Mas Hardi duduk di bangku panjang sedang wanita itu bergayut manja melingkar kan lengan nya di perut Mas Hardi dan merebah kan kepala nya di bahu nya.
Erza memutar kursi roda ku menuju arah mereka bermesraan tanpa meminta bertanya kepada ku lebih dulu.
" Za... apa yang kamu lakukan " Bisikku lirih.
" Stttt sudah Mbak Emil nurut sama aku aja, tunjuk kan ke lelaki kadal buntung itu Mbak sudah tidak peduli lagi sama Dia . bisa kan..? " Pinta lembut, menghentikan dorongan nya sejenak menatap manik mata ku memasti kan aku bisa mengikuti permainan nya.
Ku anggukan kepala ku dengan seulas senyum untuk meyakin kan Erza aku sudah terlalu biasa melihat kelakuan nya selama ini.
" Oke ... Mbak tarik nafas tunjukan Kau wanita tangguh " Erza menyemangati ku.
Kami melintas di depan mereka dengan melihat video - video lucu yang berhasil di rekam oleh Erza selama bekerja di kapal pesiar, aku tertawa sambil sesekali bertanya atau memberi komentar hingga saat lewat di depan mereka tak sedikit pun ada beban dalam diri .
Mas Hardi beranjak mengikuti kami meninggal kan wanita yang terus memanggil nama nya.
" A...aa... aa Hardi.. eleuh..eleuh si lalaki takut isteri..., neng di tinggalin .. Barakokok sia agh... karuenya.. beledug... !!! " Umpat wanita itu kesal menghempas kan kaki nya ke lantai dan mengejar Mas Hardi .
Aku. tertawa sejadi - jadi nya mendengar umpatan wanita itu sampai orang - orang yang ku lintasi atau berpapasan dengan kami melongo melihat ke arah kami .
" Orang kalau jahit baju kan pake nya ukuran sendiri.., nyurigain isteri selingkuh .. eh ternyata karena diri nya kadal busuk " Sindir Erza sinis .
Mas Hardi berjalan lebih cepat melewati aku dan Erza yang memang sengaja mendorong ku sangat pelan, di ikuti oleh wanita yang terus memanggil nama nya.
" Malu Dia Za.., ketahuan belang nya sama kita " Ku ulas kan senyum puas .
Sesampai di ruangan Ibu, Emran dan keluarga Mas Hardi kumpul di sofa yang tersedia di samping ruang perawat. Erza membawa ku masuk ke dalam kamar,. mengangkat tubuh ku di bantu Emran lalu menyelimuti ku.
Ibu datang menghampiri ku dan bertanya pada Erza tentang terapi yang ku jalani, menanya kan kenapa lama sekali .
" Terapi nya lancar , tadi Mbak Emil jenuh dalam ruangan terus minta jalan - jalan dulu jadi Aku cari jalan berputar , pas mau naik pake lift sesak males nunggu ya udah kita ke atas jalan kaki.., Ya kan Mbak " Erza melirik ku memberi kode agar aku tak mencerita kan soal Mas Hardi. Aku memgerti maksud Dia ingin menjaga emosi Ibu .
Seorang dokter di dampingi seorang perawat masuk ke ruangan untuk memeriksa kondisi ku, Beliau tersenyum melihat kondisi ku membaik lebih dari yang di perkira kan.
" Bu Emil hari ini terlihat lebih bercahaya.. lebih fresh... kalau suasana hati Ibu seperti hari ini terus In Syaa Allah pemulihan akan lebih cepat " Jelas nya dengan seulas senyum memberi semangat pada ku.
" In Syaa Allah Dok.., terimakasih sudah membantu kesembuhan saya " Jawab ku dengan senyum sumringah sebisa ku.
Dokter slowmosione melihat senyum ku, sedetik kemudian Dia mulai menguasai keadaan, menyentuh tangan ku, mengangguk an kepala lalu pamit keluar dari ruangan ku.
" Semoga cepat sembuh Bu Emil, banyakin istirahat dan rileks kan fikiran ..,," Dokter tersenyum dengan sorot mata yang entah tak kupahami serasa menghujam jantung ku.
Selepas Dokter pergi Ibu menawari ku untuk memakan kudapan yang di buat oleh Ibu, aku menolak dengan halus, aku ingin istirahat. Kantuk menyerang ku karena kelelahan seusai terapi tadi di tambah tragedi di lorong yang harus kuakui betapa pun berusaha untuk bersikap biasa namun hati tak bisa berbohong aku kecewa dan terluka dengan pemandangan yang tak ingin ku lihat setidak nya untuk saat ini .
Flasback on !!
Dalam lelap, aku teringat bagaimana Mas Hardi berusaha meraih hati ku dalam keadaan aku berkabung atas meninggal nya kekasih hati . Tugas yang biasa nya di jalani oleh Mas Nano, mengantar dan menjemput ke kampus sekarang di ambil alih oleh nya . Tanpa lelah Dia rela meninggal kan rumah orangtua nya di Ibukota Provinsi dan tinggal di sebuah rumah kontrakan yang juga di jadikan kantor cabang perusahaan kontruksi milik Ibu Mas Hardi yang kemudian hari di limpahkan kepemilikan sepenuh nya kepada Mas Hardi.
