunjungi, untuk memperkenalkan diri kepada para anggota keluarga Lia.

Lia tersenyum lebar. Sebuah senyuman yang di permanis oleh ginsulnya.

Melihat bagaimana wajah itu terlihat begitu manis, dalam hati Arya merasa ada ketenangan ditengah gelisah yang melanda karena harus meninggalkan gadisnya itu untuk magang selama tiga bulan.

Bisa melihat Lia tersenyum adalah hal yang selalu membuat harinya terasa lengkap .Tak kurang satu apapun.

Kedua mata Lia tertuju pada plastik hitam yang menggantung ditangan kanan Arya.

Setelah membuka pintu, melewati pagar dan menginjakan di halaman rumah yang penuh dengan aneka tanaman itu ,Arya pun sampai di teras yang hanya diisi dua kursi dengan sebuah meja kecil ditengahnya.

" Hai " Lia tersenyum sumringah pada pria yang sudah berhadapan dengannya .

Arya membalas dengan senyuman singkat. Ia lalu menyodorkan apa yang ia bawa.

Lia langsung menerima dan segera melihat isinya. Karena ia sudah tau, Arya pasti akan memintanya untuk langsung melihat isi dari setiap kali ia diberi sesuatu.

Lia menatap sesaat pada Arya. Berharap jik pria itu akan mengatakan maksud dari pemberiannya.

" bapak sama mak uda tidur? " pertanyaan dari Arya yang jauh dari harapan Lia .

Lia menghela nafas. Kecewa , karena bukan itu yang ingin ia dengar.

" belum.. kamu mau masuk nyapa mereka ?

Tapi jam segini biasanya mereka uda masuk kamar "

" ya, uda . Gak usah aja kalo gitu.

Sampaikan aja salam aku ke mereka.

Dan maaf uda datang malam-malam kaya gini "

Arya berbalik masih enggan menjelaskan maksud kedatangannya.

Lia bertambah kecewa. Padahal ia sangat ingin mendengar apa maksud kedatangan dan pemberian Arya padanya.

Namun ia takut jika dianggap terlalu banyak bicara justru akan memicu hal yang tak diinginkan.

Ia takut merusak hubungannya dengan Arya.

Untuk kesekian kalinya ia terlihat menghela nafas kecewa.

Ia tak habis pikir, kenapa begitu banyak yang harus ia takutkan.

" ya, uda kamu masuk ,gih. Uda seharian kerja pasti capek kan ?

Masuk sana, trus tidur.

Gak usah nungguin aku pergi " Ucap Arya sempat berbalik namun hanya sesaat saja.

Arya kemudian melanjutkan lagi langkahnya hingga ia benar-benar meninggalkan rumah tersebut.

Sampai suara motor itu sudah semakin jauh terdengar, Lia masih saja terpaku ditempatnya berdiri.

Setelah memastikan Arya pergi, barulah Mina keluar menghampiri Lia. Dengan rasa penasaran ia pun meminta agar dijinkan untuk melihat isi dari pemberian Arya tadi.

" apa gak bisa kamu bilang sesuatu.

Kamu datang hanya untuk ngasi aku ini ?

Terus kamu pergi begitu aja..

Tanpa bilang apa-apa lagi

Padahal ini pertama kalinya kita bakal jalanin LDR.. Apa benar aku ini pacarmu, Ar ?

Atau masi sebagai rasa penasaranmu saja ? "

* * *

Lia memulai harinya setelah melewati bulan pertama hubungan LDR nya dengan Arya.

Lia menatap pada sepasang kakinya yang mengenakan sepatu kets biru pemberian Arya malam itu.

Menurut pesan yang Arya kirimkan padanya, itu adalah hadiah ulangtahunnya yang akan jatuh di bulan ini. Dan itu berarti Arya tak bisa ikut merayakan seperti ulang tahun sebelumnya.

Jam tangan, handphone, lalu sepasang kets biru adalah tiga hadiah yang sudah ia terima selama

menjalani hubungan dengan Arya.

Itu belum termaksud dengan hadiah kecil lainnya. Karena ada begitu banyak barang yang sudah ia terima , mulai dari sweater, jeans, ikat rambut , bahkan beberapa diantaranya adalah barang couple.

Ada cincin yang terbuat dari emas putih yang bertuliskan nama mereka. Lia mengenakan cincin bertuliskan nama Arya dan sebaliknya Arya mengenakan cincin bertuliskan nama Lia.

Mereka mengenakannya di jari jempol agar tak terlalu mencolok bahwa itu adalah barang couple.

Lia tak pernah mempertanyakan apa sebenarnya tujuan Arya hingga sampai melakukan hal sejauh itu.

Bahkan sampai membuat cincin bertuliskan nama mereka .

