Weekend

🌺hem.. 🌺

* * *

" hem.. kita lihat maunya dia sampai di mana.

Toh tinggal tiga bulan lagi habis tu kelar, deh .

Gak akan ketemu dia lagi " batin Lia yang senantiasa menyemangati diri sebelum berangkat ke sekolah.

Tak lupa ia juga selalu menampar pipinya agar jangan sampai berpikir bahwa Arya memliki rasa selain hanya sekedar iseng padanya saja.

Selama kakak kelasnya itu tak berbuat senonoh, ia akan mencoba untuk meladeni sikap Arya yang semakin hari semakin tak terduga.

Hari silih berganti namun rutinitas Lia dan Yona masih sama seperti biasa, mengayuh sepeda bersama ke sekolah, dan berlanjut pada aktifitas belajar .

Selebihnya tentu saja menghabiskan jam istirahat mereka dengan berada dikantin bu Ratih.

Untuk hal yang satu itu ,perlahan Lia mulai menyadari satu persatu hal baru yang membuatnya merasa semakin dekat dengan Arya.

Mereka kini sudah saling bertukar pin BBM dan sering berbalas pesan singkat hanya untuk menanyakan sedang apa. Itu agar Arya tak lagi sampai kehilangan kabar seperti waktu itu.

Saat dimana Arya menunggu hingga menyusul Lia yang tak kunjung keluar dari gerbang sekolah karena masalah tamu bulanan .

Tak jarang Arya juga meminta Lia untuk menyerahkan dan melihat isi dari BB milik Lia .

Arya bahkan juga meminta serta pin dan no ponsel Yona. Untuk berjaga-jaga jika ia tak bisa menghubungi Lia maka ia akan mudah bertanya pada Yona.

* * *

Lia seketika merasa merinding.

Arya baru saja meletakan jari telunjuk pada kulit tangannya yang dipenuhi dengan rambut halus.

Arya bahkan menyeret telunjuknya dari ujung jari sampai ke siku Lia.

" kak " Lia yang jelas terlihat tak nyaman itu lalu menarik tanganya.

Namun segara ditahan oleh Arya ,dengan langsung meraih jemarinya untuk kemudian Arya genggam .

Lia sudah mulai terbiasa akan hal itu.

Sudah dua bulan ini mereka lewati dengan saling merasakan telapak tangan satu sama lain.

" banyak sekali bulu ditanganmu... Apa kakimu juga sama ? " tanya Arya membuat Lia malu dan langsung memalingkan wajahnya kearah lain.

Arya terkekeh kecil. Menggoda Lia adalah hal baru baginya.

Ia memang tertarik dan dengan sadar mengakui jika ia menyukai gadis itu.Namun pengakuan itu hanya sebatas ia katakan dalam hatinya saja.

Entah itu dianggap cinta pertama, cinta remaja , atau cinta monyet sekalipun ia tak perduli.

Termaksud apa yang selalu mereka bicarakan tentangnya dan Lia disekolah.

Arya melepas genggaman tanganya, ia merogoh saku depannya dan mengeluarkan BlackBerry Bold 9900 ,yang merupakan salah satu ponsel paling tren disaat itu.

Ia lalu membuka alat komunikasi jarak jauh itu dan menunjukan layar berisi pesan teks pada Lia.

" pegang. Trus baca " Arya menyodorkan handphonenya pada Lia.

Seperti biasa Lia hanya bisa menuruti semua yang diperintahkan Arya padanya.

Ia sempat ragu. Ia takut jika tanganya sampai menjatuhkan benda dengan harga yang tak akan pernah sanggup ia beli.

* Hai, kak Arya. aku Prita anak kelas dua. sebenarnya aku uda lama mau bilang ini.

aku suka sama kakak. aku harap kakak mau menyambut perasaan ku ini.

balas ya, kak ❤*

Ahahaha, tawa Lia dalam hati usai membacanya.

Ia melirik Arya yang mengangkat dagunya sekali, menandakan jika ia harus membaca pesan selanjutnya.

Lia pun kembali menatap layar ponsel berwarna silver itu.

Masih ada beberapa pesan teks lainya dengan isi yang kurang lebih sama semua.

Hingga ada satu pesan teks yang begitu menyita perhatiannya hingga ia harus membacanya dengan seksama.

* Ar, aku gak nyangka kalo seleramu sepayah itu !

Lia ?

Yang benar aja aku harus kalah sama anak lusuh kaya dia.

Tapi kita lihat aja sampai dimana kamu akan main-main sama dia

Akan datang hari dimana kamu pasti sadar, kalau kamu tu cuma penasaran aja sama dia.

Dan kamu pasti akan ninggalin dia dan kembali dilevel di mana seharusnya kamu berada.

hingga saat itu tiba, aku main kamu tau. Kalau aku akan selalu setia nungguin kamu* . Iren.

Lia mengembalikan ponsel itu pada Arya. Ia mencoba tersenyum .

Meski dalam hati ia merasa tercubit setelah membaca isi pesan terakhir.

* * *

" tau, gak ? Tadi kak Arya ngasi liat pesan dari para cewek yang nembak dia " Ucap Lia yang sedang duduk bersandar disofa teras rumah Yona.

Yona tampak berbinar. Ia yang tadinya sudah akan mengambil posisi duduk itupun langsung beralih ke sisi Lia.

Padahal tadi ia hendak duduk di kursi tunggal yang ada disisi pintu masuk rumahnya.

Kursi yang jika pintu dibuka lebar maka tak akan begitu terlihat siapa yang mendudukinya.

Selama Arya dan Lia dekat , kehidupan disekolah menjadi lebih aman baginya dari para siswa nakal.

Dan ia juga mulai tertarik dan bahkan menikmati kisah baru dalam kehidupan Lia. Hal yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

" trus? " tanya Yona dengan penuh antusias.

Yona membuka tutup toples yang berisikan cemilan kuping gajah. Ia kemudian mengambil satu untuk dimasukan kedalam mulutnya.

Lalu kembali mengambil lagi dua dan ia sodorkan ke mulut Lia yang secara otomatis terbuka menyambut suapanya itu.

Yona memang selalu mengutamakan perut sahabatnya ketimbang dirinya sendiri.

' kraus.. kraus.. '

Lagi dan lagi, Yona dengan sabar menyuapi sahabatnya itu sambil menunggu kelanjutan cerita tadi.

" aku gak tau. Maksud dia nunjukin isi pesan itu ke aku itu untuk apa?

Untuk pamer ?

Ah, gak taulah.

Aku cuma ngerasa gak nyaman aja.

Jadi kaya ada beban.

Seakan-akan aku tu harus ngenjaga sikap, harus selalu jaim .

Aku ngerasa kalau dekat dia tu , aku gak bisa jadi diri aku yang biasa "

Hening sesaat sambil tetap menikmati cemilan favorit mereka.

" senang ya, Lia.

Begitu ada yang suka dapetnya kaya kak Arya.

Ganteng, pintar, populer, baik, dan gak macam-macam.. Pokoknya anak baik deh kak Arya itu "

Lia menarik nafas panjang.

" aku gak pernah berani berpikir dia benaren suka sama aku " Lia terdengar lirih.

" kok gitu, si... uda jelas tau..

Kalo gak, ngapain juga dia bela-belain ngelakuin banyak hal buat kamu "

Lia melirik Yona, lalu membuka mulutnya menandakan jika ia ingin kembali disuapi.

Yona mengangkat toples yang sejak tadi ia pangku, untuk menunjukan jika isinya sudah habis.

Sesaat tawa keduanya pecah menambah kebisingan disenja yang gerimis .

" kita liat aja. Tinggal dua bulan lagi dia disekolah dan setelah itu kita bebas untuk bisa beraktivitas dengan normal lagi "

Seperti itulah keseharian yang biasanya mereka lakukan . Bersantai untuk sekedar mengobrol ringan sambil menghabiskan waktu sebelum malam. Jika tak mereka lakukan diteras rumah Yona maka sudah pasti dirumah Lia.

Sejak tk, SD , SMP hingga SMA , mereka akan saling bertandang kerumah satu sama lain.

Hal itu tak terlepas dari banyaknya kesamaan diantara mereka berdua .

Jika banyak remaja diusia mereka akan mencoba banyak hal baru, Yona dan Lia justru menghindari hal tersebut.

Takut. Mereka lebih pada menjaga diri dari hal-hal yang menurut mereka tidak semuanya harus mereka ketahuilah atau untuk mereka coba lakukan.

Apalagi dengan peraturan rumah dari kedua orang tua mereka yang merupakan orang sekampungan.

Jadi bukan hanya Lia dan Yona saja punya banyak kesamaan, para orang tua merekapun memiliki cara pikir yang sama. Bahwa anak perempuan harus diberi banyak peraturan.

Dan beruntung bagi mereka karna Yona dan Lia tergolong anak yang patuh, taat pada peraturan yang sudah ditetapkan oleh kedua orang tua mereka.

* * *

Bulan berganti, rutinitas Lia dan Yona masih tetap sama.

Selain rutin ke kantin bu Ratih, mereka juga kini tengah bersiap menghadapi ulangan pra smester dan juga ujian kenaikan kelas.

Begitu pun dengan Arya. Tak jarang ia membawa serta buku pelajaran ke kantin dan justru mengajak Lia berdiskusi soal pelajaran.

Satu hal mengenai gadis pemikat hatinya itupun ia ketahui.

Ternyata Lia sama sekali tak tertarik pada satupun mata pelajaran.

Bagi Lia pendidikan hanya sebatas kewajiban, namun tak ia jadikan prioritas dalam kehidupannya.

Arya menggeleng saat tau jika nilai-nilai yang Lia dan Yona peroleh berada dibawah rata-rata.

Sementara itu, seperti biasa. Alex masih sama tak tertarik sedikit pun pada apa yang Arya lakukan pada kedua gadis itu .

Alex justru menambah kadar kebencianya yang tak beralasan itu.

" weekend kemana " kebiasan Arya yang bertanya dengan kalimat yang singkat ,padat dan jelas.

Ia melirik Lia sesaat, membuat gadis itu salah tingkah dan meraih gelas tehnya yang ternyata sudah habis.

" mau tambah lagi "

Lia menggeleng.

" kita jalan, yuk " Arya kembali melirik Lia.

" gak bisa kak.. kami gak diijinin keluar malam "

Arya mengangguk. Ia juga memliki tiga adik perempuan yang tak jauh beda usianya dengan Lia.

Karna itu, sedikit banyak ia tau beberapa hal mengenai peraturan anak perempuan.

* * *

" masak indomie ahhhhhh " Lia yang baru saja keluar dari dalam kamarnya setelah berganti seragam ke pakaian rumahan .

Mengenakan tanktop hitam dipadu dengan hotpants jens yang memeperjelas kemolekan tubuhnya, Lia melenggang ke dapur.

'plak' sebuah tangan menampar punggungnya saat ia baru saja akan menghidupkan kompor.

" apa'an, si mak ? anaknya baru aja pulang sekolah, lagi kelaparan juga, malah di pukul " Lia yang tak terima ketika mengetahui jika maknya lah si pemukul punggungnya tadi.

" coba buka dulu tudung saji .. Ada kotakan tu "

Lia yang sempat kesal kini tersenyum sumeringah .

Ia letakan kembali panci dan sebungkus mi yang sudah sempat di tangan ketempat semula.

Lalu berjalan menuju meja makan sederhana yang hanya dikelilingi kursi plastik berwarna biru.

Ya, kehidupan Lia sangat sederhana. Bapaknya hanya seorang pegawai negri dengan gaji standar UMR.

Rumah yang menjadi tempat tinggal mreka saat ini juga merupakan kontrakan yang sudah hampir 20 tahun mereka tempati.

Maknya sendiri berkerja sebagai buruh disalah satu perusahaan pembuatan roti tak jauh dari tempat tinggal mereka.

Kehidupan di ibu kota menuntut banyak hal pada mereka, termaksud biaya hidup yang tak sedikit.

Karna itu hidup sederhana dengan saling bahu membahu membagi tugas dan tanggung jawab di rumah sudah di terapkan tanpa ada paksaan.

Maknya bersyukur, ia memiliki dua anak gadis yang terbilang penurut meski pada Lia, ia harus sedikit bersabar menghadapi anak sulungnya yang sedikit keras kepala dan sulit diatur.

Lia membuka tudung saji yang entah sudah berapa tahun bertahan menemani kehidupan dimeja makan tersebut.

Senyuman yang memperlihatkan betapa ginsulnya itu membuat manis pemiliknya saat melihat sekotak makanan cateringan.

" siapa yang selamatan, mak "

tanya Lia bersiap dengan menarik salah satu kursi yang ada didekatnya.

' plak' kembali ia mendapatkan pukulan dari telapak tangan sang mak.

