Pantai

🌺hem.... 🌺

Setelah melewati pagar setinggi 3 meter , sebuah mobil CR-V berwarna hitam terlihat memasuki area halaman rumah berlantai tiga .

Tampak Arya keluar dari dalam mobil tersebut.

Kedua orang tuanya terlihat berdiri didepan pintu masuk rumah, menatap kearahnya.

Arya yakin jika mereka pasti sedang menunggu kedatangannya.Terka Arya tanpa ragu sembari berjalan untuk menghampiri.

'' kapan datang, pa ?'' tanya Arya yang mencium punggung tangan sang papa, Pak Handoko.

Sudah beberapa minggu belakangan ini sang papa memang tidak dirumah, karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan ia berkeliling ke beberapa kota untuk memantau langsung usaha batu baranya.

'' tadi sore. Kamu pulang larut begini kok gak ngabarin orang rumah ?'' pak Handoko melirik jam di pergelangan tangan kanannya yang menunjukan pukul 11 malam.

'' Maaf, pa. Arya lagi banyak kerjaan, jadi sibuk banget di hotel.

Soalnya senin akan ada rapat pengesahan posisi GM yang baru .Sekaligus pelantikan direktur yang baru.

Jadi banyak hal yang harus Arya selesaikan '' Arya beralih mencium punggung tangan sang mama, dan berakhir dengan mengecup kedua pipi itu secara bergantian.

'' Tapi lain kali biasakan ngabarin orang rumah kalo pulang telat.

Kasian mereka pasti khawatir, nungguin kamu.

Ya, sudah kamu pasti capek . Masuk dan istirahatlah ''

Bu Alin mengelus pundak anak sulungnya itu.

'' iya, ma. Selamat malam pa, ma '' pamit Arya melangkah masuk ,meninggalkan sepasang suami istri yang menatapnya lalu.

'' Arya kayanya masih berhubungan dengan perempuan bernama Lia itu , deh pa .

Menurut papa, kita yantus bagaimana ? ''Bu Alin menatap dengan penuh cemas.

Kekhawatiran bu Alin masih mengenai hal yang sama.

Apalagi kalau bukan tentang hubungan anak laki-lakinya dengan Lia.

Rasanya ia sudah tak sanggup menghadapi kerasnya pendirian Arya . Meski sudah sering ia tekankan bahwa tak akan pernah ada restu darinya, Arya tetap kekeh mempertahankan hubungan tersebut.

Ia takut jika gagal meluruskan masa depan Arya hal itu akan berdampak pada ke tiga anak perempuan mereka yang lainya.

Ia frustasi dan ingin menumpahkan kekesalanya pada sang suami.

Karena memang sangat jarang sang suami terlibat atau ada di rumah untuk membantunya mengawasi anak-anak mereka.

Namun bukan berarti ia akan menyalahkan sang suami. Ia hanya ingin berbagi beban yang rasanya terlalu berat jika harus ia tanggung sendiri.

'' jika kita tidak bisa menunjukan dukungan kita pada hubungan mereka, maka kita harus bisa mendukung pada hal lain.

Untuk sementara kita berhenti dulu menekan soal hubungannya dengan Lia.

Dan mulai tunjukkan perhatian dan kepedulian kita pada pekerjanya, pada apa yang saat ini menjadi ambisinya.

Kita lakukan saja secara perlahan.

Sampai ia sadar dan semua perhatiannya hanya tertuju pada keluarga saja.

Papa yakin akan datang waktunya untuk mereka sendiri yang akan mengakhiri hubungan itu tanpa perlu campur tangan kita ''

'' tapi, pa kalau mereka tetap kekeh untuk terus lanjut gimana ?''

'' percaya sama, papa. Kita hanya perlu sedikit bersabar menunggu datangnya kesempatan itu ''

* * *

Minggu pagi pukul 6 , dirumah sederhana tempat tinggal Lia.

Sang emak yang memang selalu menjadi orang pertama bangun disetiap hari itu tengah menatap heran pada Lia.