Cincin itu masih melingkar dengan pas di jempol kanannya dan tak mudah di lepas karena memang di didesign khusus dengan menyesuaikan ukuran jari mereka.

* * *

Meski mereka kini tengah menjalani LDR an, namun nyatanya hal tersebut tak berbeda jauh dengan hubungan yang mereka jalani sebelumnya.

Rutin mengirim pesan, bertanya kabar dan jika sempat maka Arya akan menelpon, meski dengan isi obrolan yang terasa datar dan hampir tak bermakna apapun.

Entah demi apa atau untuk apa sebenarnya mereka masih terus menjalani hubungan yang ambigu itu.

Kadang Lia merasa bingung sendiri dengan apa yang tengah ia jalani selama ini.

* * *

Arya merebahkan tubuh diatas ranjang empuknya.

Ia masih di jogja. Tinggal di salah satu apartemen yang terbilang cukup mewah dengan segala fasilitas yang lengkap.

Sudah hampir tiga bulan ia menepati kamar apartemennya tersebut.

Dan itu berarti masa magangnya akan segera berakhir.

Arya mengusap layar handphone, menampilkan wallpaper yang ia pasang dengan wajah tersenyum Lia .

Foto itu ia dapat dari Yona.

Karena selama menjalani hubungan dengan Lia, ia belum pernah sekalipun mengajak Lia untuk berfoto bersama.

Bagitupun Lia.

Walau sudah sekian lama bersama, gadis itu masih saja tampak canggung saat bersamanya.

Arya merasa jika dirinya masih belum dapat mengenal dengan pasti bagaimana sosok Lia yang sebenarnya. Gadis itu begitu tertutup terhadapnya. Ditambah lagi dengan sikapnya yang tak banyak bicara .

Arya menyadari jika ada yang salah dengan hubungan mereka.

Namun ia tak tau harus mulai dari mana untuk memperbaikinya .

Ia ingin agar hubungan mereka bisa terlihat normal seperti pada umumnya.

Tapi ada satu hal yang Arya yakini dalam dirinya , jika LDR ini sudah membuktikan sesuatu padanya.

Bahwa ia merindukan Lia.

Tak melihat wajah gadisnya itu ternyata benar-benar membuat harinya menjadi hampa.

Hatinya pun terasa kosong. Seperti ada sesuatu yang kurang dan hilang dari dalam dirinya .

Dan itu adalah Lia.

Arya tak tau pasti apakah ini cinta atau sesuatu lainnya.

Karena ia selalu merasa bahwa Lia belum menunjukan hal yang sama seperti yang ia rasakan.

Gadis itu bahkan tak pernah menelponnya. Selama ini selalu saja ia yang menjadi orang yang pertama kali melakukan panggilan telpon.

" adakah aku ada dihatimu , Lia? " gumam Arya yang menatap dalam pada layar ponselnya.

* * *

Masa magang telah berlalu.

Arya kembali ke ibu kota dengan penuh semangat.

Baginya dapat melihat wajah Lia secara langsung seperti tengah melepas dahaga ditengah gurun pasir.

Apalagi disambut dengan senyuman manis si pemilik ginsul itu.

Hati Arya seakan ditaburi sejuta bongkahan berlian.

Namun tak mungkin ia bisa menunjukkan hal tersebut.

Makan ketika bertemu nanti, ia pun akan tetap bersikap seperti biasa.

* * *

Tiga bulan LDR an. Mereka kembali ke rutinitas sebelumnya. Namun dengan segudang skripsi yang harus Arya selesaikan demi menyelesaikan studinya .Lalu disusul dengan persiapan wisuda . Membuat intensitas pertemuan mereka semakin mustahil dilakukan.

Hingga hari wisuda pun tiba.

Menerima penghargaan sebagai mahasiswa dengan nilai tertinggi, Arya tampak begitu bahagia di hari besarnya itu. Akhirnya ia menyelesaikan pendidikan S1 dengan prestasi yang sangat memuaskan.

Kedua orang tuanya tampak hadir menyambut bahagia pada putra yang sudah sangat membanggakan dan secara otomatis telah mengangkat derajat keluarga mereka yang akan semakin dipandang dan juga disegani di kalangan mereka.

Lia yang hari itu harus tetap berkerjapun menyempatkan diri dengan meminta ijin agar dapat menghadiri acara wisuda Arya

Namun sayang. Karena yang diperkenankan masuk hanyalah mereka yang memiliki undangan .

Dan karena itu, Lia tak diperbolehkan untuk melihat kedalam sana.

Lia pun hanya dapat menunggu di luar gedung , tempat acara tersebut diselenggarakan.

