Pelajaran selesai. Dosen sudah meninggalkan ruangan kelas. Gilang berlari menuju kantin. May dan sahabat-sahabatnya sudah menunggunya disana. Entah apa yang terjadi, May memaksa Gilang untuk ke kantin menemuinya.
Dengan penuh tanda tanya, Gilang berlari menyusul May. Gilang menyilangkan tangannya saat sampai di kantin. Tak biasanya Omen ada di kampusnya. Setahu Gilang, Omen adalah mahasiswa dari kampus xx tempat Niken kuliah.
Gilang bergegas menghampiri mereka. Seperti sudah mengetahui maksud May, Gilang langsung melontarkan celotehannya.
"Oohh.. Jadi ini yang bikin gue terpaksa harus ke kantin buru-buru..?" Gilang melirik Omen dengan senyum mengejek. "Gue gak mau yaa kalo cuma dapet traktiran di kantin kampus doank. Gak level gue." Dengan songongnya Gilang menepuk bahu Omen.
Ningsih tersipu, sedang Omen yang di tepuk bahunya langsung balik menepuk bahu Gilang. "Siap boss..!!" Sambil memberi hormat seperti sedang upacara bendera. "Lo tau aja ada yang baru-baru." Omen menggaruk tengkutnya yang tak gatal.
Mereka jalan bersama menuju cafe max. Memang cafe itu andalan May dan sahabat-sahabatnya. Selain tempatnya yang dekat dengan kampus, cafe itu juga terbilang terjangkau untuk para mahasiswa seperti mereka.
Semua orang memesan pilihan menunya. sambil menunggu makanan datang, mereka saling melempar joke dan seaekali menggoda pasangan yang baru meresmikan hubungannya itu.
"May gue minta maaf yaa untuk kejadian yang kemaren. Gue nyesel banget udah bersikap kaya anak kecil ke lo." Zee memegang punggung tangan May. "Dan lo Ning. Makasih yaa udah mau bantu gue sadar dari kesalahan gue." Ditatapnya wajah Ningsih yang sedang berbinar.
"Udah lah Zee, semua udah lewat. Yang penting sekarang kita udah baik-baik aja. Gue harap lu gak nyimpen dendam ke gue Zee." Ningsih mengangguk mengiyakan ucapan May.
"Buat lo juga Lang. Gue minta maaf banget. Gue udah kurang ajar sama lo. Gue harap lo mau maafin gue Lang. Gue nyesel banget Lang."
"Santai aja Zee. Yang penting lo jangan ulangi lagi yaa. Gue udah anggep lo tuh adek gue. Karena lo tuh suka bikin kesel gue." Gilang cekikikan membalas penyesalan Zee.
May, Zee, Ningsih dan Nuna tertawa bersamaan. Sedangkan Gilang dan Omen tersenyum lega melihat mereka seperti ini.
Makanan sudah datang. Mereka menyantap tiap menu yang mereka pesan. Di tengan waktu mereka makan, tiba-tiba ada perempuan menggeliat yang datang dan langsung memeluk Gilang dari belakang. Sontak mereka berenam memandang wanita itu. Gilang yang kaget pun terlonjak dan spontan berdiri. Mengibaskan Wanita itu dari pangkuannya.
"Apaan sih lo Nik. Cewek gak ada akhlak lo..!!" Suara Gilang meninggi.
Niken hanya tersenyum kecut ke arah mereka. "Lo kenapa sih kalo gue deketin pasti kaya gitu. Gue kangen tau sama lo."
May yang melihat Niken nyerobot, langsung menegakkan tubuhnya. May dorong kasar tubuh Niken hingga oleng. Untung tidak sampai terjungkal. "Kenapa sih lo gangguin cowok gue mulu..? Lo masih gak laku juga yaa di kampus..?" May menyunggihkan sebelah bibirnya. "Pantes sih kalo lo gak laku, sapa juga yang mau sama cewek menggeliat kayak lo."