Tak biasanya si sulung bangun sepagi itu, jika bukan untuk berkerja karena mendapat giliran masuk shift pagi.

Lia bahkan sudah mandi .Ia yang mengenakan sweater hitam, dipadu dengan jeans berwarna senada, tampak bersiap untuk pergi.

Terlihat juga tas punggung di sisi kanan tempat ia mendudukan diri.

'' mau kemana kamu ? Pagi-pagi uda mau kabur dari rumah ? Kerja ?'' sang emak dengan masih terus memperhatikan Lia yang tengah memasangkan sepatu kets putih di kedua kakinya.

'srup' Lia nyeruput kopi hitam milik sang emak yang ada diatas meja makan.

''mau ke pantai sama Yona, mak '' Lia menecup pipi kanan emaknya.

'' hadeh .. ckckck '' menggeleng perlahan.

'' anak gadis jaman sekarang, kalo urusan jalan aja cepat. Giliran di suruh bantuin di dapur , pasti ada aja alasan buat ngindar ''

Lia memilih menanggapinya dengan diam. Ia sudah cukup kebal dengan semua omelan wanita yang sudah melahirkannya itu.

'' mau jadi apa kamu , Lia..Lia..?

Masak gak bisa, beberes rumah juga gak pernah.

kaya apa kalau kamu nikah nanti ?

Iya kalo dapat suami orang kaya, kalo dapatnya sama seperti mak gini ? Bisa-bisa di damprat kamu sama mertuamu '' lanjut omelan khas mak-mak yang umum terdengar.

Lia tertegun.

Ia sedang mencerna makna dari kalimat maknya barusan.

Seperti tengah mengingatkannya untuk tidak menaruh harap terlalu tinggi pada hubungannya dan Arya.

Padahal semua orang termaksud keluarganya tau, jika ia dan Arya masih menjalin hubungan yang sama seperti dulu.

Namun lamanya waktu, sepertinya tak mampu membuat satupun diantara mereka bisa benar-benar mengakui hal tersebut.

Sedih. Tentu saja. Namun ia juga tak bisa menyalahkan mereka yang tak mau menaruh harapan pada kelanjutan hubungannya dan Arya.

Karena ia pun sama.

Masih tak berani berharap terlalu banyak akan bagaimana nanti hubungan mereka kedepannya.

* * *

Di rumah lainnya.

Rumah dua lantai yang juga terdengar oleman khas seorang ibu pada anaknya.

'' jalan aja kamu, ya... Gak usah mikir mami dirumah ini butuh bantuan atau apa.

Padahal kamu itu anak satu-satunya ,perempuan lagi.

Cepat atau lambat kamu juga bakal jadi mantu orang. Mau taruh dimana muka mami kalo nanti anaknya dikatain gak bisa apa-apa dirumah '' sang mami tampak kesal melihat anak gadinya itu sudah bersiap pergi dengan mengenakan stelan persis seperti yang Lia juga kenakan.

Sebuah kekompakan yang sudah menjadi kebiasaan .

'' Ah, mami. Kaya kita ini kerjaannya keluyuran mulu, padahal keluar aja jarang.

Lagian kan mami sendiri yang berharap anaknya segera ketemu jodoh.

Ya, ini Yona mau pergi cari pacar.

Tapi malah di kata-katin yang enggak-enggak''

'' ini anak kalo di kasi tau ,ya pasti jawab mulu !

Papi si terlalu manjain dia '' melotot kearah sang suami yang tadi ikut diseret keluar kamar , berharap dapat membantunya memberi pengertian pada anak tunggal mereka.

Tadinya sang suami sudah sangat senang, ketika melihat Yona yang bangun lebih awal dari biasanya.

Ia kira akan ada perubahan menjelang perjodohan yang sudah ia atur untuk minggu depan.

Namun ia harus menelan kekecewaan.

Ia harus menerima kenyataan jika selain enggan berkerja dan membaur dengan dunia luar, anak gadisnya itu tergolong pemalas.