Dengan kedua tangan memegang buket bunga dan juga boneka beruang berpakaian wisuda, Lia berdiri didepan pintu masuk yang dijaga ketat oleh dua orang petugas keamanan.

Lia tak sendiri.

Tampak juga beberapa orang lainnya yang sama seperti dirinya. Entah mereka menunggu teman, sahabat, keluarga atau mungkin juga pacar seperti dirinya.

Pacar? Lia masih ragu untuk mengakui jika hubungannya dengan Arya seistimewa itu.

4 jam lamanya ia menunggu, sambil sesekali melirik jam di pergelangan tangannya.

Mulai dari berdiri, berjongkok hingga duduk ditepian dinding.

Hingga akhirnya mereka yang sejak tadi menunggu sama sepertinya, terlihat berbondong-bondong berjalan menuju pintu masuk yang baru saja dibuka .

Tapi Lia tak ikut masuk, dan justru memilih untuk tetap menunggu diluar saja.

Ia melirik sesaat kearah halaman depan yang dijadikan parkiran kendaraan roda empat. Dimana terlihat mobil keluarga milik Arya masih terparkir disana.

Lia tersenyum.

Ia seakan mempersiapkan diri dan juga hati, dengan merapikan penampilannya.

Hari itu Lia memang terlihat sedikit berbeda.

Walau hanya mengenakan lipblos dan bedak tipis tapi itulah usaha terbaik yang bisa ia lakukan saat ini. Dihari besar Arya ini, ia ingin penampilannya terlihat lebih baik dari biasanya.

* * *

Hingga tinggal beberapa orang saja yang masih berada didepan pintu masuk. Dan itu tampaknya hanya dirinya saja yang merupakan penunggu.

Itu jelas terlihat dari mereka yang berada di sekitarnya itu tidak memegang atau membawa apapun ditangan mereka.

" Lia " Suara menyapa dirinya yang sedang membelakangi pintu masuk.

Lia berbalik.

Lia merasa nafasnya tercekat. Ketika mendapati siapa si penyapa yang kini sudah berdiri di hadapannya itu.

Bu Alin. Wanita berkebaya hijau itu terlihat anggun dan elegan. Tentu saja ia harus berpenampilan demikian untuk menghadiri hari besar putra sulungnya.

Lia terlalu bersemangat hingga lupa jika orang tua Arya juga akan ada di tempat tersebut.

Iapun merasa seperti kakinya tengah terpaku, tak dapat bergerak dari tempatnya berdiri.

" se.. sek.. sek. sek. lamat siang tante " Lia memberanikan diri dengan mengulurkan tangannya.

Bu Alin tampak enggan untuk menyambut jabat tangannya itu. Bahkan wanita itupun tak terdengar membalas salamnya tadi .

Bu Alin memalingkan wajahnya ke arah lain.

" kamu kesini mau apa ? "

" mau ketemu Arya, tante "

" dengan pakaiannya seperti itu? " Bu Alin meliriknya sesaat lalu kembali berpaling.

" saya sekalian mau berangkat kerja, tante " Lia tertunduk .Kedua bola matanya bergerak turun untuk memperhatikan dirinya sendiri.

" berikan itu " tunjuk bu Alin pada buket bunga dan boneka yang sejak tadi Lia pegang.

Lia ragu. Karena ia ingin menyerahkannya sendiri.

" em.. anu tante.. maaf, tapi saya mau kasi ke Arya langsung "

'cih' Bu Alin kini tak segan menunjukan ketidak sukaannya pada Lia.

Ia merasa sudah cukup menahannya selama ini.

Lia masih tertunduk.Sepertinya ia tak punya pilihan.

Perlahan kedua tangannya berangkat untuk menyerahkan buket dan boneka itu pada Bu Alin.

Dengan kasar, wanita itu mengambilnya .

Dan masih tak mau melihat sedikitpun ke pada Lia.

" pergilah, jangan sampai ada yang melihatmu datang ke sini.

Apalagi kalau sampai kerabat saya tau soal kamu !

Cukup dilingkungan saja saya harus menanggung malu karena kamu terus saja dekat-dekat sama anak saya "

'' permisi tante '' suara Lia begitu pelan bahkan hampir tak terdengar.

Lia menganggukkan kepalanya sekali dan berlalu meninggalkan tempat tersebut.

