Aku lelah denganmu

🌺hem.. 🌺

* * *

Lia terdiam menatap pantulan dirinya dicermin yang hanya seukuran wajahnya saja.

Sebulan berlalu.

Seperti yang sudah di katakan oleh Arya padanya.

Jika mereka bertemu di lingkungan kerja, maka mereka harus bersikap seperti tak mengenal satu sama lain.

Dan perlahan hal itu justru membuat hubungan mereka terasa semakin jauh .

Jika Arya tengah disibukan dengan segudang aktifitas barunya sebagai manager disalah satu bagian di hotel, maka berbeda dengan Lia yang hanya bisa berdiam diri dan menunggu .

Ia tak ingin mengganggu apa yang sedang menjadi ambisi Arya saat ini, yaitu posisi GM yang akan diumumkan dua bulan lagi.

Jika Arya tak menghubunginya maka, Lia pun menganggap hal itu bagian dari kesibukan Arya .

Dan seperti biasa ia hanya akan menunggu Arya yang terlebih dahulu untuk menghubunginya.

Rasanya sama seperti saat mereka menjalani LDR ketika Arya di Inggris.

Tanpa pernah ia sadar sama sekali, jika sebenarnya saat ini Arya sangat membutuhkan sebuah dukungan. Dukungan dari seseorang yang paling ia nantikan.

Ia selalu berharap .

Untuk sekali saja, Lia akan menghubunginya terlebih dahulu lalu mengatakan sebuah kalimat untuk menyemangatinya.

Karena selain hubungannya dan Lia , pekerjaan yang saat ini tengah ia jalani pun ternyata tak juga mendapat satupun dukungan dari keluarganya.

* * *

'' kakak serius mau ngejar posisi GM dihotel ?'' tanya Cika di sela makan malam keluarga yang tanpa dihadiri sang papa.

Itu karena kesibukan pak Handoko yang menuntutnya harus bolak-balik keluar kota , untuk mengurus beberapa bisnis batu baranya yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia.

Arya mengangguk dengan mulut yang begitu lahap menyantap masakan sang mama.

'' kakak makannya kok lahap bangett.. Kaya gak pernah makan seminggu aja '' Dina yang tampak begitu memperhatikan kakak laki-laki satu-satunya itu.

Memang sejak kedatangannya dari Inggris, Arya hampir tak pernah makan diluar. Itu karena ia merindukan dan memang sangat menyukai masakan sang mama.

'' makanya kenapa kakak gak betah disana, karna kakak gak bisa lama-lama gak ngerasain masakan mama.. '' Arya melemparkan senyuman pada sang mama yang ternyata sedang memperhatikan .

'' bukanya karna gak betah sama perempuan itu '' Ucapan Bu Alin yang seketika membuat suasana berubah.

Arya meletakkan sendok dan garpu di piringnya yang memang sudah kosong . Ia sudah selesai dengan makannya.

Wajah sumringah tadi berubah dingin. Arya lalu mendorong kursi yang ia duduk tadi dan berdiri.

'' mau sampai kapan kamu berhubungan dengan dia ?

Kamu kira mama gak tau ? Kalau kamu ngelamar dihotel itu karena dia juga kerja disana, kan ?''

Suara bu Alin meninggi.

Arya masih tak bergeming.

Ia lalu memutar tubuhnya dan bersiap meninggalkan ruang makan .

'' percuma saja kamu mengenyam pendidikan dengan segudang prestasi di Inggris.

Bahkan pekerjaan bagus disanapun kamu tinggalkan.

Mama gak habis pikir , apa yang sebabnya ada di kepalamu!

Dengan pendidikan dan juga pengalaman kerjamu, seharusnya kamu bisa melamar di perusahaan yang jauh lebih menjanjikan masa depan yang lebih baik .

Tapi kamu justru pergi ke tempat dimana perempuan itu berada.

Mau sampai kapan kamu sama dia , Arya ?''

Arya menghela nafas berat.

'' asal kamu tau, Arya.Kalau mama dan papa tidak akan pernah bisa terima dia dikeluarga kita !!! '' bu Alin berdiri dari duduknya.

'' Arya bahkan belum bilang apapun tentang rencana masa depan Arya .

Tapi lagi-lagi, mama dan papa seakan lebih tau mengenai hal itu daripada Arya yang akan ngenjalaninnya.

