Flas back on
Dalam tidur bayang bayang yang tak ku mengerti berkelebat memenuhi fikiran ku.
Ada pantai di kampung halaman yang selalu jadi favorit , adik - adik ku dan juga warga di sekitar pantai untuk menenang kan hati dan fikiran dan selalu aku kunjungi di akhir pekan setiap pagi selepas subuh dengan berjalan atau berlari - lari kecil bersama teman - teman masa kecil , seringkali di jalan bertemu juga dengan teman sekolah yang ikut bergabung hingga suasana kian ramai. Lalu pulang setelah mentari menampak kan wajah nya dengan sempurna dengan menaiki dokar kereta yang di tarik oleh kuda, bercanda di sepanjang jalan hingga terpisah satu persatu ketika teman ku telah sampai rumah mereka lebih dulu. Aku dan Rania tetangga plus karib masa kecil ku selalu menjadi penumpang yang turun terakhir karena rumah kami yang berada paling ujung desa dekat dengan terminal dokar tempat pemberhentian akhir kereta kuda.
Ada bayang Mas Nano dengan seragam abu putih nya, saat awal perkenalan ku dengan nya, aku yang saat itu sedang mengikuti penggemblengan jasmani dan rohani dengan teman seperguruan pencak silat tapak suci, terseret arus gelombang laut yang tetiba saja bergulung tinggi saat sedang semedi duduk bersila di tepian laut.
Mas Nano yang asli warga pesisir pantai dan Ayah nya seorang nelayan sangat lihai berenang dan menyelam langsung melompat ke dalam laut menyelamat kan ku.
Aku masih murid kelas satu SMP saat itu dan Mas Nano yang ternyata murid Ayah ku masih kelas dua SMA. Dia cinta pertama ku dan selalu jadi terindah dalam hati ku hingga kini .
Lima belas menit lebih Mas Nano berjuang melawan ganas nya ombak laut sore itu untuk menyelamatkan ku, sementara di pantai team perguruan silat ku berkerumun di tepian pertemuan antara lautan dan daratan , berdo'a tanpa henti memohon keselamatan kami.
Ayah Mas Nano yang diberitahu tetangga berlarian menuju tempat anak nya nekad menyelam tanpa alat pengaman, sama dengan anak lelaki nya, Ayah Mas Nano pun tanpa memikirkan keselamatan mencebur kan diri ke dalam lautan membantu anak nya yang muncul dan tenggelam berkali - kali dalam ganas nya ombak laut.
Saat kami bertiga sampai di tepi pantai tubuh ku di raih oleh Ayah dan Akmal yang telah berada di sana setelah di jemput salah satu guru silat ku. Alhamdulillah aku selamat berkat pertolongan Mas Nano, Ayah nya dan Ayah ku yang membantu menyadarkan ku dari pingsan dengan keahlian CPR Ayah yang di pelajari saat kuliah.
Dan sejak saat itu aku kian dekat dengan Mas Nano, semakin lama mengenal nya aku semakin suka dengan Akhlak dan kepribadian nya yang sangat baik di tambah lagi karena Ayah Mas Nano yang juga merangkap ustadz di kampung nya dan Mas Nano sendiri pun pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren selama beberapa tahun membuat nya menjadi lelaki sempurna bagi ku.
Enam tahun setelah kedekatan diantara kami Mas Nano baru berani mengakui perasaan nya kepada ku, saat itu aku baru menyelesai kan pendidikan di SMA sedang berjuang untuk masuk ke perguruan tinggi, sedang Mas Nano pun baru menyelesaikan kuliah nya di Institut Agama Islam Negeri di Ibukota jurusan Tarbiyah , dan baru di terima kerja menjadi guru di sebuah sekolah islam setingkat SMP di kota kecamatan tempat tinggal kami.
Hari - hari ku di penuhi warna indah saat itu, hubungan kami pun mendapat restu dari orangtua kami,. Ibu bahkan sangat berharap kami bisa dipersatukan di pelaminan.
Sampai pada suatu ketika Ayah mendapat undangan dari Alumni perguruan tinggj negeri tempat Ayah menimba ilmu dan bertemu dengan Sahabat yang telah berpisah sejak mereka wisuda bersama dan menempuh jalan hidup masing - masing. Mereka saling bertukar cerita tentang keluarga dan anak - anak mereka, Ayah yang selalu membawa foto Ibu dan kami anak - anak nya di dalam dompet menunjukan kepada pak Handoko sahabat nya.
Pak Handoko memandang wajah ku di dalam foto sangat lekat lalu tersenyum.
