Malam itu aku di manja kan oleh adik ku yang sengaja pulang dari negeri rantau untuk mendampingi ku dan Yu Tinah wanita yang sudah mengabdi pada keluarga ku dari awal Eksan lahir hampir dua puluh dua tahun ini , kasih sayang nya yang menyerupai Ibu ku menjadikan ku terkadang manja kepada nya, di keluarga kami tak pernah memperlakukan sebagai pembantu tapi lebih seperti saudara bagi kami.
Erza mengelus rambut dan kening ku lembut sedang Yu Tinah memijat kaki hingga telapak kaki ku lembut hingga aku terlelap dalam buaian mimpi .
Flasback on !!
Malam ini dalan tidur aku bermimpi saat kepulangan ku dari Bali bersama Mas Hardi
Seminggu lebih aku meninggal kan keluarga dan kekasih ku membuat rindu menyeruak membuncah dalam dada. sepanjang perjalanan pulang aku sudah memimpikan bagaimana nanti saat aku menjumpai kekasih ku, sepanjang jalan aku memasang telinga ku dengan walckman dari minitape dengan lagu Kangen nya Dewa 19. Sesekali aku ikut menyayikan lirik lagu Kangen
🎵 Semua kata rindu mu semakin membuat
ku tak berdaya...
menahan rasa ingin jumpa..
Percayalah padaku aku pun rindu kamu
Ku akan pulang...
Melepas semua kerinduan yang terpendam
Jangan katakan cinta menambah beban rasa
Sudah simpan saja kerinduan mu itu
Ku akan da..taa..ng..
ku hayati lagu penuh penghayatan mewakili diri ku saat itu yang memendam berjuta rindu pada kekasih ku Mas Nano..! , senyum yang tak mampu ku bendung terus mengembang dari sudut bibir ku tiap kali aku bayang kan saat nanti ku jumpai kekasih hati ku.
Tanpa ku sadari di samping ku lelaki yang duduk memegang kemudi stir mobil sering kali mencuri pandang kepada ku menatap dengan rasa cemburu, kecewa dan amarah tertahan dalam dada nya tiap kali aku tanpa sengaja menyebut nama Mas Nano.
" Baru juga berpisah seminggu'an, tingkah mu sudah serupa puluhan tahun berpisah !! "
Sindir Mas Hardi dengan sorot sinis.
Aku hanya diam menanggapi sindiran nya .
Karena kamu tidak tahu rasa nya memendam rindu sama orang yang sangat kamu cintai, jangan kan seminggu baru sehari aku sudah gelisah rasa nya ingin cepat kembali ke rumah, aku tak bisa menikmati sedikit pun perjalanan dan liburan ke Bali bersama keluarga mu, aku memasang wajah senang di depan orangtua mu hanya untuk menghargai dan menghormati karena Ayah mu sahabat baik Ayah ku saja. Bisik ku dalam hati. Ku hela nafas menahan sesak dalam hati . ku pejam kan mata dan kembali kunikmati lagu - lagu cinta dari Dewa 19 .
menjelang isya mobil baru sampai di depan rumah . Ibu , Ayah ,Yu Tinah dan adik - adik ku sudah berdiri menyambut kami . Begitu turun aku langsung menghambur ke dalam pelukan Ibu yang di balas Ibu dengan mencium wajah ku berkali - kali , lalu ke pelukan Ayah yang mencium kening ku lama penuh rasa rindu, dan lepas dari pelukan Ayah, berganti adik - adik meraih tubuh ku dan mengunci nya dalam dekapan mereka .
" Keluarga Teletabies sedang beraksi.." Gumam lirih Mas Hardi, namun suara nya masih terdengar oleh aku dan adik - adik, membuat Erza melotot kan mata menahan marah dengan ejekan nya.
Tanpa menghirau kan sindiran nya aku tarik adik - adik dengan menenteng tas kresek berisi oleh - oleh yang ku beli di Bali untuk mereka. Di ruang tengah, ruang keluarga aku hamparkan kaos - kaos karakter pulau Bali , gantungan kunci dan sandal, aku pasrah kan mereka untuk memilih sendiri sesuka mereka, aku menyimpan koas, sandal dan gantungan kunci couple untuk ku dan Mas Nano. Baju batik Bali untuk Ayah, daster untuk Ibu dan Yu Tinah dan pai susu serta kacang Bali untuk keluarga ku dan sedikit untuk orangtua Mas Nono berikut gantungan kunci untuk adik dan kaka Mas Nano.
Ada sedikit rasa kecewa karena Mas Nano tidak ikut menyambut kepulangan ku, padahal aku sudah mengirim SMS berkali - kali meminta Mas Nano untuk ke rumah selepas Maghrib, tak ada balasan seperti biasa nya. Aku mencoba menelfon saat sudah memasuki gerbang perbatasan kota ku, pun tak di angkat nya.
" Dek Mas Nano ke rumah gak tadi sore ?! " Tanya ku pada adik - adik ku.