Dan rasanya percuma mau berapa kalipun Arya meyakinkan.

Kalau Arya gak akan ngecewain mama dan papa tapi itu sepertinya gak pernah cukup bagi kalian ''

'' gimana kami bisa percaya dengan semua ucapanmu itu, Ar ?Kamu sudah tau kalau sejak dulu kami gak suka perempuan itu.

Tapi kamu masih saja terus berhubungan dengannya ''

'' maaaa'' Cika sedikit memelas .Mencoba membujuk agar sang mama mau meredam amarahnya karena mereka sedang berada ruang makan.

'' terserah kamu, Arya !

Tapi jangan salahkan mama kalau sampai harus bertindak untuk membantumu mengakhiri hubunganmu dengannya ''

'' tolong jangan lagi ancam Arya, ma ''

Arya pun mengambil langkah cepat dan berlalu sari ruang makan.

Ini bukan kali pertama sejak ia memutuskan pulang dari Inggris.

Susah beberapa kali kedua orang tuanya memperingati atau bahkan menekannya agar putus dari Lia.

Hal yang selama ini juga masih ia bingung sendiri.

Sebenarnya apa yang membuatnya juga begitu sulit melepas gadisnya itu.

Benarkah ini cinta. Jika iya, bagaimana ia seharusnya memperjuangkannya ? Batin Arya yang selalu berkecamuk pada hal yang sama.

Arya bergegas menaiki anak tangga rumahnya, menuju lantai tiga dimana kamarnya berada.

Begitu sampai ia pun seger masuk kedalam kamarnya dan berjalan kearah ranjang untuk meraih handphone yang tergeletak diatasnya.

Kosong. Tak ada pesan apalagi panggil dari seseorang yang sangat ia harapkan.

Pukul 20.45 malam, jam yang tertera disana.

Beralih dari layar handphonenya, Arya kemudian berbalik. Ia kini terlihat sedang mengenakan jaket. Kemudian meraih kunci motornya ,bersiap untuk pergi.

* * *

'' Lia '' Rena menyenggol bahu Lia yang sejak tadi berdiri, melihat ke depan dengan tatapan kosong.

Lia tersadar dari lamuannya yang entah sudah berapa lama.

Ia masih mengenakan pakaian seragam kerjanya, sementara teman satu shif nya itu tampak sudah berganti dengan pakaian formal.

'' siapa yang jemput ?'' tanya Rena berdiri dipintu loker Lia yang terbuka sambil memperhatikan bagaimana gadis itu mulai membuka pakainya .

'' body bagus gini sayang banget di tutupin mulu.. Pantas aja, kamu masih jomblo '' Rena menatap penuh kagum saat Lia mulai menanggalkan satu persatu pakaian dari tubuhnya.

Lalu dengan cepat ia balut dengan sweater putih dan jeans hitam.

Lia tersenyum, menganggap itu adalah sebuah pujian yang juga sering Yona lontarkan padanya

Keduanya lalu meninggalkan ruang ganti.

Dan berjalan bersama menuju pintu keluar khusus karyawan yang ada di bagian belakang bangunan hotel.

Rena dan Lia kini sudah berdiri tak jauh dari gerbang masuk hotel untuk menunggu jemputan datang.

'' halo, sayang ?'' Rena berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon selulernya.

Lia melihat kearah wanita yang sepantaran dengannya itu. Wanita yang berstatus menikah dan sudah memiliki anak berusia 5 tahun.

Rena melihat kearahnya saat sambungan telepon baru saja ia akhiri.

'' lucu, ya ? '' Rena menunjukan wajah yang menjadi wallpaper di handphonenya.

Seorang gadis kecil tersenyum lebar hingga memperlihatkan dua gigi depannya yang hilang.

Lia tersenyum. Setelah melihat foto tersebut ia lalu menatap Rena. Membandingkan wajah gadis kecil itu dengan ibunya.

''kenapa ? gak mirip ?'' Rena yang sadar akan maksud tatapan Lia itu seketika menjadi cemberut.

Rena memasukan handphone tadi kedalam saku depan celana kulotnya.

Lia tertawa kecil sambil menggeleng kepalanya perlahan.

'' Ren '' Lia menghentikan tawanya.

Wanita yang dipanggil namanya tadi langsung melihat padanya.

'' gimana rasanya menikah muda ? '' Lia yang selama ini sudah menahan diri untuk menanyakan hal tersebut, akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

Rena tersenyum kecut.

Ada rasa tersinggung dalam dirinya, namun karena sudah sering mendapat pertanyaan yang demikian ia pun mulai terbiasa.

'' hemmmm.... '' Rena bergumam. Dengan kedua bola mata yang berlari kesana kemari seakan mencari jawaban yang dapat memuaskan , sekaligus mencoba agar ia nanti tak tersudutkan.

'' maaf, Ren. Aku gak bermaksud menyinggung perasaanmu.

Jadi gak usah dijawab kalo kamu mereka gak nyaman '' Lia dengan raut wajah menyesal.

Rena, wanita berambut panjang sebahu itu menikah di usia 18 tahun.

Tepat sebulan setelah kelulusan mereka.

Marriage by accident. Begitulah istilahnya yang banyak digunakan untuk menggambarkan penyebab ia menikah diusia yang begitu belia.

Ternyata saat menjelang kelulusan Rena memang susah berbadan dua.

Dan ketika ia menikah usia kandungnya bahkan sudah menginjak 4 bulan.

Sejak duduk di bangku SMA kelas dua, Rena memang sudah memiliki kekasih.

Pacarnya saat itu adalah seorang mahasiswa semester 4.

Jadi ketika menikah, status pendidikannya belumlah selesai .

Setelah menikah lelaki yang kini menjadi suaminya terpaksa putus kuliah. Itu agar ia dapat mencari nafkah bagi keluarga kecilnya dengan berkerja.

Mereka menjalani kehidupan yang sulit diawal pernikahan. Bahkan pernah hampir bercerai.

Itu karena Rena yang masih belum siap harus menjadi seorang istri sekaligus ibu di usia yang sangat muda.

Pertengkaran sering mewarnai kehidupan rumah tangga mereka. Dari soal anak, pekerjaan suaminya yang saat itu masih serabutan hingga masalah ekonomi yang selalu menjadi faktor utama pertengkaran diantar mereka sering terjadi.

Beruntung mereka memiliki orang tua yang selalu ada .

Meski berasal dari keluarga sederhana yang tak bisa banyak membantu dari segi materi . Namun dengan dukungan dan perhatian yang tak putus, mereka mencoba memahami kondisi rumah tangga tersebut hingga dapat bertahan sampai sekarang.

Perlahan dengan berjalannya waktu dan dengan bertambahnya usia , hal itu telah mematangkan pola pikir pasang suami istri tersebut.

Sabar. Itulah yang selalu menjadi acuan mereka ketika mereka dihadapkan pada setiap masalah dalam rumah tangga mereka.

Dan memasuki usia pernikahan ke 3 tahun , mereka pun sudah jarang lagi terlibat percekcokan.

Setiap kali mereka diambang batas kesabaran, maka wajah sang anaklah yang selalu hadir untuk menyelamatkan pernikahan mereka .

Kini mereka sudah memiliki kehidupan yang stabil.

Meski masih jauh dari kata cukup.

Rena dan keluarga kecilnya tinggal dikontrakan sederhana yang letaknya tak jauh dari tempat Rena berkerja.

Demi kehidupan yang lebih baik, maka ia dan suaminya itupun harus dapat saling berkerja sama dalam membagi tugas rumah tangga.

Suaminya bekerja sebagai security yang bertugas menjaga keamanan disalah satu komplek perumahan mewah. Sedangkan Rena, ia berkerja di hotel yang sama dengan Lia.

Rena dulu sempat mengenyam pendidikan di bangku kuliah meski hanya mendapat gelar d1.

Mereka pun menjadi pasang suami istri yang dapat saling menghargai dalam berbagi tugas menjaga dan merawat anak semata wayang mereka.

Semua itupun dipermudah dengan jadwal shift sang suami yang bisa diatur sesuai dengan shift Rena yang memang sudah terjadwal dan tak bisa diubah.

Rena pun mengakhiri cerita singkatnya tentang apa yang sudah ia lewati selama 6 tahun ini.

* * *

'' gak papa, kok.. aku uda sering dengar hal kaya gitu.

Memang awalnya aku malu ,tiap kali ada orang yang nanya kenapa aku nikah cepat padahal masih muda.

Dulu aku suka kepikiran .Terus akhirnya aku sadar kalau aku gak bisa larut terlalu dalam pada rasa malu .

Jadi aku mutusin buat mikir gini, pertama.

Bukan aku sendiri yang bernasib sama kaya gini. Ya meski aku tau itu salah.

Tapi aku dan suami uda komitmen buat bertanggung jawab atas semua kesalahan yang uda kita berdua perbuat.

Kedua, kami uda janji untuk saling menguatkan satu sama lain. Terutama untuk anak.

Yang salah itukan perbuatan kami, jadi jangan sampai anak kena imbasnya. Misalnya ni ya kaya perceraian. Pokonya apapun kondisinya jangan sampai hal itu terjadi.

Ketiga itu keluarga yang uda luar biasa menerima kami, bahkan setelah kami mempermalukan nama keluarga .

Baik keluargaku maupun keluarga suamiku , mereka itu uda berbesar hati banget mau menanggung itu dengan memaafkan dan menerima kami.

Jadi, aku sekarang mikirnya ya uda. Dulu waktu awal-awal mereka tau aku hamil diluar nikah, banyak teman, tetangga, keluarga pokonya semua orang terdekat pada ngomongin.

Disitu dalam keadaan hamil besar aku sempet down .

Tapi kedua orang tua, terus mertua juga selalu ingatin untuk lebih memikirkan masa depan saja. Jangan selalu terpaku pada kesalahan di masa lalu.

Jadi aku harus berusaha kasi bukti ke mereka. Dan pada akhirnya terlepas dari apapun yang pernah mereka katakan ke aku , sekarang mereka bisa lihat sendiri kalo hidupku baik-baik aja.

Aku uda gak peduli tentang apa yang sudah terjadi kemaren.

Karena sekarang aku merasakan uda cukup bahagia dan bisa menikmati kehidupan rumah tanggaku ''

Lia tersenyum, ada rasa bangga mendengar pegakuan Rena yang pasti tak lah mudah baginya untuk menceritakan aibnya sendiri.

'' aku cerita ini ke kamu biar bisa kamu jadikan pelajaran '' sambung Ree lagi.

Lia mengangguk, ia tak tau harus mengatakan apa untuk menanggapi kalimat Ree yang terakhir.

'' orang tua dulu selalu bilang, kalau menikah itu sebaiknya, yang pertama diperhatikan itu :

Satu ,seiman.

Dua , jangan suami orang.

Ketiga, jangan sampai ada keberatan dari keluarga kedua belah pihak.

Karena kalo urusan itu materi ,relatif.

Dan kalo tampang itu ya bonus '' Rena tertawa kecil.

'' Tapi ya, bukan berati kamu harus matokin ketiga hal tadi jadi pemilih sama jodohmu nanti.

Ini cuma sekedar saran , karena cepat atau lambat suatu hari nanti kamu juga bakal nikah.

Karena menikah repot dan dilemanya bukan saat kita akan mempersiapkannya. Tapi setelahnya.

Soal pernikahan si gampang. Ngurus surat menyurat, catering , salon atau apapun itu persiapannya, gak akan ada apa-apanya setelah kita menjalani yang namanya rumah tangga ''

Ree terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapanya. Seperti tengah memberi wejangan pada Lia.

' tit' suara klakson yang cukup nyaring itu berhasil membuat keduanya terkejut.

'' eh, ayank bebeb uda datang'' Rena tersenyum penuh bahagia pada pria si pembunyi klakson tadi, dengan seorang anak kecil duduk didepan motor matic berwarna hitam.

'' duluan, ya.. '' pamit Rena yang sudah naik ke bonceng motor tersebut.

Tak lama kemudian keluarga kecil itupun berlalu .

Lia menatap layar handphonenya. Pukul 21.10 malam.

Dan Mina belum juga terlihat datang menjemputnya.

Lia memutuskan untuk berjalan di trotoar yang membentang panjang hingga pada persimpangan lampu merah sana.

Dengan kepala tertunduk, Lia berjalan dengan pandangan melihat pada kedua ujung sneakers birunya.

Masih bagus dan hampir tak terlihat ada kerusakan pada sepatu pemberian Arya beberapa tahun yang lalu .

Mungkin karena barang mahal, atau mungkin juga karena jarang ia pakai.

Tak terasa ia sampai di perempatan lampu merah yang jaraknya hanya 200 meter dari tempatnya menunggu tadi.

