Haiii.....Reader's ku terumakasih untuk kesetiaan nya membagi waktu untuk membaca karya ku..,
Terimakasih untuk dukungan nya...
Tanpa para readers apa lah arti karya ku ini
Salam persahabatan Noveltoon🙏😍😍😍
______________________________________________
" Maaf Mas..,. saya naik angkot saja, barang yang harus ku bawa lumayan banyak, biar Dek Emil aja yang ikut sama panjenengan " Tolak Mbak Aisha lembut dengan perasaan gak enak hati.
" sudah Mbak ikut kita aja, mobil saya masih muat ko buat masukin berlanjaan Mbak nya., kenapa juga harus naik angkut " Mas Hardi mengulas senyum ramah .
" Tapi Mas.." Suara Mbak Aisha terpotong saat Mas Hardi mengangkat barang belanjaan nya memasukan dan menata di dalam mobil. Mbsk Aisha menatap ku , dan ku balas dengan anggukan dengan seulas senyum .
" Biarin aja Mbak , itung - itung kasih kesempatan orang untuk beramal " Jawab ku.
Mas Hardi meminta ku untuk duduk di jok depan di samping nya sementara Mbak Aisha duduk di belakang bersama barang belanjaan yang tadi di tata Mas Hardi biar cukup untuk duduk Mbak Aisha juga soal nya mobil mercedes benz type C 240 keluaran tahun dua ribu enam ini hanya mampu menampung empat orang saja.
" Kamu kenapa Mil.., ko mata mu sembab " Selidik Mas Hardi.
" Gak papa Mas .., tadi kelilipan di pasar " jawab ku sekena nya.
" Masih ada yang buly in kamu soal kematian nya dan kedekatan mu sama aku..?." Tanya nya lagi ingin tahu.
" Mas Hardi ko tahu Emil ada di sini..? " Tanya ku mengalih kan pembicaraan .
" Heemm kebiasaan kamu Dek.., kalau di tanya malah balik nanya .." Deaah nya kesal.
Ku lemparkan wajah keluar jendela melihat keramean jalan di sekitar pasar induk kota kecil ku yang lumayan padat penduduk.
" Tadi aku tuh habis ketemu sama kepala pengelola pasar induk mau bahas proyek renovasi pasar " Jawab Mas Hardi lembut.
" Wualah jadi pasar nya mau di renovasi to Mas.. Bagus lah kalau bisa sih di perbesar biar gak sempit dan sumpek lagi "
" Yang nama nya pasar tradisional di mana - mana ya seperti itu keadaan nya to Dek,... Maka nya Mas lebih nyaman ke Mall atau super market yang lebih luas, lebih adem dan lebih bersih " Mas Hardi melirik ke arah ku.
" Besok yang jadi isteri ku gak bakalan aku ijin kan belanja di pasar tradisional , kalau mau belanja di Mall , soal nya kalau belanja di pasar tu kualitas nya juga belum terjamin " Mas Hardi mengerling kan mata nya ke arah ku dengan seulas senyum .
Ku abaikan ucapan nya dengan pura - pura sibuk mainan game tetris di ponsel ku .
Sesampai di rumah keluarga Mbak Aisha, kami menurun kan barang belanjaan , aku baru mau masul ke dalam rumah Mas Hardi menarik lengan ku .
" Dek langsung pulang aja yuk.. " Pinta nya dengan sorot mata jijik melihat kekumuhan di lingkungan rumah Mas Hardi yang jadi sentra industri pengeringan ikan asin rumahan . Mas Hardi menutup hidung nya dengan tangan kiri nya sesekali ku lihat Dia seperti hendak muntah , tak tahan dengan bau ikan asin.
Dengan menahan malu aku berpamitan dengan keluarga Mas Nano, dengan Ibu, Bapak dan kaka serta adik - adik nya .
Bersyukur mereka bisa memaklumi perilaku Mas Hardi yang terlahir sebagai orang kaya, hingga mereka tak tersinggung saat Mas Hardi tidak mau masuk ke dalam rumah mereka . Mas Hardi masih mau berjabat tangan dengan mereka saja sudah lebih baik.
Setelah masuk ke dalam mobil Mas Hardi mengambil botol Hand Sanitizer dari dalam dasbord mobil nya lalu menyemprot kan ke tangan nya, menyerah kan ke arah ku dan meminta ku untuk memakai nya.
" Pake ini Dek.., biar tangan mu gak bau amis " Perintah nya dengan menatap wajah ku.
" Apa an sih kamu Mas.., lebay banget " Sungut ku kesal kuabai kan permintaan nya.
Mas Hardi meraih tangan ku dan menyemprot kedua telapak tangan ku dengan cairan Hand Sanitaizer lalu meremas nya lembut.
Mas Hardi melajukan mobil nya pelan di jalanan pasir yang becek akibat laut pasang semalam. Sembari menggerutu dengan kondisi jalan yang bergelombang. Sepanjang jalan tetangga Mas Nano berkerumun menatap ke arah kami. Entah apa yang mereka bicara kan, aku tak dapat mendengar nya karena kaca mobil tertutup rapat .
Mas Hardi membawa ku ke arah jalan kota kotamadya .
" Mas .., aku gak ngampus hari ini , kita mau kemana , aku belum izin Ibu." Tanya ku cemas.
" Aku mau ajak kamu ke Mall tapi kita mampir ke tempat ku dulu, aku mau kenalin kamu sama karyawan ku sekalian aku ganti baju dulu , gak nyaman yang ini sudah tercemar sama bau ikan asin " Jawab nya santai .
" Segitu nya sih kamu Mas .., aku mau pulang aja nanti Ibu nyari'in .." Pinta ku jengah .
" Ibu mu gak bakal nyariin kamu aku jamin, tadi aku sudah izin sama Ayah mu lewat telefon " Mas Hardi melirik ku lembut.
Lima belas menit berlalu aku sampai di sebuah rumah mewah lantai dua di tengah kota, Mas Hardi memarkir kan mobil nya di depan garasi. Memberikan kunci mobil ke seorang karyawan nya.
" Pak tio tolong bawa mobil ku ke salon, cuci steam sampai bau wangi " Perintah nya sembari menyodor kan lembaran seratus ribhuan.
" Siap Tuan ! "
Mas Hardi membawa ku masuk ke dalam rumah yang berfungsi sebagai kantor nya.
Karyawan Mas Hardi berdiri membungkukan badan ke arah kami, tangan ku di gandeng nya erat, Dia berhenti sejenak di depan karyawan nya dan memiinta mereka untuk berkumpul di ruangan tengah yang luas.
" Oke semua sudah kumpul kan.. Aku mau mengenal kan seseorang yang istimewa buat ku. Kenal kan ini calon Ibu anak ku. Nama nya Emila Nurul hidayah , Dek.. kenal kan ini karyawan - karyawan ku yang bekerja di divisi cabang kota ini " Seulas senyum bangga terpancar di wajah nya.
Wajah ku merona semerah tomat, aku ingin mengklarifikasi ucapan nya atas pengakuan status ku di hadapan karyawan nya, belum lagi aku bicara, karyawan Mas Hardi sudah berjalan satu persatu memperkenal kan diri mereka dengan menjabat tangan ku.
seseorang yang usia nya lebih tua dari Mas Hardi mendekat ke arah telinga nya.
" Jangan kelamaan Mas.., punya calon Macan alias manis cantik seperti nya kalau kelamaan bisa - bisa di tikung orang ' Canda nya .
Mas Hardi tersenyum lebar.
" Kamu tunggu aja undangan nya dalam waktu dekat ini " Jawab nya santai.
Mas Hardi mendekat ke seorang karyawan wanita, entah apa yang dibicarakan mereka,.
setelah nya meraih telapak tangan ku menggenggam erat menuntun ku naik ke atas ke lantai dua .
Aku duduk di balkon depan , menikmati pemandangan kota, lalu lalang mobil dan hiruk pikuk kehidupan kota.
Karyawan wanita yang tadi bicara dengan Mas Hardi naik ke atas mendekat ke arah ku menyodor kan paper bag .
" Bu Emil .., ini baju ganti Anda " Ucap nya ramah.
" Maaf maksud nya..? " Tanya ku bingung.
" Pak Hardi memesan kan khusus gaun ini dari butik Km untuk Anda " Jawab nya tersenyum.
Aku melongo di buat bingung, Mas Hardi keluar dari ruangan mendekat ke arah kami.
" Aku mau ajak kamu Party di ulang tahun pernikahan seorang mitra perusahaan sayang, aku ingin kamu pake gaun pilihan ku " Ucap nya lembut. Memberi kode pada karyawati nya untuk meninggal kan kami.
Mas Hardi menggandeng tangan ku mengajak masuk ke dalam kamar nya, aku menolak karena kami bukan muhrim, tapi tenaga ku kalah kuat dari nya. Mas Hardi membawa ku masuk ke dalam kamar yang luas nya tiga kali luas kamar ku dengan bethup luas bersih, Televisi , minicoolcas dan segala perabot mewah di dalam nya.
Dia mendudukan aku di sofa samping jendela dekat balkon kamar nya. Lalu Dia masuk ke dalam kamar mandi. sesaat kemudian Dia keluar hanya mengenakan celana pendek. Ku tutupi kedua mata ku dengan telapak tangan.
" Mas.. Apa an sih kamu.., aku mau keluar aja.., kita bukan muhrim jangan seperti ini " Pinta ku.
Ku dengar suara seringai Mas Hardi, lalu Dia mendekati ku, meraih tangan yang kugunakan untuk menutup mata.
" Kenapa..?!, gak usah malu - malu gitu, sayang bentar lagi juga tubuh ini akan jadi milik mu dan tubuh mu akan jadi milik ku " Ucap nya sembari mendesah. Di tatap nya wajah ku lekat lalu di cium nya bibir ku hangat.
Dada ku berdesir , ini pertamakali bibir ku tersentuh oleh lelaki, sembilan tahun bersama Mas Nano tak pernah sedikit pun Dia menyentuh wajah ku. Mas Hardi melepas ciuman nya.
" Kamu belum pernah melakukan ini sebelum nya..?" Tatap nya dengan senyum bahagia.
Ku anggukan kepala dengan wajah tertunduk menahan malu.
" Nano luar biasa kamu, sembilan tahun bersama tak sedikit pun tersentuh hahahaaa, aku harus berterimkasih kepada nya, pada akhir nya aku pemilik seutuh nya " Seringai bahagia memenuhi wajah nya.
Aku hendak beranjak keluar dari kamar , tangan Mas Hardi lebih cekatan meraih tubuh ku,.di rengkuh nya aku dalam dekapan dada bidang nya , tangan ku di arah kan nya ke arah junior nya yang mengeras, aku berusaha menepis namun tangan Mas Hardi lebih kuat memegang tangan ku.
" Di pegang saja sayang, di remas saja, aku ingin menikmati sensasi bersama calon isteri ku, aku tidak akan memasukan nya dulu.. Sweer.., sekedar permainan tangan saja.." Pinta nya lembut di telinga ku.
" Aku akan menjaga sampai nanti malam pertama kita " Lidah nya bermain di telingaku.
Entah mengapa aku menikmati permainan lidah nya, desiran - desiran aneh kunikmati dengan nafas tertahan. Mas Hardi seperti nya meliahat kegelisahan di wajah ku. Tangan nya mulai nakal menelusuri bagian tubuh ku hingga ke bagian sensitif ku, lalu memain kan jemari nya di sana hingga milikku basah, aku mendesah lirih di balas dengan senyuman dan sorot mata aneh terpancar di wajah nya.
" Kamu sudah keluar Sayang.., ini baru awal permainan, nanti setelah kita menikah aku bisa memuas kan mu lebih dasyat dari ini " Bisik nya di telinga. Mas Hard tersenyum dengan sorot penuh kebahagiaan .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Michelle Avantica
Dari kelakuan Hardi yg kek gitu seperti nya dia dah biasa ngelakuinnya ya 🤦
Oh laki2 macam Mas Nano lah yg ter the best sayang gak ada jodoh sama mbak Emil ya..
2020-10-26
0
hany
lho kok....beraninya..
2020-06-28
1
Linda Lidya
mengelikan 😑😑😑
2020-04-20
1