Ia pasrah. Berharap jika nanti jodoh sang anak adalah lelaki yang mau menerima semua kekurangan Yona.

'' pokoknya mami gak mau tau !!

Minggu depan kamu harus pergi ke pertemuan yang sudah mami atur ''

'' tau, ah.. kenapa si ngotot bener nyuruh Yona nikah.

Yona belum mau, mi !!! '' melemparkan tatapan memelas pada sang papi.

Namun sang papi hanya menanggapinya dengan mengangkat salah atau bahu. Seakan menunjukan ia tak mau ikut campur.

Dengan kesal, Yona segera beranjak pergi meninggalkan rumah yang belakangan ini suasananya selalu di penuhi perdebatan soal pernikahan yang ditekankan padanya.

* * *

Yona dan Lia sudah diperjalanan menuju pantai.

Sepanjang perjalanan mereka tampak tak berhenti bicara, membahas prihal omelan yang mereka dapat tadi pagi.

Terkadang nada suara mereka meninggi karena kesal jika mengingat bagaimana tekanan yang terkandung dalam omelan tersebut.

Namun sering kali mereka justru mencandai semua ucapan dari orang tua mereka itu dengan berbagai lelucon.

Dan tak terasa, mereka akhirnya sampai di tempat yang dituju. Sebuah pantai yang letaknya sedikit menepi dari pusat ibu kota.

Bukan tanpa alasan mereka memilih pantai tersebut diantara beberapa pilihan yang ada.

Alasannya karena tak akan banyak pengunjung di sana, apalagi di jam yang masih terbilang pagi.

Jadi mereka dapat bebas menikmati pantai yang memang sudah lama tak mereka lihat.

Gerbang masuk pantai sudah ada di depan mata.

Setelah membayar tiket masuk,selang beberapa ratus meter dari gerbang yang baru mereka lewatin tadi, tampak sebuah mobil terparkir ditepian bawah pohon yang lumayan besar.

Sepasang suami istri terlihat berdiri di depan mobil yang kap depannya di buka lebar.

Keduanya lalu berdiskusi.

Kemudian kompak memutuskan berbalik untuk menghampiri pasangan tadi, yang terlihat sedang butuh pertolongan .

'' maaf, om.. tante. mobilnya kenapa, ya ?'' Lia menyapa pasangan yang mengenakan baju dengan warna senada. Sang pria mengenakan kemeja dengan lengan yang digulung hingga batas sikutnya sedangkan sang wanita mengenakan terusan panjang yang begitu pas ditubuhnya.

Mereka tampaknya adalah pasangan yang sudah berumur sekitar 40 an.Namun jika dilihat dari penampilan dan juga mobil yang mereka kendarai mereka pasti bukan orang biasa.

'' oh, kami gapapa.. '' sang suami terlihat acuh. Hanya melihat sesaat pada Lia dan Yona. Lalu kembali fokus pada mesin mobilnya.

'' mobil kami mogok.. '' sang istri ternyata jauh lebih bersahabat.

Ia tersenyum begitu ramah pada ke dua gadis yang sudah mau menghampirinya.

'' Kalau gitu, mungkin ada yang bisa kami bantu ?'' Lia mencoba menawarkan bantuan.

Meski sebenarnya ia ragu setelah tadi mendapatkan kesan tak mengenakan dari si pria .

'' tidak perlu '' lagi masih dengan acuhnya.

'' em.. gini .Kami sebenarnya sedang dalam perjalanan ke bandara .

Tapi mobil kami tiba-tiba mogok.

Sedangkan di sekitar pantai ini sulit mendapatkan sinyal.

Jika kalian tidak keberatan, bisakah kalian pergi ke bengkel yang ada di tepian jalan sana ? Letaknya tak jauh dari gerbang masuk ''

'' o, iya tante. Kalau cuma itu kita gak masalah kok, '' dengan cepat Yona menghidupkan lagi mesin motornya , berputar dan kembali berbalik ke arah yang dimaksud si wanita tadi.