" Ini siapa Mas Hasan Wanita cantik yang duduk di kursi " Tanya nya ramah
" Oh... ini Emil pembajeng ku , wanita tercantik di rumah kami " Jawab Ayah ku bangga .
" Emiil... berapa tahun usia nya sekarang ? " Selidik Pak Handoko ingin tahu .
" Duapuluh satu tahun baru bulan kemarin ulang tahun, sedang menyelesaikan tugas akhir di akademi managemen informatika di kota T, kotamadya tempat kami tinggal.., Maklumlah Mas yang nama nya anak perempuan satu - satu nya jadi Ibu nya tidak mengizin kan Dia sekolah jauh jauh ''
Cerita Ayahku panjang lebar .
" Kebetulan nih Mas., Anak pertama ku cowok beda tiga tahun dari anak jenengan, baru wisuda S1 Tekhnik sipil tiga bulan lalu dan saat ini aku beri Dia tugas menjalan kan CV ku di bidang kontruksi jalan, menerima proyek pemerintah di bidang pembangunan jalan.., gimana kalau kita menyambung silaturahmi menjadi keluarga Mas " Pinta Pak Handoko penuh harap.
Ayah terdiam sesaat , ada kebimbangan dalam diri nya, Ayah tahu saat itu aku sedang menjalani ta'aruf dengan Mas Nano, dan meski orangtua Mas Nano kehidupan nya hanya pas pasan saja di bawah ekonomi keluarga kami namun Ayah tahu sebaik apa Mas Nano dan sebesar apa tanggung jawab nya sebagai lelaki, sebaik apa kepribadian nya dan yang lebih memberat kan, Ayah mengerti seberapa besar cinta diantara kami dan pengharapan ku, Ibu dan adik - adik ku dengan masa depan kami bersama.
Namun di sisi lain pun Ayah tak sampai hati jika menolak maksud baik sahabat nya untuk menyambung kekeluargaan diantara mereka, Ayah tak punya nyali untuk mengecewa kan sahabat nya. Akhir nya Ayah pun dengan jujur menceritakan kedekatan ku dengan Mas Nano, di luar dugaan ternyata Pak Handoko tak terlalu memperdulikan keberadaan lelaki yang dekat dengan ku.
" Masih ta'aruf kan mas..?!, berarti belum ada ikatan dong, aku fikir sih selama belum ada janur kuning melengkung menghias rumah berarti masih ada kesempatan untuk anak ku " Ucap nya penuh percaya diri.
" Iya sih...., tapi mereka sudah dekat sangat lama loh mas dari Emil masih kelas satu SMP dan cowok nya masih jadi murid ku sampai sekarang Emil hampir menyelesai kan D lll nya , memang sih mereka memutus kan untuk ta'aruf baru dua tahun lebih belakangan ini.., maka nya aku gak sampai hati memisah kan mereka " Jawab Ayah sedikit tak enak hati dengan sahabat nya .
" Gimana kalau kalau kasih kesempatan sama anak ku untuk mengenal anak jenengan Mas Hasan "' Ayah Mas Hardi menatap Ayah dengan sorot permohonan .
Pada akhir nya Ayah tak sampai hati menolak keinginan sahabat nya, dan hari itu selesai acara reunian Pak Handoko mengajak Ayah mampir dan menginap di rumah nya yang hanya berjarak dua kiloan dari Hotel tempat berlangsung nya acara .
Pak Handoko mengenal kan Ayah dengan keluarga nya , isteri dan kedua adik kembar Mas Hardi . Saat itu Ayah tidak bertemu dengan lelaki yang akan di jodohkan dengan puteri nya karena Mas Hardi masih di luar kota mengurus proyek di daerah dan beru akan kembali tiga hari mendatang. Ayah hanya mengenal Mas Hardi dari foto - foto yang di tunjukan Pak Handoko.
Esok nya Pak Handoko dan isteri nya mengantar Ayah pulang ke rumah dengan mobil mewah nya, Kijang Inova keluaran terbaru, sengaja beliau pilih mobil termewah nya untuk menunjukan eksistensi nya sebagai pejabat Daerah.
Kedua orangtua Mas Hardi langsung suka begitu berkenalan dan bertatap muka dengan ku dan sejak itu mereka menjadi sering main ke rumah terutama saat libur beserta anak - anak mereka , dan aku yang pembawaan nya supel langsung akrab dengan mereka tanpa ku tahu ada maksud tersembunyi di balik semua kedekatan mereka , terutama anak lelaki nya yang serupa perangko sering nempel dengan ku tanpa merasa risih kadang menjadi orang ketiga saat aku sedang bersama kekasih ku .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments