Maaf Terlambat Mencintai Mu
Ku langkah kan kaki ku menyusuri sepanjang tepian pantai di kota T, tempat kelahiran yang telah aku tinggal kan beberapa tahun belakangan karena mengikuti suami yang tinggal di kota lain.
Aku main kan deburan ombak yang menghem pas di kaki ku., aku tumpah kan segala rasa kecewa , amarah dan luka yang masih membekas di pipi kiri akibat tamparan lelaki yang menjadi imam ku.
Drrrt...drrttt..ddrrrrtt
Android ku bergetar lagi, ku abaikan panggilan yang tertera dalam layar ponsel ku.
Sedari tadi puluhan panggilan dari lelaki yang melukai pipi ini terus memenuhi layar ponsel dan tak ku indahkan panggilan nya .
Aku kembali ke kota kelahiran ku ini sendiri, tanpa memberitahukan nya ke siapa pun, jangankan ke lelaki yang sangat aku benci
itu, ke ketiga anakku pun tidak bahkan keluarga ku, orangtua , adik - adik ,family dan teman - teman ku pun tak ada yang tahu kehadiran ku di pantai ini.
Kurebah kan tubuh ku di atas pasir lembab menerawang ke atas langit luas, menatap burung camar yang riang berterbangan kian kemari.., menukik ke bawah saat di lihat nya seekor ikan di atas permukaan lalu kembali naik ke atas membawa mangsa nya pergi entah kemana.
Aku ingin seperti burung camar itu yang tanpa beban bebas melangkah kemana pun mereka suka, melalang buana hingga ke negeri tak berbatas.
" Ka... sedang apa sendirian di sini.. ?! "
Sebuah suara yang cukup familiar membuyar kan lamunan ku.
Ku alihkan pandangan ku menatap sesosok lelaki bertubuh sedang dengan balutan kaos berkerah V berwarna biru laut dan celana pendek katun berwarna cream.
Lelaki itu tersenyum memandang ku dan mengulurkan tangan nya , meraih tangan ku membantu bangun dari rebahan di atas pasir.
Aku duduk melipat lutut, melingkar kan kedua lengan ku pada lutut dan menyandar kan dagu di atas lutut. Dia melakukan hal yang sama seperti yang ku lakukan.
" Bagaimana kau tahu keberadaan ku " Tanya ku datar tanpa memandang wajah nya.
" Gak sengaja sih ka, tadi kan sedang cari remis , cangkang kerang yang banyak terdampar di pinggir pantai terus aku lihat seseorang telentang di atas pasir dan feling ku mengaatakan aku mengenal sosok yang tiduran di atas pasir , jadi aku kemari, setelah dekat ternyata benar ini kaka.., sejak kapan kaka di sini " Dia memandang wajah ku dari samping.
" Baru satu jam yang lalu " Jawabku malas.
" Sudah mampir ke rumah..?! " Selidik nya .
Aku menggeleng kan kepala ku pelan dengan tatapan hampa memandang lautan lepas.
"' Kaka dari rumah atau kantor.. , kenapa tidak ke rumah dulu.. kenapa langsung kemari "
pertanyaan nya beruntun.
" Sedang ingin sendiri aja " Jawabku enggan.
Dia diam, adik bungsu ku yang terpaut tiga belas tahun dengan ku ini meski masih tergolong remaja namun sifat nya lebih dewasa di banding dengan anak seusia nya.
Senja menampakan wajah nya, semburat oranye memperlihatkan kecantikan paras
semesta , menandakan mentari yang akan segera ke peraduan nya bersembunyi pada tubuh bulat sang bumi untuk kemudian menampakan kembali bias sinar nya esok hari dengan secercah harapan bagi umat manusia.
" Ka .. sudah menjelang magrib , ayu pulang " Ajak nya hati - hati.
Ku anggukan kepala, Lalu Dia meraih tangan ku membantu ku berdiri dari duduk.
Dia menenteng satu tas kantong plastik hifam di tangan kiri nya, berjalan berjajar mengiringi langkah kaki ku.
" Keparkiran Pos PolAir Ka, motor aku titip kan di sana sama mas Ardi tetangga kita yang jadi petugas polisi penjaga pantai "
Pinta nya pada ku dengan lembut.
Ku ikuti langkah nya menuju tempat yang Dia tunjukan, di sebelah timur pantai lima ratus meteran dari tempat ku rebahan tadi.
" Ka.. mana kendaraan mu ?! " Dia memutar pandangan ke sekitar pantai .
" Aku gak bawa " Jawab ku singkat.
" Ooo ya udah bonceng aja sama aku " Seulas senyum mengembang memperlihatkan lesung pipit nya kian menambah manis paras nya yang ayu seperti wanita meski Dia lelaki tulen namun wajah oriental nya lebih mirip wanita, halus dan lembut tanpa kumis.
