Masa kini !!
Aku terbangun saat kudengar keributan di luar,.sayup - sayup ku dengar suara Mas Hardi keras memarahi Ibu ku. Aku berusaha untuk duduk tapi tubuh ku serasa tertusuk pisau
" Aaauuuwww.. !! " Jerit ku menahan sakit .
Eksan yang berada di depan pintu lari mendekat meraih tubuh ku.
" Kaa..,!! kenapa gak bilang kalau pengen duduk biar Eksan bantu " Diambil nya bantal di atas kepala ku dan bantal di mini springbed di tumpuk jadi satu agar aku terasa nyaman. di ubah nya lagi letak ranjang ku di bagian atas.
" Dia isteri ku mau aku apa kan itu hak ku.. ! , aku imam nya sejak suami Anda memasrah kan hidup nya kepada ku, mau ku sakiti kek bahkan ku bunuh sekali pun Anda tak punya hak untuk mengambil nya dari ku.. pulang sana !! , jangan recoki kehidupan rumah tangga kami..., kamu bukan siapa siapa nya lagi... sekarang Dia milik ku seutuh nya tidak ada yang boleh mengganggu.. Anda sekali pun !! "
Hardik Mas Hardi dengan mengacungkan telunjuk ke wajah Ibu ku yang mengurut dada dengan derai aimata .
" Astagfirullahal'adziimm ... " Jerit Ibu berkali - kali mengurut dada nya yang terlihat sesak , setetes butiran bening jatuh dari kelopak mata ku , sungguh melihat Ibu diperlakukan seperti itu di depan ku jauh lebih menyakitkan hati di banding saat aku di tampar oleh nya .
Emran mendekat dengan wajah merah padam mau mencengkeram kerah baju Mas Hardi, Emran tak terima atas kekurangajaran nya memaki Ibu dengan jari telunjuk, sebelum Emran sampai ke tempat Mas Hardi , Ayah nya lebih dulu berdiri menampar keras wajah anak nya berulang kali.
" Anak kurang ajar kamu.. !! , siapa yang mendidik mu hingga kamu jadi anak durhaka seperti ini...!!! "' Geraham Pak Handoko bergemeretak menahan marah.
Bunda Mas Hardi bersimpuh di kaki Ibu memohon maaf untuk anak nya dengan tangis pecah.
" Ada bekas suami.., ada bekas isteri .., bekas ipar tapi tidak ada bekas anak.. camkan itu !! , Emil anakku.. aku yang mengandung nya sembilan bulan lebih , aku yang menyusui merawat .. menjaga ..mendidik dari dalam kandungan hingga kau meminta nya dari kami... sampai kapan pun Emil itu anak ku dan aku tetap Ibu nya... Anak ku punya nama jangan hanya panggil Dia...! , Dia... ! "' Geram Ibu dengan emosi meluap.
" Dulu kau minta baik - baik kepada kami , jika kau sudah tak mengingin kan nya kembali kan baik - baik lagi, jangan kau siksa..., kau sakiti seperti itu..., kau sengaja kan ingin membuat nya. cacat.. ?!!! "' Hardik Akmal .
Ibu meraung memilukan hati, buliran airmata menetes dari kelopak mata ku. Eksan meraih tisue menghapus nya dan mengelus - elus bahu ku.. '" Sabar ka ! , Allah Maha Adil.. ! "
Mas Hardi terpojok, Dia tak bisa berkata kasar lagi seperti yang biasa dilakukan nya jika marah, ada Ayah nya yang sudah memasang wajah marah bercampur malu atas kelakuan nya pada besan yang di hormati nya . Mas Hardi keluar kamar ku dengan membanting pintu keras.
Ibu meminta kepada anak - anak nya untuk bergantian menjaga ku dan Ibu sendiri pun bilang tak kan meninggal kan kamar ini sebelum dokter mengizin kan aku pulang.
Ibu juga meminta jika aku sembuh untuk di pulang kan ke rumah saja.
"Maaf Mas...! , Mbak..l , aku cuma punya anak perempuan satu yang sedari kecil kubentak pun tak pernah, di sentil sama Ayah nya pun sama sekali tak dialami nya.. bahkan ribut dengan adik - adik nya juga tak sampai memaki apalagi memakai kekerasan fisik, setiap ada salah faham selalu kami dudukan anak - anak baik - baik..., tak kusangka orang lain yang mengambil setelah dewasa seenak saja menghardik..memukul bahkan sampai membuat nya terbaring kesakitan seperti ini.. " Tangis Ibu pilu menyayat hati. Akmal memeluk Ibu memberi nya kekuatan.
" Maaf kan kami Jeng Winarti kami yang salah tak pandai mendidik anak.., kami benar- benar tak tahu perilaku Hardi bisa seperti ini. Hampir sebelas tahun pernikahan mereka tak pernah ku dengar keluhan dari mereka " . Suara Pak Handoko bergetar.
" Emil anakku pandai sekali menyimpan rahasia pernikahan nya dari keluarga,.. setiap pulang aku sering melihat lebam di wajah nya tapi sekali pun tak pernah diceritakan nya apa yang dilakukan suami nya.., Aku malah tahu dari Erza anakku yang jaun di sebrang, Dia diberitahu sahabat nya yang satu kantor dengan Emil, bagaimana suami anakku itu menampar dan menendang nya di lobi kantor " Suara Ibu tercekat, rintihan nya kembali menyayat hati .
" Bu.... sabar... sabar... kasihan mbak Emil.. jangan ceritakan apa yang membuat nya terluka mengingat penderitaan nya..," Pinta Emran sembari mengelus - elus pundak .
Flasback on !!
Peristiwa itu melintas di hadapan ku serupa video yang terputar di otak. Saat itu aku baru turun dari mobil dengan seorang nasabah seorang pengusaha pengelola hasil laut yang sedang kami tawarkan untuk investasi di perusahaan finansial milik kami, beliau meminta bertemu di sebuah rumah makan dan aku dari pihak perusahaan finansial di temani oleh pimpinan kepala cabang kantor ku dengan seorang staf pemasaran .
Tiba - tiba saat aku baru membuka pintu kaca kantor dan baru selangkah menginjak kan kaki di lobi, Mas Hardi keluar dari dalam ruangan kantor ku mendekat dan langsung mendaratkan tamparan di pipi kiri ku.
" Perempuan ****** hina..! , tak cukup kah kamu dengan satu lelaki saja hingga masih mencari kepuasan di luar..?!, menemui lelaki yang bukan muhrim mu..?!!.. Tak cukup kah nafkah yang kuberi kan selama ini..!!! " Hardik nya keras menggema ke seluruh ruangan.
Lobi saat itu dalam keadaan lumayan ramai, ada beberapa nasabah yang sedang konsultasi dengan customer cust dan beberapa staf perusahaan yang sedang leha - leha menghabis kan waktu ISOMA.
Aku yang tak mengerti apa pun yang membuat nya naik darah tak mampu berbuat apa pun, dengan menahan sakit yang tak terhingga aku lari keluar lobi kantor ku dengan pandangan beragam dari orang yang melihat bagaimana aku di tampar dan di maki oleh suami ku.
Sakit di hati ku tak seberapa yang kurasa kan yang lebih menyakitkan itu umpatan , tuduhan dan fitnah yang tak berfakta .
Beberapa menit berjalan ada bus gumel istilah untuk bus yang mencari penumpang di jalanan berhenti tepat di depan ku, aku naik ke atas bus awal nya tanpa tujuan namun di tengah jalan tetiba aku kangen dengan laut di kampung halaman ku dan rute bus ini kebetulan melewati jalan menuju pantai.
hampir dua jam perjalanan aku baru sampai di jalan depan gerbang menuju obyek wisata laut di kampung ku. biasa nya jika memakai kendaraan pribadi aku hanya menempuh waktu satu jam saja .
Turun dari bus aku berjalan kaki satu kiloan ke arah utara laut. di gerbang masuk ku sodorkan satu lembar lima ribuan kembalian naik bus tadi untuk bayar retribusi pantai.
Kuselusuri pinggiran pantai dari timur ke barat dengan airmata yang tertumpah sempurna, airmata yang kutahan sedari keluar lobi kantor hingga perjalanan menuju pantai yang memberi sejuta kenangan indah masa kecil ku.
kucari tempat yang luang dan sepi dari penjual makanan dan minumana yang berjejer sepanjang pinggiran pantai.
Di barat pantai tigarutasan sebelum gundugan batu pemecah pantai ada tempat yang lengang tanpa gubug penjual makanan dan minuman, kulihat suasana pun sepi, tak ada keramean orang - orang yang memancing ikan seperti biasa nya . Alam seperti hendak bersahabat dengan ku dengan memberi ku tempat luang.
Kucari tempat yang bersih dari kotoran sampah dan pecahan kulit - kulit kerang.
Aku rebah kan tubuh ku di atas nya menatap langit luas tak berbatas. Langit biru yang bersih.., Ku tumpah kan segala sedih , sakit hati .., kecewa dan marah atas luka yang di berikan Mas Hardi dalam kehidupan ku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Michelle Avantica
Lah dah bener si Hardi di penjara tapi ngapa masih aja bokapnya bantuin buat ngeluarin dgn alasan Anak2, emang sih anak2 lebih diutamakan tapi kan malah bikin Hardi gak kapok ...
2020-10-26
0
Linda Lidya
😥😥😥😥
2020-04-20
0
Cucu Mardiyani
minta pisah ke.bego bgt mau aja d siksa terus2an. sakit lahir batin itumah
2020-04-15
3