Niken tak tinggal diam. "Ngomong apa lo barusan..?" Niken meninggikan oktavnya. "Asal lo tahu, banyak cowok ganteng diluar sana yang ngejar-ngejar gue. Tapi gue gak sombong kaya lo..!" Kali ini Niken menunjuk muka May.
"Banyak yang ngejar, tapi sayang yang di kejar gak pernah kesampean yaa.." Celetuk Omen dengan gaya jenakanya.
Semua orang menertawakannya. "Brengs*k..!! Bilang apa lo barusan..?" Niken semakin berdecak kesal.
Tak ada yang menanggapi omongan Niken. Semuanya sengaja melanjutkan makan yang sempat tertunda gara-gara Niken.
Datang seorang pria bertubuh tegap berseragam putih-dongker menarik Niken dengan paksa. Niken berontak berusaha melepas cengkraman satpam cafe itu.
"Akhirnya uletnya udh pergi. Gue bisa makan dengan damai." Celetuk May.
"Itu ulet kobra apa yak..?" Celetuk Omen lagi diiringi kernyitan dahi dari teman-temannya.
"Ular kali kobra mah. Lo apaan sih Men..?" Sanggah Zee.
"Abis mulut dia tajem kaya taring kobra. omongan dia malah nyelekit kaya bisa kobra." Dengan entengnya Omen menjawab.
"Dasar rengginang remuk lu.." Balas Nuna dengan melempar kerupuk ke muka Omen. Semuanya tertawa mendengar komentar Omen tentang Niken.
_____________
Minggu pagi yang cerah. Secerah May dan Gilang. Mereka sudah membuat janji untuk bertemu di taman. Tentu saja dengan membawa gank nya masing-masing. Kali ini Gilang tak mau ambil resiko jika bertemu Niken. Gilang tak segan menyuruh Gino dan Anggi untuk menghalangi Niken jika ia mendekat.
May sedang melangkah santai bersama Gilang. Teman-teman mereka juga berjalan bergerombol di area taman.
"Liat tuh ada Ai. Ada yang bisa kita lakuin Lang..?" Tunjuk Gino ke arah Ai.
Gilang hanya bergeming. Mengendikkan bahunya pertanda tak tahu harus berbuat apa.
"Udah gak usah di apa-apain. Selama dia gak ganggu kita mah." May berucap kepada mereka.
Gilang tak yakin Ai tak punya rencana jahat. Apalagi setelah Gilang tahu rencana Ai dan Niken kemarin di cafe.
Gilang memerintah Anggi dan Gino untuk stand by di belakang mereka. Waspada pada setiap gerak gerik Ai.
Benar saja, tanpa mereka sadari Ai sudah semakin mendekat ke arah mereka. Ai membawa semangkuk plastik baso di tangannya. Dengan asap yang masih mengepul.
Ai sengaja berlari menuju May yang sedang berjalan bersama Gilang. Dengan sigap Gino menjulurkan kakinya di depan Ai. suksess..!! Ai jatuh dan bakso itu pun mengguyur kakinya sendiri.
"Owh... Sorry.. Gue gak sengaja Ai.." Dengan senyum palsunya Gino meminta maaf.
"Brengsek lo Gino..!" Ai mengangkat tangannya dan melayangkannya.
Dengan sigap Gilang menghadang tangan Ai dan melemparkannya keras. Air muka Gilang seketika mengeras. Di tatapnya tajam menghunus tepat di muka Ai. May dan kawan-kawannya tak ada yang berani bicara pada Gilang. Hanya bisa mengusap punggung Gilang untuk menenangkannya.
Kakak-kakak sayoooonnngggg... Ayo donk bantu aku. Tinggalkan jejek kalian di novel ini. Bantu up lagi. Biar lebih banyak yang tau tentang novel ini.
Salam sayang dari emak rempong si otor receh😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments