Sesampai di rumah Ibu, Yu Tinah dan Eksan sudah berdiri di depan rumah menunggu ku, Ayah menuntun turun dari mobil sembari memberi kode kepada ibu untuk tidak bicara apa pun, Ibu memeluk erat memapah masuk ke dalam kamar dan membaringkan di tempat tidur lalu menyelimuti ku tanpa bicara apa pun sesuai perintah Ayah. Sesaat kemudian Yu Tinah masuk membawa segelas susu coklat hangat ke sukaan ku.
" Di minum dulu Nok,.buat ngangetin badan mu..., ini tangan sama kaki mu atis ngene "
Ibu menyodor kan gelas membantu meminum kan dengan sangat pelan.
" Kamu istirahat saja dulu ya.." Pinta Ibu lembut membelai rambut ku dan kening ku kebiasaan sejak kecil jika aku susah tidur Ibu atau Yu Tinah akan membelai kepala dan mijat kening ku. Yu Tinah memijat telapak kaki ku yang sedingin es dengan baluran minyak kayu putih.
Sayup sayup ku dengar Ayah menceramahi seisi anggota keluarga termasuk Ibu dan Yu Tinah.
" Untuk sementara ini Ayah minta tolong sama kalian , beri ruang dan waktu sama Mbak Emil., apa pun yang Mbak Emil lakukan selama tidak membahaya kan diri nya , biar kan saja, jangan pernah berkomentar apa pun apalagi yang nyerempet ke nasehat . Dalam kondisi seperti nya saat ini, nasehat sebijak apa pun tak kan di dengar nya apalagi kalimat yang membuat nya semakin merasa bersalah dan tersudut kan, yang lebih di perrlukan oleh nya perhatian kita, biar nanti waktu yang akan
menyembuhkan nya sendiri " Nasehat Ayah panjang lebar.
**************
Fkasback off !!
Pukul lima empat puluh lima menit aku terbangun saat Yu Tinah menyentuh pipi ku lembut.
" Mbak.., mandi ya , Yu Tinah bantuin pake waslap terus habis itu pindah ke minibed dulu, sprei nya mau di ganti sama perawat " Ucap Yu Tinah lembut.
Erza beranjak keluar,.Yu Tinah menutup semua korden dalam ruangan kemudian dengan telaten dan lembut nya membersih kan seluruh tubuh ku dan mengganti semua pakean yang aku pake plus membantu ku menggosok gigi.
Setelah selesai Yu Tinah membuka korden kembali dan memanggil Erza untuk membantu mengangkat tubuh ku ke minibed yang jadi tempat tidur penunggu pasien.
Erza masuk membawa kursi roda.
" Cantik..pasti jenuh kan dalam ruangan terus mumpung sudah mandi, sudah bau wangi biar lebih segar., jalan jalan yuk.., ke taman di balkon . " Ajak nya dengan seulas senyum. Lalu mengangkat ku dan mendudukan di atas kursi roda. Erza membawa ku ke luar ruangan tepat ketika seorang petugas kebersihan masuk untuk membersih kan kamar dan mengganti sprei ranjang pasien .
" Mbak Emiil...?? " Sapa nya terkejut menatap ku di ataa kursi roda.
" Ainun...?, wah kamu kerja di sini ya " Balas Erza tersenyum ramah.
" Emmm iya Mas Erza.., aku kerja jadi cleaning service di rumah sakit ini , Mas.Erza kapan pulang ke Indo..? " Balas Ainun malu - malu dengan menundukan kepala .
" Baru kemarin Nun., ini juga belum sempat ke rumah soal nya langsung ke mari " Jawab Erza ramah masih dengan seulas senyum manis nya .
Ainun mendekat ke arah ku dan berjongkok di hadapan ku dan mencium tangan ku lembut.
" Mbak Emil sakit apa..?, sejak kapan di rawat di sini..?, Maaf ya Mbak .. Ainun baru tahu , soal nya kemarin dapat shift sore di lantai dua " Ainun menatap mata ku lembut.
Setetes kristal bening menggenang di mata , ku tatap mata yang sangat ku rindukan di dalam kelopak mata gadis di hadapan ku, dari ke tiga adik Mas Nano dan dua orang kaka nya hanya Ainun si bungsu yang memiliki paras sangat mirip Mas Nano terutama manik mata coklat terang nya yang serupa mata boneka .
" Mbak Emil kenapa..?, jangan nangis, Ainun minta maaf .." Suara Ainun terpotong saat aku berusaha meraih tubuh nya untuk ku peluk. Ainun beranjak beridiri dan membalas erat pelukan ku.
