" Hallo Andy tolong kamu ke Dokter Agustina minta kan surat izin cuti untuk isteri ku. , dan kamu bawa ke kantor Dia berikan ke asisten "
Perintah Mas Hardi tegas .
" Baik Pak, untuk berapa hari.. keterangan sakit nya apa Pak ?! . " Jawab suara di seberang telefon .
" Dua hari , sampai kan saja asam lambung nya kambuh ! " Dengus suami ku kesal.
" Sekertaris bodoh cari alasan sakit saja tidak bisa percuma aku bayar mahal " Rutuk nya .
Aku hanya membisu menutup mata ku dengan bulir airmata yang tak mampu ku tahan untuk tidak keluar . Ku dengar suara Mas Hardi masuk ke kamar mandi lalu terdengar suara shower mengalir . Beberapa menit kemudian Dia keluar kamar mandi hanya mengenakan celana dalam ,satu kebiasaan nya selepas mandi yang terkadang membuat ku jijik , tak punya etika meski di dalam kamar rumah nya sendiri mesti nya Dia bisa menjaga aurat .
Selesai mengenakan seragam kerja yang di ambil nya lagi dari dalam Almari , mendekat ke arah ku .
" Hari ini kamu di dalam kamar saja jangan coba - coba keluar tanpa sepengetahuan ku.
Ini hukuman untuk mu , seenak hati mu saja membakar amarah ku,. selingkuh dengan nasabah dan bos mu.., kurang apa aku menafkahi mu sampai kau jual dirimu ke lelaki lain , kaya juga gak .., masih lebih banyak harta ku juga ! " Hardik nya kesal.
" Awas kalau kau berani kabur lagi dari ku, aku bisa menghukum mu lebih menyakitkan dari hari ini , coba saja kau kabur dengan pacar - pacar mu , ke ujung dunia pun akan aku cari kalian , biar kucincang milik kalian kujadikan makanan anjing liar ! " Ancam nya dengan nada tinggi .
Dia meraih tubuh ku yang tertelungkup dengan kasar, membalik nya hingga menghadap ke Dia yang berdiri di samping ranjang , lalu dengan kasar mencium bibir ku dan berlalu pergi meninggal kan kamar.
Cekrek cekrek !!
Suara pintu terkunci dari luar kamar. sesaat kemudian suara klakson mobil nyaring memberitahu jika Dia sudah pergi berangkat kerja.
" Mamah...! mamah... " Panggilan Daffa dari luar kamar ku, aku beranjak turun dari ranjang mendekat ke pintu .
" Adek gak sekolah sayang ". Tanya ku lembut dari dalam kamar.
" Adek gak mau cekolah.., adek mau temenin mamah di lumah aja " Jawab anak PAUD kelas bermain sembari mengetuk pintu kamar ku dengan kedua telapak tangan mungil nya .
Aku terisak, menyesali kelemahan ku hingga tak mampu membela diri dari tuduhan dan fitnah Mas Hardi terhadap ku .
" Mamah jangan nangis..!. Mamah jangan cedih.. Papa nakalin Mamah lagi..., bial adek bilangin cama eyang kung cama eyang titi "
Hibur nya polos, membuat dada ku sesak.
Ya Allah anak sekecil ini sudah terlalu sering diperlihat kan kekerasan di hadapan nya yang dilakukan oleh orangtua nya sendiri, sebuah pendidikan yang tak sehat ,salah kaprah bener ora lumrah , peribahasa jawa yang arti nya kurang lebih sebuah perbuatan yang sangat tak pantas di lakukan .
Ku dengar suara Yu Inah dan Susi baby sister si kecil mendekat ke arah kamar ku .
" Adek jangan ganggu mamah dulu ya sayang , mamah biar istirahat " Bujuk Susi.
" Adek gak gangguin mamah.., adek cayang mamah.., adek pengen peluk mamah cedang cedih di sana " Protes nya meronta.
" Adek sayang mamah kan " Tanya Susi lagi lembut . Aku bersimpuh di depan kamar dengan tangan menempel di pintu. tak kudengar suara Daffa, mungkin Dia hanya menganggukan kepala .
" Kalau adek sayang mamah biarin istirahat dulu ,mamah sedang capek.. ya .." Bujuk Susi lagi .sesaat kemudian ku dengar suara Daffa.
" Mamah adek main cama Ka Cuci dulu ya, mamah tidul aja bial gak cedih lagi , nanti kalau Papah pulang adek mau minta peluk mamah " Suara lucu si kecil menghibur ku.
" Iya ..adek main dulu sama Ka Susi, jadi anak yang baik ya sayang.., jangan susahin Ka Susi " pinta ku sembari menahan sesak
Sejenak hening , aku masih terisak sendiri di dalam kamar, aku kira di depan sudah sepi ternyata masih ada Yu Inah .
