Bukan kah hidup terus bergerak serupa roda yang bergerak pada As nya..?? . Dan roda berputar tak selalu berada di atas..?!! Ada kala nya di bawa juga.
Begitu pula dengan hidup ku yang berputar sesuai dengan kehendak - Nya, berputar mengikuti alur kehidupan yang ditentukan oleh - Nya. Apalah kita hanya serupa wayang yang harus mengikuti alur cerita sang dalang.
Manusia boleh berencana namun hasil akhir hanya Tuhan yang punya kuasa menentukan segala yang dikehendaki - Nya. Mampukah manusia menentukan jalan hidup sendiri ketika Tuhan telah menuliskan dalam kitab Lauh mahfudz jalan hidup umat - Nya .
Serupa itu pula yang kualami, aku harus pasrah Nrimo ing pandum atas kehendak - Nya. Kehidupan di masa saat masih dalam dekapan hangat Ayah, Ibu ,adik - adik dan keluarga ku mungkin itu lah saat roda hidup ku berada di atas yang sesunguh nya , saat aku tak merasakan apa itu sakit hati, kecewa, terluka, tersakiti, teraniaya, terhina , terpojok, terhempas bahkan terpuruk seperti saat ini .
Saat hanya kebahagiaan, keceriaan dan kasih sayang seutuh nya yang selalu ku rasakan .
Bukan berarti aku tak pernah mendapat kendala atau masalah, sering juga aku harus menelan kecewa saat kenyataan yang kudapat tak serupa asa dalam angan. Serupa saat aku merasa sudah berjuang semaksimal mungkin untuk mendapat kan beasiswa di sebuah perguruan tinggi Negeri dan mimpi ku harus pupus karena status Ayah yang seorang pegawai Negeri sipil dan memiliki jabatan membuat tak ada ruang bagi ku untuk mendapat bea kuliah gratis. Dan pada akhir nya aku harus nurut Ibu untuk melanjut kan sekolah lokalan saja, yang tak mengharus kan aku kost di luar kota.
Dengan kesabaran dan penjelasan Ibu yang masuk akal toh aku bisa menerima keputusan beliau, aku sadar adik ku banyak dan mereka laki - laki calon imam lebih membutuh kan pendidikan yang terbaik untuk meraih cita - cita , asa dan masa depan nya.
Kelebat bayangan Mas Nano hadir dalam lelap ku . Lelaki yang begitu sabar dengan sikap manja ku, tabah dengan hobi ngambek jika ada yang kumau tak di penuhi. Sembilan tahun selalu hadir memenuhi hari - hari ku, dengan nasehat yang tak menggurui, dengan teguran yang tak menyakiti dan dengan segala sifat dewasa yang di tunjukan tanpa menyombong kan diri .
Aku merindukan nya sangat bahkan sejak sebelum Dia terpejam untuk selama nya. Di detik - detik kesadaran nya mulai merendah.
Ketika tangan kokoh namun lembut nya masih mampu menggenggam ku erat .
" Maaf kan atas kenaifan ku memandang mu beberapa waktu ini. Maaf karena aku hanya manusia biasa yang masih belum mampu menguasai nafsu emosi ku , tak seharus nya aku meragukan mu, tak seharus nya kudengar kan bisikan jahat yang hanya ingin memisah kan kita " Ucap nya parau menahan sesak dengan genangan airmata yang tak pernah ku lihat sebelum nya, selama sembilan tahun mengenal nya yang ku tahu Dia sosok yang sangat tegar , meski kehidupan keluarga nya terutama ekonomi orang tua nya tak serupa keluarga ku , orang tua ku.
Ku gelengkan kepala berkali - kali dengan buliran yang tak lagi mampu ku tahan untuk tak runtuh membasahi wajah.
" Jangan bicara seperti itu Mas..., jangan minta maaf , kamu tak punya salah apa pun padaku.., aku yang salah.. aku yang tak pandai menjaga rasa mu.." Serak ku ucap kan sejuta penyesalan tak mengerti batas kecemburuan seorang kekasih .
" Aku ikhlas kan kau bersama nya Dek.., ini yang terbaik untuk mu dan keluarga mu , semoga Allah memberi berkah dalam hidup kalian..,. mungkin ini takdir yang Allah berikan untuk akhir jalan hidup kita " Mata Mas Nano nanar lalu meredup dan lalu terpejam .
Aku menggelengkan kepala ribuan kali.
" Tidak Mas..., tak pernah ku inginkan lelaki lain tuk menjadi Imam ku.. kau lah harapan ku seutuh nya.. kau lah yang ku mau.. ! " Jerit ku menahan perih, saat alat pemacu jantung di tempelkan tiga kali di atas dada nya.
Aku tersungkur tak berdaya di bawah ranjang pasien, menangis pilu menyayat hati. kusesali segala yang terjadi. Andai aku berani menolak kehendak Mas Hardi dan keluarga nya saat itu yang mengajak ku ke pulau Bali untuk berlibur di sana saat ulang tahun pernikahan perak orangtua Mas Hardi bersama si bungsu Eksan, mungkin saat ini Mas Nano masih bersama ku, merajut hari - hari indah bersama.
November dua ribu lima , orangtua Mas Hardi bertandang ke rumah orangtua ku memberi undangan untuk Aniversary yang ke dua puluh lima tahun di sebuah villa milik Ibu Mas Hardi di tanah lot Bali.
Beliau mengundang kami sekeluarga untuk hadir dalam acara mereka yang akan di laksanakan di minggu terakhir bulan desember , sekalian mereka mengajak kami untuk berlibur akhir tahun di kampung kelahiran Ibu Mas Hardi.
Bertepatan dengan acara orangtua Mas Hardi Ayah di wajib kan mengikuti diklat dalam kesatuan dinas pendidikan nya , sementara Ibu yang sudah punya janji dengan karib nya yang menggelar acara hajatan pernikahan puteri nya tak berani membatal kan janji, Akmal harus mengikuti study banding di tempat magang nya, Emran masih mengikuti KKN sedang Erza harus mempersiap kan diri untuk mengikuti lomba olimpiade sains.
Sebelum nya Ayah sudah meminta maaf dengan tulus tidak dapat menghadiri acara Beliau. Ayah Mas Hardi terus membujuk Ayah agar aku diizinkan ikut mereka dan akan di jemput dua hari sebelum keberangkatan ke pulau Bali bersama keluarga Mas Hardi .
Kegigihan orangtua Mas Hardi akhir nya meluluh kan hati Ayah yang pada akhir nya mendorong setengah memerintah agar aku ikut ke Bali bersama keluarga Mas Hardi di dampingi oleh si bungsu Eksan.
Awal nya aku menolak untuk pergi, rasa.nya canggung jika harus pergi berlibur dengan orang - orang yang tidak ku kenal baik. Aku pun berusaha menjaga perasaan kekasih ku. aku tak ingin melukai perasaan Mas Nano.
Ayah membujuk dengan setengah memohon untuk kali ini saja Beliau meminta ku menjaga perasaan sahabat nya.
Seminggu sebelum keberangkatan aku meminta izin Mas Nano untuk menuruti kehendak Ayah ku memenuhi undangan sahabat nya. Dengan sikap dewasa nya Mas Nano menyaran kan ku untuk mematuhi perintah Ayah .
Tak terlihat raut kecemburuan di wajah nya. Tak tergambar kecewa atas keinginan Ayah.
Tak pula tergores kepedihan di mata nya.
Mas Nano melepas kepergian kami dengan senyum seperti biasa nya. Kucium punggung telapak tangan nya penuh perasaan dan dengan ke sahajaan nya Mas Nano hanya menggenggam erat tangan ku,.tanpa pelukan karena Dia sangat menjaga untuk tidak bersentuhan badan sebelum menikah hanya sebatas bersentuhan tangan .
" Hati - hati Dek..! , jaga diri baik - baik.., Ingat Allah selalu bersama dimana pun kita berada, Aku hanya bisa menitip kan mu kepada - Nya lewat do'a, semoga kau selalu dalam penjaga an - Nya " Ucap nya setengah berbisik sebelum aku masuk ke dalam mobil yang di kendarai oleh Mas Hardi.
" In Syaa Allah ..Mas juga jaga diri nggeh, jangan terlalu sibuk sama kegiatan madrasah jaga kesehatan Mas.. Adek nyuwun pamit "
Balas ku lirih dengan seulas senyum manis.
" Adek yang baik jagain ka Emil untuk Mas Nano ya.." Pinta nya pada Eksan.
" Siiaaappp ustadz.. Fii Amanillah " Balas Eksan sembari mengangkat kedua tangan..
Mas Nano melambaikan tangan dengan senyum yang tak lepas dari wajah tampan nya. Tak pernah kusadari hari itu akan jadi histori panjang menyakit kan dalam hidup ku.
Tak pernah ku tahu itu saat terakhir aku melihat senyum terindah nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Sriwulandari
kebanyakan plasbakck
2020-12-09
1
Vhiona Amellia
duh kho flash lgi flash lgi
2020-12-01
1
Siti Salamah Salamah
😭😭😭😭
2020-04-06
0