Lia membelokan langkah untuk menyebrang jalan.

Ia tengah menuju pada sebuah rumah makan ' mi aceh ' yang ada disebrang jalan.

Rasanya sudah lama ia tak ke sana.

Lia memang pecinta mi. Hampir semua jenis mi ia sukai, termaksud mi yang berasal dari provinsi paling barat Indonesia itu, mi Aceh.

Lia pun teringat, jika pertama kali ia datang ke rumah makan tersebut adalah saat ia diterima berkerja dihotel. Dan Ian lah yang saat itu mentraktirnya sebagai ucapan selamat padanya.

Lia tertegun. Baru ia sadari jika ia sempat dekat dengan pria yang berprofesi sebagai polisi itu.

* * *

Lia kini sudah mendudukkan diri salah satu kursi paling pojok rumah makan tersebut.

Dihadapannya pun susah ada sepiring mi goreng khas Aceh yang tampak begitu menggugah selera, dan juga sebotol air mineral sebagai minumannya.

Lia tampak begitu menikmati makan malamnya .

Tak ia pikirkan malam yang semakin larut, dan masih belum ada kabar dari Mina.

Memang semenjak Arya berkerja ditempat yang sama dengannya, pria itu tak pernah lagi mengantar atau menjemputnya berkerja.

Lia yang pasrah akan keadaannya pun hanya bisa menerima akan seperti apa hubungannya nanti dan Arya .

Dia benar-benar sudah pasrah jika memang suatu hari nanti hubungannya harus berakhir.

' ting' sebuah notif pesan baru saja masuk.

Mina : '' kak maaf baru ngabarin. Tadi kak Arya telpon aku, ngabarin kalo dia aja katanya yang jemput kakak ''

Lia hanya membaca dan tak membalas pesan tersebut.

Dan baru saja ia akan meletakan kembali handphone itu diatas meja, tiba-tiba saja nada dering yang menandakan adanya panggilan masuk membuatnya harus kembali mengangkat benda pipih itu.

' Arya' nama kontak yang tertera di layarnya.

'' Hai '' suara sapaan bersamaan denganya yang baru saja mengucapkan kata '' halo'' menyambut panggilan telepon.

Dengan handphone yang menempel ditelinga kanannya, Lia menatap pada pria yang berdiri di depanya.

Pria yang barusan telah menyapanya.

'' Lia '' suara sebrang sana yang tak begitu Lia hiraukan.

Lia terpaku menatap wajah pria yang tengah tersenyum sumringah padanya.

Senyum yang selalu terlihat ramah .

Seketika ucapan Rena terlintas dibenaknya.

" ketiga. jangan sampai ada keberatan dari keluarga kedua belah pihak "

" sendirian ? " tanya Ian si penyapa tadi.

Tanpa basa basi, pria itu langsung menarik kursi yang ada dihadapan Lia, untuk kemudian ia duduki.

" Lia, kamu dimana ? sama siapa ? " suara ditelpon yang samar-samar masih dapat terdengar.

Tangan yang menekan handphone ke telinganya tadi, kini perlahan merosot kebawah. Hingga akhirnya ia kembalikan keposisi semula, namun dengan posisi layarnya ia balik menghadap meja.

Lia kini menatap lekat pada Ian .

Bukan hanya ucapan Rena saja yang kini memenuhi isi kepalanya. Namun ucapan dari kedua orang tua Arya yang dengan jelas menunjukan ke tidak sukaan padanya dulu, kembali muncul dikepalanya .

" rasanya aku udah lelah denganmu.

Karena sampai saat ini pun, aku masih belum mendapat kepastian apapun darimu.

Lagi pun, sepertinya hubungan kita tak akan pernah berhasil.