" Bu... Yang sabar nggeh ..! , maaf saya tidak bisa bantu.. kunci kamar nya di bawa sama bapak " Suara Yu Inah prihatin .
" Iya Yu... nitip anak - anak saja tolong jaga dan kasih pengertian ke mereka ". Pinta ku memelas .
"Nggeh bu.. saya pamit mau jemur baju dulu " " Suara Yu inah lagi dari luar kamar .
Ku langkah kan kaki menuju tempat tidur , ku ambil daster lalu ku pakai tanpa mengenakan daleman , seragam kerja ku dan baju yang Dia pakai masih berserakan di lantai , kubiar kan saja tergeletak di sembarang tempat.
Tulang tubuh ku rasa nya nyeri semua pun milikku saat buang air kecil tadi aku sampai menangis menahan nyeri.
" Ayah bisa kah kau lihat derita anak mu ini di alam mu sana..?, Andai kau tahu seberapa besar penderitaan ku di sini... " Gumam ku .
Ku tatap plafon kamar , bukan kehidupan mewah tapi bagai neraka seperti ini yang aku impikan dulu . Aku berharap bisa memliki kehidupan serupa orangtua ku , meski hidup seadanya dengan gaji Ayah yang hanya seorang guru dan ibu yang punya toko sembako kecil kecilan dan kadang menerima pesanan kue untuk arisan dan acara lain , tapi kehidupan kami penuh kebahagiaan , hampir tak pernah ada pertengkaran. Sifat Ayah yang lembut dan pemaaf mampu mengimbangi sifat ibu yang sedikit keras dan tegas.
Dalam lelah , aku tertidur dengan bulir airmata yang tak henti menetes. Di dalam mimpi aku bertemu Ayah dengan tatapan sendu tanpa bicara sepatah kata pun hanya berdiri di sebuah taman bunga dengan dominasi warna merah dan putih , kupanggil nama nya berulang kali , aku menggapai nya namun meski terlihat dekat nyata nya langkah ku tak pernah sampai .
" Ayah... ! Ayah... ! Ayah... !" Gumamku dengan mata masih terpejam . Ayah bukan nya mendekat Beliau semakin jauh meninggal kan ku sendiri di taman yang tak pernah ku datangi sebelum nya.
Aku tersesat sendiri dalam labirin putih , ku langkah kan kaki menelusuri lorong demi lorong , tak kudapati seorang pun di sana selain bunga bunga berwarna putih berjejer indah namun tak bisa untuk di petik .
Tiba tiba ku rasakan ada yang menyentuh ku terasa hangat , meraba pipi ku lembut .
" Nak Emil bangun sayang.. ini mamah di sini " Suara Ibu mertua ku sayup sayup . Mungkin kah Ibu mertua ku berada di sini..? , Aaaahhh tak mungkin, ini hanya halusinasi ku saja .
Pintu kamar ini di kunci dari luar oleh nya dan kunci nya Dia bawa pergi , mana bisa Ibu nya berada di sini.. fikir ku dalam hati.
" Mamah... mamah.. hiks...hiks.. hiks.. "
Suara anak anak.. ? , Dari mana mereka bisa masuk ke dalam kamar ku..?!! , bisik ku.
kembali sebuah benda dingin terasa di kening ku , lalu sentuhan lembut kurasa di sekujur tubuh , ada juga tangan tangan kecil lembut memeluk lengan dan perut , anak anak ku kah..? .
" Nak Emil buka mata ayuh ini lihat anak anak mereka merindu kan mamah nya.. " Sayup sayup suara Ayah mertua ku sangat dekat.
" Bagaimana keadaan menantu saya Dok..?! " Suara Ayah mertua ku cemas .
" Masa kritis nya sudah terlewati , kita tunggu saja sampai kesadaran nya pulih .."'Jelas suara yang di panggil Dok oleh nya.
Kemudian hening kembali menyergap dalam kebingungan ku, entah dimana saat ini aku berada, tak kudapati apa pun di sini selain labirin aneka bunga putih mempesona, tak ada siapa pun di dalam sini selain aku yang berputar - putar mengikuti jalan setapak diantara rerimbunan bunga , berjalan dan terus berjalan tanpa ku temui ujung nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Nur
Emiiillll ...kamu lemah. Ayo bangkit
2024-06-10
0
Michelle Avantica
Emil gak berusaha melaporkan tindakan KDRT yg dialaminya kah..
2020-10-26
0
Kiki Otong Brebes
sedih nyesekkkkk bacanya 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2020-10-17
1