'' Sudah selalu ku ingatkan untuk tidak merepotkan orang lain. Dan juga jangan mudah percaya sama orang asing '' sang suami melemparkan tatapan tajam sang istri.

Sementara sang istri hanya mampu mengulum kedua bibirnya.

Menahan rasa ingin marah . Padahal niatnya hanyalah agar mereka mendapatkan bantuan.

Namun ia harus mengurung rasa tak terimanya itu, karena hanya akan memicu lagi perdebatan diantara mereka.

Ia tak mau jika nanti terlihat oleh seseorang jika mereka bertengkar.Apalagi mereka sedang berada diluar ruangan.

Selang tak lama kemudian, motor yang di kendari dua gadis gadis tadi pun kembali dengan sebuah mobil derek di belakangnya.

'' trima kasih '' sang pria kembali hanya menatap sesaat pada Yona dan Lia.

Ia berjalan begitu saja meninggalkan kedua gadis itu untuk menghampiri montir dan langsung terlibat pembicaraan .

'' maaf , ya atas sifat suami tante tadi.

Harap dimaklumi orangnya memang sedikit sulit berbaur dengan orang baru.

Dia gak mudah percaya orang asing.

O ,ya trima kasih banyak sudah menolong kami.

Kalau boleh tau, siapa nama kalian ? '' wanita itu masih dengan senyuman yang sama.

Meski keriput sudah banyak menghiasi beberapa bagian wajahnya, namun ia tetap saja terlihat mempesona.

Jelas polesan materilah yang berperan besar dalam menjaga dan merawat hal tersebut.

'' saya Yona, tante dan ini teman saya Lia '' masih berada diatas motor namun dengan mesin yang di matikan.

'' kalian mau kepantai ?''

Keduanya mengangguk sambil tersenyum mengiyakan.

'' pagi-pagi gini ?''

Lia dan yona kembali mengangguk di iringi tawa kecil.

'' iya, tan. soalnya teman saya ini kerja dan kebetulan hati ini shift siang. Jadi cuma punya waktu pagi aja.

Lagian kalo pagi kan gak begitu ramai orang. Jadi bisa lebih menikmati lautnya gitu, deh hehe ''

'' oh, iya . Benar juga, sih.

Tapi hati-hati lo ya. Gadis cantik kaya kalian harus bisa jaga diri. ''

''iya, makasi tan uda di ingetin.

kalau gitu ,kita permisi dulu ya tan ''

'' em.. boleh minta no hpnya gak ? Siapa tau kalau tante ada waktu kita bisa ketemuan.

Tante mau traktir kalian makan sebagai ucapan terima kasih untuk hari ini''

Lia dan Yona saling melemparkan tatapan.

Meski sedikit ragu, akhirnya diputuskan jika yang diberikan adalah no handphone Yona.

Setelah itu keduanya pun melanjutkan sisa perjalanan menuju pantai.

* * *

Yona dan Lia sudah berada di bibir pantai.

Dengan motor yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berada.

Setelah sebelumnya mereka lebih dulu untuk berganti pakaian .

Dengan hanya mengenakan hotpants jeans yang super pendek dan kaos singlet yang begitu pas membungkus tubuh mereka, keduanya terlihat mulai berjalan di pesisir pantai.

Benar-benar menyenangkan. Untuk sesaat mereka dapat melupakan beberapa hal yang belakangan ini sering menekan keseharian hidup mereka.

Setelah puas berjalan dari ujung ke ujung , keduanya lalu memutuskan untuk duduk di salah satu batang pohon tumbang, yang ada di tepi pesisir pantai.

'' suami istri tadi pasti orang kaya '' Yona memulai pembicaraan.

'' kayanya sih, gitu . Tapi kok bisa ya, sifat mereka saling bertolak belakang '' Lia mengingat akan hal yang sama.

'' namanya juga jodoh ''

'' jodoh, ya ?

Menurutmu, kira-kira uda berapa lama mereka nikah ? Apa selama itu pula mereka harus bisa menghadapi sifat yang berbeda satu sama lain ? ''

'' kenapa kok tiba-tiba bahas soal nikah ? Jangan bilang ini ada hubungannya ama kak Arya ''

'' hubungan apanya ? Hubungan kita selama ini aja gak pernah jelas kaya apa ''

'' tapi kayanya kamu kepikiran dia , ya ?''

Lia mengangguk samar.

'' aku sendiri gak tau pasti kenapa dia selalu muncul di kepalaku.

Padahal kalau bisa milih aku juga gak mau mikirin dia ''

'' segitu cintanya ,ya kamu sama kak Arya ?''

'' cinta ? Aku juga gak tau pasti, apa benar ini cinta atau apa ''

Yona menatap dalam pada gadis yang duduk di sisi kirinya itu.

Lia tengah menatap lurus kedepan. Dimana sejauh mata memandang hanya ada hamparan air asin dengan gulungan ombak kecil.

Hari semakin siang, panas matahari mulai terasa kian menyengat. Padahal hari baru menujukan pukul 11.

Tak terasa,ternyata sudah tiga jam mereka di sana. Dan kini saatnya untuk mereka pulang.

* * *

Ditempat lain, seseorang tampak sedang sangat gelisah.

Sejak tadi Ia tak berhenti mondar-mandir.

Melangkah dari satu sudut kesudut lain di kamar tidurnya .

Sedangkan pandangannya tak sedetikpun lepas dari layar handphone yang ada di genggamannya.

Kedua matanya memancarkan sorot mata penuh marah saat kembali menatap layarnya.

Sebuah gambar yang baru saja muncul di dinding instagram milik Yona.

Padah baru beberapa saat tadi ia masih asik selonjoran diatas tempat tidurnya.

Menikmati waktu liburnya dengan membuka beberapa aplikasi sosmed.

Suasana hati yang tadinya tenang, berubah gusar seketika . Yona baru saja mengupload fotonya bersama Lia yang tengah berada di pantai.

Ia tak perduli pada Yona. Ia hanya berfokus pada Lia .

Ada satu foto yang begitu membuatnya tak terima.

Pose dimana gadis itu difoto dari belakang, dengan sedikit menyampingkan tubuhnya dan melirik kearah kamera.

Pendeknya celana yang ia kenakan membuat kakinya terekspos hingga pada pangkal pahanya.

Belum lagi kaos yang begitu pas di lekuk tubuhnya , yang begitu menonjolkan bagian bokong dan juga dadanya .

Arya marah .

Ada rasa tak rela . Tubuh yang selama ini bahkan ia sendiri belum pernah melihatnya , justru kini harus dilihat banyak mata yang ada di dunia maya.

Tanpa pikir panjang ia segera menghubungi Lia.

Namun beberapa kali ia coba selalu saja jawaban tengah berada diluar jangkauan yang ia dengar.

Hal yang sama saat ia mencoba beralih dengan menelpon Yona.

Entak kemana mereka. Apa yang sedang mereka lakukan. Arya benar-benar kesal.

Terpopuler

Comments

Catur Priyati

Catur Priyati

makin lama cerita melebar ...GK jelas..dan hanya berkutat hal itu2 saja....kasih konflik...biar ada gregetnya dong...