Jarak rumah kontrakan yang hanya di tempuh dalam waktu limabelas menit memudah kan bagi nya untuk selalu berada dekat dengan ku. Hampir setiap waktu Dia bersama ku terkadang menimbul kan tanya kapan Dia menjalan kan pekerjaan nya jika waktu nya habis untuk menemui ku setiap saat. Memanjakan ku dengan barang - barang branded dengan harga yang tak terjangkau oleh kantong ku bahkan oleh mahasiswi tajir yang ada di kampus ku seringkali menimbul kan iri dengki diantara mereka hingga menimbul kan fitnah sampai tersebar rumor, jika tragedi yang menimpa Mas Nano hingga Dia kehilangan nyawa adalah karena ulah ku yang sengaja membuat sakit hati Mas Nano .
Kepergian ku ke Bali bersama lelaki yang sekarang lengket menempel kemana pun pergi adalah bukti cara ku untuk menyingkir kan Mas Nano dari kehidupan ku. Prasangka orang kepada ku, seperti saat ini saat aku sedang belanja untuk acara peringatan seratus hari kematian Mas Nano bersama , Mbak Aisha kaka perempuan nya, ada saja yang melirik tak suka dengan kedekatan kami. Dan seorang teman alumni SMA Mas Nano menarik tangan nya dari ku.
" Mbak Aisha , kamu ko masih mau sih jalan sama wanita yang sudah membuat kamu kehilangan adik lelaki mu " Tanya dengan sorot mencibir ke arah ku.
" Huumm gak boleh suudzon seperti itu Yan.., jodoh, hidup dan mati seseorang itu Allah yang mengatur, kita manusia hanya bisa pasrah menerima takdir nya. Kematian adik ku itu takdir yang Allah kehendaki bukan karena siapa pun.!!" Jelas Mbak Aisha lembut, dengan seulas senyum tulus.
".. Ya gak gitu kali Mbak Aisha.., Nano kecelakaan itu kan karena mau nemuin Dia yang pergi halimun sama lelaki yang sekarang nggantiin adik mu jadi pacar nya, berarti Dia kan sengaja tuh mau nyingkirin adik mu dengan cara licik. mau putus.. ya putus aja gak usah pake bikin orang kehilangan nyawa " Sungut nya kesal melirik ke arah dengan tatapan sinis.
Sebutir kristal bening menggenang di pelupuk mata, perih menyayat relung yang terdalam, ku tundukan kepala memejamkan mata menahan panas nya luka yang menganga.
Sungguh penilaian orang yang tak memahami rasa ku, tak megerti redam nya jiwa ku, tak tahu pedih nya kehilangan kekasih harapan membuat ku serasa ingin berlari melepas sukma dari dalam jasad ku. Biar ku susul kekasih jiwaku, biar kudatangi roh memyatu bersama di alam keabadian.
" Kalau gak tahu kebenaran diam itu lebih baik daripada bicara kabar burung malah akhir nya jadi fitnah.. ingat Dek dosa menyakiti sesama manusia lebih susah ampunan - Nya sebelum orang yang tersakiti memaaf kan " Tegas Mbak Aisha .
Kusandarkan tubuh ku diantara dinding pembatas di dalam ruko pasar. wajah ku pucat serupa kapas , tubuh ku lemas. Seorang pemilik ruko memapah ku, mendudukan aku di kursi milik nya, dan memberi ku segelas teh hangat.
" Di minum dulu Mbak Emil, buat nyegarin badan.." Ibu penjual telur tersenyum ramah.
" Maturnuwun Bu.. " Suara ku tercekat.
" Yang sabar Mbak Emil.., orang tu bisa nya cuma ngoreksi orang lain, coba minta buat ngoreksi diri sendiri mana mau Dia " Hibur nya lagi lembut.
Mbak Aisha mendatangi ku, Di usap nya keringat bercampur airnata di wajah ku.
" Gak usah dengerin omongan orang Dek.., orang yang bicara buruk itu karena Dia tidak tahu siapa kita " Hibur Mbak Aisha .
Usai membayar telur, di tarik nya tangan ku keluar dari deretan ruko di pasar, saat kami akan masuk ke dalam angkot tangan ku di tarik oleh Mas Hardi . Aku dan Mbak Aisha menoleh bersamaan ke arah nya. Mas Hardi tersenyum ke arah kami dan menundukan kepala ke arah ku. Meminta kami untuk masuk ke dalam mobil nya .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Slamet Diana
kok kaya naik rollcosternya
2020-09-24
1
Silallahi Octaviani Mentary
ceritanya muter terus, bikin bingung
2020-07-02
4
zahwa a. s
ko critanya campur "" bingung bacanya
2020-05-14
0