" Mbak kangen Mas Nano.Nun.., semakin besar kamu kian mirip dengan almarhum " Bisik ku tercekat di tenggorokan .
Ainun melepas kan pelukan nya, menatap ku sendu , mengerjap kan mata lalu berusaha tersenyum untuk menutupi perasaan nya.
" Mbak kalau kangen Mas Nano , kirim Al -Fatikhah aja untuk nya.. ,, maaf Mbak aku harus nyelesein kerjaan dulu, nanti sore lepas tugas Ainun temenin Mbak " Ucap nya lembut , mencium tangan ku lembut.
Erza membawa ku keluar ruangan ke taman di balkon samping ruang tunggu, Yu Tinah membawa makanan jatah dari rumah sakit .
Erza meminta nampan makanan dari Yu Tinah lalu menyuapi ku pelan. Sebagian orang yang lewat melintasi kami seringkali menoleh kan pandangan nya kepada kami.
Kunikmati pemandangan dari atas balkon lantai empat rumah sakit tempat ku di rawat, sinar mentari mulai menampakan keelokan wajah nya, bersinar hangat menghempas kan embun - embun di dedaunan memberi aroma alam yang menyejukan .
Jalanan di bawah di luar rumah sakit mulai terlihat ramai oleh lalu lalang kendaraan roda dua dan roda empat , para pekerja mulai, orangtua pengantar anak anak nya ke sekolah dan anak- anak mengayuh sepeda serta mahasiswa mengendarai motor menjadi pemandangan tersendiri dalam setiap pagi di kota ku. Ada rindu menyeruak dengan aktifitas yang ku tinggal kan karena harus terjebak di sebuah ruang di lantai empat ini.
Rindu aktifitas keseharian ku, mengantar Zahwa dan Zarra lalu pergi berangkat kerja , berjibaku dengan pengendara - pengendara lain yang terkadang tak sabar dengan kepadat an lalu lintas malah pada akhir nya menambah macet. Ku gigit bibir bawah ku menahan sesak .
Sekian detik kemudian ku lihat mobil yang sangat ku kenali masuk ke gerbang rumah sakit. Mobil Mas Hardi di belakang nya mobil mertua ku pun turut mengantri di loket masuk rumah sakit . Lima menit kemudian ku dengar suara heboh mertua ku dan si kecil Daffa menanyakan keberadaan ku pada perawat saat tak di temui nya aku dalam kamar .
'" Suster...,.pasien di ruang 407 kemana ya..,? apa di pindah kan ke ruangan lain.. ? " Tanya Ibu mertua ku cemas .
" Papah.... mamah nya gak ada... mamah... mamah ke mana.., mamah Daffa hilang..hiks hiks hiks.." Tangis si kecil dalam pelukan gendongan susi babysister nya.
Suster yang tak mengetahui kepergian ku ikut sibuk mencari kami , sebenar nya saat ku dengar rengekkan Daffa aku meminta Erza untuk mendorong kursi roda ku menemui nya . Erza menggelengkan kepala nya dengan meletakan jari telunjuk nya ke mulut meminta ku untuk tetap diam saja di tempat.
" Sekali waktu beri mereka pelajaran Mbak, jangan terlalu nurut jadi orang.. " Bisik nya lembut di telinga ku. Erza lalu menggeser kursi roda ku ke ujung taman menjauh dari kamar ku, di sembunyi kan di rimbunan pohon pucuk merah dan Erza duduk di bawah nya dan Yu Tinah duduk di kursi buatan dari semen yang tertutup rimbunan pohon melati.
Mereka terlihat panik pun petugas jaga di ruang paramedis , seorang petugas kebersih an yang melihat keberadaan kami menunjuk kan kepada mereka di mana kami berada dari foto ku yang di tunjukan Mas Hardi kepada nya.
" Ya Allah Nak Emil..,. kami panik mencari - cari mu ternyata ada di sini.. " Ibu mendekat meraih tangan ku mengusap - usap lengan ku lembut. Erza berdiri tegak di samping ku.
Daffa meronta turun dari pangkuan Susi lalu menghambur ke arah ku naik ke kursi roda di bantu Erza.
" Mamah... Adek kilain ilang...adek takut.." Ucap nya polos menatap ku lembut.
Kurapikan rambut si kecil yang sedikit berantakan , ku usap sisa airmata di pipi lembut nya, ku cium ujung rambut nya lalu kubenam kan wajah nya ke dalam pelukan ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Slamet Diana
ceritanya mengandung bawang
2020-09-24
0
Linda Lidya
nyesek banget 😓😓
2020-04-20
1
Erica-crisdiana Diana
ya alloh gg terasa pipi q juga basah smbil baca
2020-04-06
2