Ya, memang maknya itu tergolong ibu yang ringan tangan dan sudah menjadi kebiasaan saat menegur dengan sebuah pukulan.

" APA LAGI DOSA KU, MAK !!! “ Lia yang tampak sudah emosi. Ia lapar dan harus kena pukulan yang bertubi-tubi .

Dilihat jika sang emak sedang mengambil piring kosong lainya. Lalu membuka kotakan makan itu dan mengambil separuh isinya untuk di pindah ke piring yang diambil tadi.

Lia duduk. Ia menunggu saat maknya itu selesai membagi isi kotakan sebagai jatah makan siang untuk adiknya yang juga sebentar lagi akan pulang dari sekolah.

" tau rumah gedong yang didepan gerbang sana? " ucap Maknya memulai pembicaraan.

Maknya yang kebetulan hari itu mendapat sift pagi memang akan pulang ke rumah saat jam kerjanya berakhir pada pukul 2 siang.

Lia mengangguk, ia terlihat sedang mengambil nasi dari dalam magicom sebagai tambahan pada isi kotakan yang isinya sudah berkurang separuh.

" rumah itu sekarang uda ditempati. Nah itu kotakan selamatan dari sana.

Katanya yang punya kepala sekolah mu, lo Lia "

'uhuk' Lia tersedak pada suapan pertamanya.

Kepala sekolahnya adalah ibu dari Arya.

Itu berarti kini ia dan Arya kini tinggal dilingkungan yang sama. Dan hanya berjarak beberapa ratus meter saja.

"rumah tiga lantai, dengan luasnya yang segede goblok... " Lia membayangkan isi dari rumah yang setiap hari ia lintasi bersama Yona saat pergi dan pulang sekolah.

Maknya melihat anak gadisnya itu termenung.

Dengan piring ditangan ia lalu meraih kursi dan duduk disisi sang anak.

Keduanya pun melanjutkan makan siang mereka dengan menu tambahan berupa telur asin.

* * *

"Liaaaa.. permisiiii " panggil Yona yang langsung membuka pagar rumah sesederhana sahabatnya itu.

Ia tampak baru saja memarkirkan kendaran roda duanya tepat didepan rumah yang halamanya dipenuhi aneka tanaman.Mulai dari sayuran, cabe, bumbu dapur hingga rumput yang sudah lama tak tercabut.

Yona melepas helm standar berwarna hitam dari kepalanya lalu meletakanya dikursi yang ada didepan teras rumah.

Namun belum juga ia sempat menekan ganggang pintu, pintu tersebut sudah terbuka dengan memperlihatkan Lia yang sudah bersiap dengan helem hitam yang sama dengan miliknya .

Sweater yang mereka kenakapun sama-sama berwarna putih. Dengan celana jeans biru dan sepatu kets putih. Sepintas keduanya tampak seperti anak kembar .

Mereka lalu bergegas pergi untuk menikmati waktu weekend mereka.

Jika kebanyakan orang akan mulai keluar saat hari menjelang malam, Lia dan Yona justru akan memulai waktu santai mereka di pukul 3 sore dan akan kembali paling lambat pukul 8 malam.

Itupun tujuan mereka hanya akan ke mall.

Berkeliling dan jika Lia tengah memiliki sisa dari mengumpulkan uang jajannya selama seminggu, maka sesekali mereka akan nonton ke bioskop.

Seperti saat ini. Selama menemani Arya makan dikantin , hal itu tentu saja berdampak besar pada utuhnya uang saku Lia .

Ia juga tak pernah lagi ditraktir makan oleh Yona.

Dan semua itu berujung pada weekend mereka yang sekarang terasa lebih berwarna. Karna setiap minggu mereka bisa ke bioskop. Dan teruntuk Lia, ia bahkan bisa membeli beberapa keperluanya sendiri tanpa harus meminta lebih dari orang tuanya.

" Na, kamu tau gak rumah gedong didekat gerbang yang tiap hari kita lewati itu ? " tanya Lia.

Yona mengangguk, sambil menyedot minuman yang mereka beli setelah membeli tiket nonton.

" itu rumah kak Arya, lo.

Tau, gak aku tau dari mana ? " tanya Lia lagi.

Yona kembali mengangguk.

" dari nasi kotakan yang dibagi-bagiakan kerumah sekitar... itu berartiiiii.. kaaaamuuuuu jugaaaa dapat ? Trus kamu uda tau dong ? " Wajah Lia seketika berubah pias.