Di nyalakan mesin motor nya dan aku duduk di belakang , memeluk pinggang nya erat.
Di perempatan lampu merah seorang gadis menatap kami sinis dengan balutan cemburu.
" Eksan sejak kapan selera mu jadi tante tante gitu...Iiiihhhh jatuhin harga aja loe.. "
Sungut gadis berkaos hijau lengan panjang dengan paduan celana jeans ketat yang membonceng motor scoopy.
Lelaki remaja adikku hanya tersenyum ramah membalas cemoohan sang gadis. Ku toleh kan wajah memandang perempuan di motor scoopy yang kian kesal mendapat balasan hanya seulas senyum.
" Siapa Dek.. ?! Pacar mu.. ?! Seperti nya kesal banget sama kita " Tanya ku ingin tahu.
" Bukan ka.. Dia kaka setingkat di atas ku di tempat kuliah.. Biasa Ka.. penggemar.. "
Jawab nya penuh percaya diri.
" Heeemm ge'er banget kamu., berasa paling tampan aja ... " Cibir ku yang langsung di balas dengan tawa lepas oleh nya.
Saat lampu hijau menyala Dia tancap gas, aku sengaja memeluk pinggang nya lebih erat dan ku rapat kan tubuh ku ke punggung nya. gadis di atas motor scoopy membulatkan mata nya, wajah kesal nya terlihat jelas dari balik kaca helm yang dikenakan nya.
Ku lempar kan seulas senyum puas campur geli melihat rona merah amarah nya. Adikku mengikuti permainan ku digenggam nya tangan ku yang melingkar di perut nya. membuat pandangan gadis itu kian panas .
Lalu Dia melajukan motor nya kencang melewati kami. yang tertawa seperti mendapat permainan baru.
Wajah oriental si bungsu yang mirip artis Roger Danuarta dengan tatapan mata sendu, alis tebal berbaris serupa bulan sabit , hidung lancip, bibir tipis membelah di bagian bawah berwarna pink plus lesung pipit yang menambah pesona nya saat tersenyum sedari kecil selalu jadi idola para wanita.
Dulu saat Dia masih balita dan aku yang saat itu masih sekolah SMA, setiap aku ajak main kemana pun selalu jadi pusat perhatian, dan setelah menjadi ABG dari kelas lima Sekolah Dasar saja sudah banyak gadis yang suka cari perhatian kepada nya.
Dia tipe anak yang mudah bergaul meski sedikit pendiam , mudah menyesuaikan diri dan pandai membawa diri . Dari keempat adik ku sejak kecil Dia yang jadi kesayangan ku.
Dengan anak - anak ku juga Dia yang paling dekat di banding adik yang lain.
Aku anak pertama dari lima bersaudara. satu - satu nya anak perempuan dalam keluarga.
Ayah sudah meninggal Delapan tahun yang lalu dua tahun setelah aku menikah . Dua adik ku sudah menikah , sudah memiliki rumah sendiri dan kaka si bungsu memilih bekerja di laut sebagai Mualim di sebuah kapal pesiar, praktis ibu hanya tinggal berdua dengan si bungsu dan seorang asisten rumah tangga yang sudah seperti keluarga sendiri karena sudah ikut keluarga kami dari si bungsu lahir.
Di sepanjang jalan yang kami lalui dari pantai menuju rumah yang menempuh jarak tujuh kilo meter seringkali saat berpapasan dengan wanita yang mengenal adik terutama para penganggum nya selalu memandang kami dengan tatapan tak mengenakan. Sementara Dia tetap cuek dengan perlakuan mereka dan tetap melajukan motor nya pelan.
sebagian dari warga sekitar lingkungan ibu ku yang masih muda terutama yang sepantaran si bungsu memang tak mengenal ku, karena sejak menikah dan di boyong suami ke kota yang berjarak satu jam dari kota kecamatan tempat keluarga ku tinggal aku hanya pulang saat lebaran saja dan saat ada momen tertentu itu pun tak pernah diizin kan menginap lama paling sehari dua hari .
--------------------------------------------------------------+++
Hai Kaka Readers perkenalkan ini karya perdana ku semoga suka
Jika menghibur tolong tinggalkan kesan dengan like , komen dan vote
Terimakasih tuk redaktur yang sudah menerima karya ku
😍Love four all 😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Nur
Baru baca...sepertinya menarik. semangat berkarya thor
2024-06-10
0
Murni
baru mulai baca nya, tpi kenapa risih banget dgn panggilan ka nya atau kaka nya ya, knpa ngak ditambah aja k nya kan ngak ribet juga
2021-06-25
0
Off
hay ka aku mampir...bawa like & semangat buat kaka Author
2020-05-14
0