Jadi mungkin tak apa kalau aku berbuat curang dibelakangmu "

Terpopuler

Comments

Yenny Fransisca

Yenny Fransisca

duhh..aku hrs pro ian apa pro arya ya... ihh pusing .. aku pro suami ku & author aj lah.. aman😝🤣🤣🤣

2021-04-18

2

lihat semua
Episodes
1 Putih Abu-Abu
2 Pacar
3 Weekend
4 Beban
5 Bohong
6 LDR
7 Tunggu aku
8 Tak ada yang mendukung
9 Siapa dia ?
10 Menahan
11 Maaf
12 Aku lelah denganmu
13 Jawaban tak pasti
14 Panggilan sayang
15 Jangan lakukan apapun
16 Pantai
17 Tentang Karin, Bram dan Alex
18 Kamu
19 Pesta
20 Suasana pesta
21 Berpisah
22 Dengan mu
23 Apartemen
24 Gosip
25 Pertunjukan menarik
26 Break
27 Hei,
28 Firasat baruk
29 Sama aku
30 Melindunginya
31 Tanpa mereka sadari
32 Putus
33 Rasa tak rela
34 Terpancing
35 Tak akan menyesal
36 Kabar mengejutkan
37 Ku terima tawaranmu
38 Ketika sudah menjadi mantan
39 Sesuai harapan
40 Arti hari ini
41 Egois
42 Luluh
43 Kau akan pergi ?
44 Jangan mereka
45 Obat frustasi yang ampuh
46 Pendiriannya yang keras
47 Gak berjodoh
48 Senyum yang sempurna
49 Misi lama cara baru
50 Sulitnya moveon
51 Urusan yang harus diselesaikan
52 Sejauh mana perjuangan kalian
53 Inginkan akhir yang sama
54 Tujuan tertentu
55 Pertunangan
56 Setelah ini kita menikah
57 Tetap di posisinya
58 Gelisah
59 Gelisah part 2
60 Jalan buntu
61 Gimana Rasanya
62 Pernikahan
63 Pernikahan part 2
64 Bulan Madu
65 Gak boleh
66 Dia pergi
67 Sirna seketika
68 Sirna seketika
69 Mau apa mereka
70 Bukan dia
71 Surprise
72 Hari bahagia
73 Lia kesal
74 Garis dua
75 Penasaran
76 Siap mendengarkan
77 Kerjain aku
78 Kamu hamil
79 Kamu dimana
80 Menunda
81 Jangan khawatirkan mereka
82 Laki-laki atau perempuan
83 Teriakan Lia
84 Tak ada salahnya
85 Marahnya
86 Menghela nafas
87 Sangat mencintainya
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Putih Abu-Abu
2
Pacar
3
Weekend
4
Beban
5
Bohong
6
LDR
7
Tunggu aku
8
Tak ada yang mendukung
9
Siapa dia ?
10
Menahan
11
Maaf
12
Aku lelah denganmu
13
Jawaban tak pasti
14
Panggilan sayang
15
Jangan lakukan apapun
16
Pantai
17
Tentang Karin, Bram dan Alex
18
Kamu
19
Pesta
20
Suasana pesta
21
Berpisah
22
Dengan mu
23
Apartemen
24
Gosip
25
Pertunjukan menarik
26
Break
27
Hei,
28
Firasat baruk
29
Sama aku
30
Melindunginya
31
Tanpa mereka sadari
32
Putus
33
Rasa tak rela
34
Terpancing
35
Tak akan menyesal
36
Kabar mengejutkan
37
Ku terima tawaranmu
38
Ketika sudah menjadi mantan
39
Sesuai harapan
40
Arti hari ini
41
Egois
42
Luluh
43
Kau akan pergi ?
44
Jangan mereka
45
Obat frustasi yang ampuh
46
Pendiriannya yang keras
47
Gak berjodoh
48
Senyum yang sempurna
49
Misi lama cara baru
50
Sulitnya moveon
51
Urusan yang harus diselesaikan
52
Sejauh mana perjuangan kalian
53
Inginkan akhir yang sama
54
Tujuan tertentu
55
Pertunangan
56
Setelah ini kita menikah
57
Tetap di posisinya
58
Gelisah
59
Gelisah part 2
60
Jalan buntu
61
Gimana Rasanya
62
Pernikahan
63
Pernikahan part 2
64
Bulan Madu
65
Gak boleh
66
Dia pergi
67
Sirna seketika
68
Sirna seketika
69
Mau apa mereka
70
Bukan dia
71
Surprise
72
Hari bahagia
73
Lia kesal
74
Garis dua
75
Penasaran
76
Siap mendengarkan
77
Kerjain aku
78
Kamu hamil
79
Kamu dimana
80
Menunda
81
Jangan khawatirkan mereka
82
Laki-laki atau perempuan
83
Teriakan Lia
84
Tak ada salahnya
85
Marahnya
86
Menghela nafas
87
Sangat mencintainya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!