Terpopuler

Comments

Ika Mei susanti 03

Ika Mei susanti 03

lanjut thor.💪👍

2022-04-08

3

Yenny Fransisca

Yenny Fransisca

"HAI TANTE.. blm pernah keselimpet sepatu sendiri terus kejedot sudut pegangan tangga lalu berguling2 mantab si aspal becek smp lecet ya.."😠
"BELOM EMANG KENAPA!!"😡
"ga apa2.. cuma ngasih tau itu sakit.. tante galak bgt sih sama lia"😒🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️

2021-04-17

4

anonymous

anonymous

👍

2021-04-15

3

lihat semua
Episodes
1 Putih Abu-Abu
2 Pacar
3 Weekend
4 Beban
5 Bohong
6 LDR
7 Tunggu aku
8 Tak ada yang mendukung
9 Siapa dia ?
10 Menahan
11 Maaf
12 Aku lelah denganmu
13 Jawaban tak pasti
14 Panggilan sayang
15 Jangan lakukan apapun
16 Pantai
17 Tentang Karin, Bram dan Alex
18 Kamu
19 Pesta
20 Suasana pesta
21 Berpisah
22 Dengan mu
23 Apartemen
24 Gosip
25 Pertunjukan menarik
26 Break
27 Hei,
28 Firasat baruk
29 Sama aku
30 Melindunginya
31 Tanpa mereka sadari
32 Putus
33 Rasa tak rela
34 Terpancing
35 Tak akan menyesal
36 Kabar mengejutkan
37 Ku terima tawaranmu
38 Ketika sudah menjadi mantan
39 Sesuai harapan
40 Arti hari ini
41 Egois
42 Luluh
43 Kau akan pergi ?
44 Jangan mereka
45 Obat frustasi yang ampuh
46 Pendiriannya yang keras
47 Gak berjodoh
48 Senyum yang sempurna
49 Misi lama cara baru
50 Sulitnya moveon
51 Urusan yang harus diselesaikan
52 Sejauh mana perjuangan kalian
53 Inginkan akhir yang sama
54 Tujuan tertentu
55 Pertunangan
56 Setelah ini kita menikah
57 Tetap di posisinya
58 Gelisah
59 Gelisah part 2
60 Jalan buntu
61 Gimana Rasanya
62 Pernikahan
63 Pernikahan part 2
64 Bulan Madu
65 Gak boleh
66 Dia pergi
67 Sirna seketika
68 Sirna seketika
69 Mau apa mereka
70 Bukan dia
71 Surprise
72 Hari bahagia
73 Lia kesal
74 Garis dua
75 Penasaran
76 Siap mendengarkan
77 Kerjain aku
78 Kamu hamil
79 Kamu dimana
80 Menunda
81 Jangan khawatirkan mereka
82 Laki-laki atau perempuan
83 Teriakan Lia
84 Tak ada salahnya
85 Marahnya
86 Menghela nafas
87 Sangat mencintainya
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Putih Abu-Abu
2
Pacar
3
Weekend
4
Beban
5
Bohong
6
LDR
7
Tunggu aku
8
Tak ada yang mendukung
9
Siapa dia ?
10
Menahan
11
Maaf
12
Aku lelah denganmu
13
Jawaban tak pasti
14
Panggilan sayang
15
Jangan lakukan apapun
16
Pantai
17
Tentang Karin, Bram dan Alex
18
Kamu
19
Pesta
20
Suasana pesta
21
Berpisah
22
Dengan mu
23
Apartemen
24
Gosip
25
Pertunjukan menarik
26
Break
27
Hei,
28
Firasat baruk
29
Sama aku
30
Melindunginya
31
Tanpa mereka sadari
32
Putus
33
Rasa tak rela
34
Terpancing
35
Tak akan menyesal
36
Kabar mengejutkan
37
Ku terima tawaranmu
38
Ketika sudah menjadi mantan
39
Sesuai harapan
40
Arti hari ini
41
Egois
42
Luluh
43
Kau akan pergi ?
44
Jangan mereka
45
Obat frustasi yang ampuh
46
Pendiriannya yang keras
47
Gak berjodoh
48
Senyum yang sempurna
49
Misi lama cara baru
50
Sulitnya moveon
51
Urusan yang harus diselesaikan
52
Sejauh mana perjuangan kalian
53
Inginkan akhir yang sama
54
Tujuan tertentu
55
Pertunangan
56
Setelah ini kita menikah
57
Tetap di posisinya
58
Gelisah
59
Gelisah part 2
60
Jalan buntu
61
Gimana Rasanya
62
Pernikahan
63
Pernikahan part 2
64
Bulan Madu
65
Gak boleh
66
Dia pergi
67
Sirna seketika
68
Sirna seketika
69
Mau apa mereka
70
Bukan dia
71
Surprise
72
Hari bahagia
73
Lia kesal
74
Garis dua
75
Penasaran
76
Siap mendengarkan
77
Kerjain aku
78
Kamu hamil
79
Kamu dimana
80
Menunda
81
Jangan khawatirkan mereka
82
Laki-laki atau perempuan
83
Teriakan Lia
84
Tak ada salahnya
85
Marahnya
86
Menghela nafas
87
Sangat mencintainya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!