" Mas Nano sedang mengikuti perkemahan kwarcab Mbak di bumi perkemahan L di lereng gunung slamet " Jelas Erza. Dia yang dekat sama Mas Nano selain Eksan dan sering pergi berdua untuk keperluan sesuatu.
" Oh... sejak kapan dek..! , di sana berapa hari ya.. kira - kira pulang nya kapan " Suara ku mengambang sedkit kecewa karena Mas Nano tak sedikit pun cerita dengan kegiatan yang di ikuti nya kali ini tidak seperti biasa nya yang selalu meminta pendapat ku tiap akan mengikuti kegiatan apa pun .
" Sudah sejak kemarin. paling juga besok sudah pulang.. Sabar .. tahan dulu melepas kangen nya hehehehee " Goda Emran melihat raut wajah sendu ku. Lalu mengacak rambut ku dan berlalu ke ruang dapur, kembali lagi dengan segelas teh hangat, menyodor kan ke arah ku.
" Minum dulu Mbak .., biar gak kedinginan " Seulas senyum terkembang di wajah handsome milik nya.
Aku meraih gelas dari tangan Emran dan menyeruput teh hangat beraoma melati, meresap hangat dalam tubuh ku.
" Mbak Emil, di suruh keluar ke ruang tamu sama Ayah "
Yu Tinah menepuk bahu ku lembut.
Ku langkah kan kaki menuju ruang tamu. Mas Hardi sudah berdiri dengan Ayah dan Ibu di sana.
" Sini Nok.., ini Mas Hardi mau pamit pulang " Suara Ayah lembut dengan seulas senyum.
" Oh.. sudah mau pulang..? " Tanya ku basa basi.
" Iya ni Nak Hardi gak nginep aja di sini, sudah malam loh " Tanya Ayah tulus.
Mas Hardi tersenyum ke Ayah.
" Gak usah Om, takut ngerepotin.." Jawab nya ramah. menundukan kepala lalu beranjak keluar rumah. Aku mengikuti dari belakang mengantar sampai masuk ke dalam mobil.
Mas Hardi mengulurkan tangan mengajak berjabat tangan, aku menyambut nya.
" Mau nginap gimana .. ,wong cuma di anggur kan saja ko " Gumam nya kesal ke arah ku.
Ku abaikan kekesalan nya, dengan senyum ku. lambai kan tangan.
" Hati - hati di jalan Mas.." Sapa ku ramah.
Mas Hardi mengangguk membalas nya, membunyi kan klakson sekali lalu berlalu meninggal kan rumah.
*****************
Sedari semalam aku gelisah,.ada perasaan tak nyaman menyergap dalam hati, seperti sebuah firasat akan terjadi hal yang tak ku ingin kan, seharian ada perasaan kesal dan ingin menangis tapi tak ku pahami karena
apa aku kesal dan untuk apa aku menangis.
Berkali - kali.aku mencoba menghubungi Mas Nano, ponsel nya masih tidak aktif , ku kirim sms pun belum masuk.
Dalam gelisah ku pilih untuk datang ke rumah orangtua Mas Nano, aku minta Erza yang sedang libur untuk menemani ku ke rumah Mas Nano.
Sampai di sana aku hanya bertemu dengan Ibu Mas Nano yang menyambut kami hangat, Ibu Mas Nano yang sedang menjemur ikan asin di samping rumah untuk nanti di jual ke tengkulak menghentikan aktifitas nya .
" Oalalaa.. Den Ayu sampun wangsul to, teros nipun enten Bali ( Oalalala Nona sudah pulang to kata nya ke Bali ) "
Aku meraih tangan Ibu Mas Nano untuk mencium nya namun ditepis lembut.
" Mambet gereh Den ( Bau ikan asin Non ) " Ucap nya lembut.
' mboten nopo - nopo Mak,.. sampun nimbali Den Ayu.. , Emil mawon..( Gak papa Mak, jangan panggil Nona .. Emil saja ) " Pinta ku risih karena selama ini orangtua Mas Nano dan keluarga nya masih saja memanggil ku Den Ayu seperti sebagian warga lain di kampung sekitar yang satu kecamatan dengan kampung ku.
Di kota kecamatan kecil tempat kelahiran ku Nama Ayah dan Ibu ku lumayan di kenal sebagai satu - satu nya guru berstatus PNS yang asli berasal dari kampung kami yang lain mayoritas migrasi dari daerah lain. di tambah lagi kakek dari pihak Ibu yang pensiunan polisi dan terakhir menjabat sebagai kepala polisi sektor di kecamatan tetangga sebelah kecamatan kami dan gelar Raden Mas yang di sandang Kakek membuat keluarga ku cukup di segani di lingkungan masyarakat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Michelle Avantica
jadi mas Nano nya itu sakit atau kecelakaan ya 🤔
2020-10-26
1
safitri
sebenernya ceritanya menarik,,cuma alurnya maju mundue, maju mundur,perlu ekstra mikir untuk ngerti alurnya....
2020-07-18
2
Agustina Lestari
knp alurx muter² siih bkin pusing aja bacax
2020-05-08
0