Yona tertawa kecil melihat kelakuan konyol sahabatnya itu.

Mereka pun tampak diam sesaat sambil terus melanjutkan langkah kaki mereka menuju ruang teater.

" Lia, apa gak papa kamu nolak ajakan kak Arya jalan ? " tanya Yona yang mengetahui hal tersebut setelah Lia menceritakan tentang ajakan Arya beberapa minggu yang lalu.

" masa bodolah. Aku , tu apa ya ?

emmmm....

cuma takut aja keterusan . Takut nanti beneran suka ama kak Arya.

Coba pikir deh ? Lama kelamaan siapa si yang gak ke-GR an kalo diperlakukan kaya gitu terus sama cowok kaya kak Arya ?

Dan kalo pada akhirnya dicampakkan , paling gak aku gak perlu sakit hati apalagi patah hati.

Amit-amit jangan sampai deh "

Obrolan keduanya saat berjalan menuju ruang bioskop.

Yona sebenarnya menaruh sedikit iri pada Lia .

Ia selama ini hanya didekati oleh lelaki nakal berbeda dengan Lia yang justru pertama kali didekati oleh lelaki justru langsung dapat yang sebaik Arya.

Namun rasa itu hanya sebatas iri yang tak sedikitpun dapat merubah persahabatannya pada Lia.

" em... Lia " Yoan menghentikan langkahnya.

Lia yang sudah berada beberapa langkah didepannya itupun berbalik , melihat pada Yona yang dengan ekspresi wajah yang tak biasa.

" maaf, ya "

Lia terkejut, ia yang tak mengerti maksud ucapan Yona tadipun akhirnya sadar saat dua laki-laki muncul dari balik pintu masuk yang baru saja mereka lewati tadi.

Arya dan Alex kini tengah berjalan menghampirinya.

* * *

Didalam ruang bioskop.

Arya dan Lia duduk saling berdekatan. Semetara Yona dan Alex duduk dengan jarak masing-masing satu baris kebelakang.

Lia ingin marah karena merasa telah di akali oleh Arya yang berkerja sama dengan Yona sahabatnya.

Namun ia harus menoleri hal itu mengingat Arya juga telah banyak membantu Yona terhindar dari para siswa nakal yang selama ini mencoba menjahili Yona.

Karena selama Lia dekat dengan Arya secara otomatis tak ada murid yang berni berbuat hal tak senonoh dengan mereka.

Arya menyelipkan jemarinya di kelima jemari Lia.

Dalam ruang yang gelap itu, saat film baru akan dimulai tiba-tiba saja Arya mengecup singkat pipi Lia .

Lia langsung menarik tangannya, ia memelototkan kedua matanya Arya.

Namun tanpa merasa bersalah Arya justru meraih kembali jemarinya untuk digengam seperti tadi.

Dan hal itu terulang lagi. Setelah film berakhir tepat sesaat sebelum lampu dinyalakan , Arya kembali mengecup pipi Lia.

Dan hal itu ternyata dilihat oleh Alex yang sejak tadi terus memperhatikan semua hal yang dilakuakn oleh Arya pada Lia.

Namun hal tersebut membuatnya muak pada kelakuan Arya yang semakin menjadi-jadi pada gadis kampung itu.

Jika saja Arya bukan sosok pribadi yang baik, ia pasti sudah mengakhiri pertemanan mereka.

Dan untuk seterusnya seperti itulah akhir pekan yang mereka lewati disetiap minggunya.

* * *

" mama perhatian sekarang , tiap minggu kamu pasti keluar.

kamu harus ingat kalau bentar lagi kamu ujian, Arya " ucap bu Alin.

Mama dari Arya , saat melihat anak laki-lakinya itu baru saja turun usai memarkirkan mobil dihalaman depan rumah.

" jalan, ma ama Alex "

" ati-ati lo ya sama Alex.

Dia tu anak nakal !! "

" mama percaya, deh sama Arya.

Arya gak akan ngecewain mama "

"ada apa, si " pah Handoko, papa dari Arya yang baru saja keluar dan langsung duduk di kursi di sebrang sang istri.

" Arya, pa.

Uda tau ini deket ujian tapi jalan mulu sama Alex " cetus bu Alin yang sebenarnya tau jika anaknya itu jalan bukan hanya dengan Alex saja.

Kabar tentang anaknya itu memiliki pacar disekolah, ternyata sudah sampai ditelinganya.

Bu Alin kini mulai merasa was-was.

Selain perubahan sikap Arya yang memang tak begitu mencolok, ia khawatir pada gadis yang dikabarkan tengah dekat dengan anaknya itu adalah salah satu murid disekolahnya.

Pasalnya gadis itu hanyalah gadis biasa dari kalangan sederhana dan yang kebetulan lagi, tinggal di lingkungan sekitar rumah barunya.

Saking penasarannya, Bu Alin bahkan bertanya langsung pada Alex tentang kebenaran akan hal itu.

" biar ajalah, ma. Kita tau gimana anak kita.

Arya pasti tau akan tanggung jawabnya sebagai anak dan juga pelajar.

Mama jangan terlalu mengaturnya "

Arya tersenyum penuh pada sang papa.

Pria berkumis itu memang sangat bijak dalam menjalani perannya sebagai kepala rumah tangga.

Hal yang selalu menjadi panutan bagi Arya untuk kedepannya dapat melindungi dan bersikap toleransi pada banyak hal didalam keluarga mereka.

Apalagi dengan posisinya yang adalah anak sulung. Tentu ia harus bisa menjadi contoh yang baik bagi ketiga adik perempuannya .

" kamu udah mutusin mau kuliah dimana " tanya bu Alin saat Arya baru saja pamit untuk masuk kedalam rumah.

" disini aja, ma "

" kenapa gak kaya Alex, aja.

Pilih aja jurusan dan universitas mana yang kamu inginkan. Bila perlu yang ada diluar negeri. Papa dan mama sanggup kok biayain kamu sampai S2 disana "

" bukan masalah papa mama sanggup atau engak ngembiayainnya , ma..

Tapi Arya yang gak sanggup kalau harus berjauhan dari kalian "

Arya pun berlalu. Ia sempat kesal memikirkan ucapan mamanya tadi.

Menyangkut soal pendidikan selanjutnya bukanlah kali pertama sang mama mempertanyakan hal tersebut padanya.

Dan entah mengapa sang mama terkesan menekanya agar ia mau kuliah diluar negri .Kedua orang tuanya ingin ia seperti Alex yang pendidikanya sudah ditentukan oleh orang tuanya untuk melanjutkan studi keluar negri.

* * *

Setahun berlalu.

Jika Lia merasa hubungannya dengan Arya akan berakhir saat Arya lulus dari bangku SMA , maka itu salah.

Seiring berjalanya waktu, Lia dan Yona kini pun tak lagi menggunakan sepada sebagai alat transportasi ke sekolah. Mereka sekarang saling berboncengan menggunakan motor milik Yona.

Namun tak jarang, jika jam kuliah Arya tak begitu padat ia yang akan menjemput Lia dan mengantarnya hingga sampai kerumah. Ia bahkan akan menunggui Lia dikantin bu Ratih saat tak ada kelas kuliah.

Begitu pula dengan akhir pekan yang selalu menjadi hal yang paling ditunggu oleh keduanya.

Merekpun kini tak lagi canggung untuk berjalan dengan saling berpegangan tangan. Hanya sesekali saja Yona akan ada di antara kencan mereka.

Jika dulu Arya akan mengecup pipi Lia sesaat sebelum film dimulai dan akan melakukan hal yang sama ketika film telah selesai di tonton tepat sebelum lampu kembali menyala maka kini hal itu sudah berganti dengan kecupan dibibir.

Kecupan. Arya hanya akan mendaratkan bibirnya sesaat dan dengan cepat menariknya kembali.

Cukup seperti itu.

Dan tak lebih pernah lebih dari itu.

Terpopuler

Comments

Luc Sagita

Luc Sagita

lanjut Thor👍👍Semangat Thor🤗🙏

2021-05-08

2

Zulfa

Zulfa

Salken kak, JIKA mampir membawa like nih. Mari saling dukung kakak😍

2021-04-23

2

Yenny Fransisca

Yenny Fransisca

emmm..ciuman nya naik level😝🤣🤣tp masih beginner 1 .. cup😘..😂😂😂

2021-04-17

2

lihat semua
Episodes
1 Putih Abu-Abu
2 Pacar
3 Weekend
4 Beban
5 Bohong
6 LDR
7 Tunggu aku
8 Tak ada yang mendukung
9 Siapa dia ?
10 Menahan
11 Maaf
12 Aku lelah denganmu
13 Jawaban tak pasti
14 Panggilan sayang
15 Jangan lakukan apapun
16 Pantai
17 Tentang Karin, Bram dan Alex
18 Kamu
19 Pesta
20 Suasana pesta
21 Berpisah
22 Dengan mu
23 Apartemen
24 Gosip
25 Pertunjukan menarik
26 Break
27 Hei,
28 Firasat baruk
29 Sama aku
30 Melindunginya
31 Tanpa mereka sadari
32 Putus
33 Rasa tak rela
34 Terpancing
35 Tak akan menyesal
36 Kabar mengejutkan
37 Ku terima tawaranmu
38 Ketika sudah menjadi mantan
39 Sesuai harapan
40 Arti hari ini
41 Egois
42 Luluh
43 Kau akan pergi ?
44 Jangan mereka
45 Obat frustasi yang ampuh
46 Pendiriannya yang keras
47 Gak berjodoh
48 Senyum yang sempurna
49 Misi lama cara baru
50 Sulitnya moveon
51 Urusan yang harus diselesaikan
52 Sejauh mana perjuangan kalian
53 Inginkan akhir yang sama
54 Tujuan tertentu
55 Pertunangan
56 Setelah ini kita menikah
57 Tetap di posisinya
58 Gelisah
59 Gelisah part 2
60 Jalan buntu
61 Gimana Rasanya
62 Pernikahan
63 Pernikahan part 2
64 Bulan Madu
65 Gak boleh
66 Dia pergi
67 Sirna seketika
68 Sirna seketika
69 Mau apa mereka
70 Bukan dia
71 Surprise
72 Hari bahagia
73 Lia kesal
74 Garis dua
75 Penasaran
76 Siap mendengarkan
77 Kerjain aku
78 Kamu hamil
79 Kamu dimana
80 Menunda
81 Jangan khawatirkan mereka
82 Laki-laki atau perempuan
83 Teriakan Lia
84 Tak ada salahnya
85 Marahnya
86 Menghela nafas
87 Sangat mencintainya
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Putih Abu-Abu
2
Pacar
3
Weekend
4
Beban
5
Bohong
6
LDR
7
Tunggu aku
8
Tak ada yang mendukung
9
Siapa dia ?
10
Menahan
11
Maaf
12
Aku lelah denganmu
13
Jawaban tak pasti
14
Panggilan sayang
15
Jangan lakukan apapun
16
Pantai
17
Tentang Karin, Bram dan Alex
18
Kamu
19
Pesta
20
Suasana pesta
21
Berpisah
22
Dengan mu
23
Apartemen
24
Gosip
25
Pertunjukan menarik
26
Break
27
Hei,
28
Firasat baruk
29
Sama aku
30
Melindunginya
31
Tanpa mereka sadari
32
Putus
33
Rasa tak rela
34
Terpancing
35
Tak akan menyesal
36
Kabar mengejutkan
37
Ku terima tawaranmu
38
Ketika sudah menjadi mantan
39
Sesuai harapan
40
Arti hari ini
41
Egois
42
Luluh
43
Kau akan pergi ?
44
Jangan mereka
45
Obat frustasi yang ampuh
46
Pendiriannya yang keras
47
Gak berjodoh
48
Senyum yang sempurna
49
Misi lama cara baru
50
Sulitnya moveon
51
Urusan yang harus diselesaikan
52
Sejauh mana perjuangan kalian
53
Inginkan akhir yang sama
54
Tujuan tertentu
55
Pertunangan
56
Setelah ini kita menikah
57
Tetap di posisinya
58
Gelisah
59
Gelisah part 2
60
Jalan buntu
61
Gimana Rasanya
62
Pernikahan
63
Pernikahan part 2
64
Bulan Madu
65
Gak boleh
66
Dia pergi
67
Sirna seketika
68
Sirna seketika
69
Mau apa mereka
70
Bukan dia
71
Surprise
72
Hari bahagia
73
Lia kesal
74
Garis dua
75
Penasaran
76
Siap mendengarkan
77
Kerjain aku
78
Kamu hamil
79
Kamu dimana
80
Menunda
81
Jangan khawatirkan mereka
82
Laki-laki atau perempuan
83
Teriakan Lia
84
Tak ada salahnya
85
Marahnya
86
Menghela nafas
87
Sangat mencintainya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!