2021-04-23

3

lihat semua
Episodes
1 Putih Abu-Abu
2 Pacar
3 Weekend
4 Beban
5 Bohong
6 LDR
7 Tunggu aku
8 Tak ada yang mendukung
9 Siapa dia ?
10 Menahan
11 Maaf
12 Aku lelah denganmu
13 Jawaban tak pasti
14 Panggilan sayang
15 Jangan lakukan apapun
16 Pantai
17 Tentang Karin, Bram dan Alex
18 Kamu
19 Pesta
20 Suasana pesta
21 Berpisah
22 Dengan mu
23 Apartemen
24 Gosip
25 Pertunjukan menarik
26 Break
27 Hei,
28 Firasat baruk
29 Sama aku
30 Melindunginya
31 Tanpa mereka sadari
32 Putus
33 Rasa tak rela
34 Terpancing
35 Tak akan menyesal
36 Kabar mengejutkan
37 Ku terima tawaranmu
38 Ketika sudah menjadi mantan
39 Sesuai harapan
40 Arti hari ini
41 Egois
42 Luluh
43 Kau akan pergi ?
44 Jangan mereka
45 Obat frustasi yang ampuh
46 Pendiriannya yang keras
47 Gak berjodoh
48 Senyum yang sempurna
49 Misi lama cara baru
50 Sulitnya moveon
51 Urusan yang harus diselesaikan
52 Sejauh mana perjuangan kalian
53 Inginkan akhir yang sama
54 Tujuan tertentu
55 Pertunangan
56 Setelah ini kita menikah
57 Tetap di posisinya
58 Gelisah
59 Gelisah part 2
60 Jalan buntu
61 Gimana Rasanya
62 Pernikahan
63 Pernikahan part 2
64 Bulan Madu
65 Gak boleh
66 Dia pergi
67 Sirna seketika
68 Sirna seketika
69 Mau apa mereka
70 Bukan dia
71 Surprise
72 Hari bahagia
73 Lia kesal
74 Garis dua
75 Penasaran
76 Siap mendengarkan
77 Kerjain aku
78 Kamu hamil
79 Kamu dimana
80 Menunda
81 Jangan khawatirkan mereka
82 Laki-laki atau perempuan
83 Teriakan Lia
84 Tak ada salahnya
85 Marahnya
86 Menghela nafas
87 Sangat mencintainya
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Putih Abu-Abu
2
Pacar
3
Weekend
4
Beban
5
Bohong
6
LDR
7
Tunggu aku
8
Tak ada yang mendukung
9
Siapa dia ?
10
Menahan
11
Maaf
12
Aku lelah denganmu
13
Jawaban tak pasti
14
Panggilan sayang
15
Jangan lakukan apapun
16
Pantai
17
Tentang Karin, Bram dan Alex
18
Kamu
19
Pesta
20
Suasana pesta
21
Berpisah
22
Dengan mu
23
Apartemen
24
Gosip
25
Pertunjukan menarik
26
Break
27
Hei,
28
Firasat baruk
29
Sama aku
30
Melindunginya
31
Tanpa mereka sadari
32
Putus
33
Rasa tak rela
34
Terpancing
35
Tak akan menyesal
36
Kabar mengejutkan
37
Ku terima tawaranmu
38
Ketika sudah menjadi mantan
39
Sesuai harapan
40
Arti hari ini
41
Egois
42
Luluh
43
Kau akan pergi ?
44
Jangan mereka
45
Obat frustasi yang ampuh
46
Pendiriannya yang keras
47
Gak berjodoh
48
Senyum yang sempurna
49
Misi lama cara baru
50
Sulitnya moveon
51
Urusan yang harus diselesaikan
52
Sejauh mana perjuangan kalian
53
Inginkan akhir yang sama
54
Tujuan tertentu
55
Pertunangan
56
Setelah ini kita menikah
57
Tetap di posisinya
58
Gelisah
59
Gelisah part 2
60
Jalan buntu
61
Gimana Rasanya
62
Pernikahan
63
Pernikahan part 2
64
Bulan Madu
65
Gak boleh
66
Dia pergi
67
Sirna seketika
68
Sirna seketika
69
Mau apa mereka
70
Bukan dia
71
Surprise
72
Hari bahagia
73
Lia kesal
74
Garis dua
75
Penasaran
76
Siap mendengarkan
77
Kerjain aku
78
Kamu hamil
79
Kamu dimana
80
Menunda
81
Jangan khawatirkan mereka
82
Laki-laki atau perempuan
83
Teriakan Lia
84
Tak ada salahnya
85
Marahnya
86
Menghela nafas
87
Sangat mencintainya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!