Gilang berjalan mendekati May. Ia peluk tubuh mungil sahabatnya. Lama Gilang terisak sambil memeluk May.
"Maafkan aku May. Aku fikir dengan kita seperti ini aku akan lebih baik."
"Tapi aku tak baik-baik saja Lang."
"Aku tahu aku egois. Aku udah bikin kamu sedih. Asal kamu tahu, aku pun lebih sedih darimu." Gilang dorong sedikit tubuh May. Memberi jarak keduanya. Untuk bisa menatap May. "Aku lakukan semua ini karena aku__" Mulutnya tercekat saat akan menjelaskan perasaannya pada May.
"Karena aku apa Lang..??" Tatap May dengan wajah sendunya.
Gilang menarik napas dalam mengumpulkan keberaniannya. "Karena aku menyukaimu May. Aku menyukaimu." Gilang mengungkapkan perasaannya dengan lirih dan tertunduk.
May tersentak kaget mendengarnya. Tubuhnya mematung,kaku. Sejenak fikirannya kembali pada kata-kata anis beberapa waktu lalu. Kakinya mendadak tak bertulang. Terkulai diatas kursi di kamar itu.
"Maafkan aku May. Aku tak bisa menahan perasaanku. Aku gak mau bikin kamu sedih. Selama ini aku naif. Aku selalu berusaha menghindari perasaanku."
"Apa yang kamu lakukan itu bodoh Lang. Kamu gak pernah mikirin aku. Kamu egois Lang. Apa kamu gak mikir kalo aku sedih dengan semua sikap kamu selama ini..??" May memukul dada bidang yang sedang memeluknya. Ia luapkan tangis dan amarahnya.
"Kenapa kamu gak pernah sadar semua yg terjadi sama kita Lang. Selama ini aku juga suka sama kamu. Aku sedih kamu menjauh seperti ini. Aku marah liat kamu mengacuhkanku. Tapi bodohnya aku terus membiarkan perasaan ini tumbuh tanpa menghambatnya." May mengungkap semua yang ada di hatinya.
Sontak Gilang menatap may kaget. Gilang fikir May akan marah padanya. Gilang tak pernah berfikir kalau May juga memiliki perasaan yang sama dengannya.
Gilang memeluk May dengan erat. May membalas pelukan Gilang. Gilang tak hentinya meminta maaf pada May.
"Sudahlah Lang. Semua sudah terjadi. Kita hanya perlu memperbaiki hubungan kita aja." May mencoba menenangkan Gilang.
Gilang mengangguk dan tersenyum. Dia menghapus bekas air mata May yang belum sempat mengering. Dipapahnya May menuju kursi kembali.
Satu jam berlalu. Mereka mencoba membuang kecanggungan yang ada. Hingga saat Gilang kembali menatap May serius.
"May aku serius suka sama kamu. Apa kamu mau jadi pacarku..?" Gilang menatap May dengan intens.
May masih bergeming. May memang menyukai Gilang. Tapi may takut jika nanti menerima Gilang menjadi kekasihnya. Akan banyak orang yang menghujatnya. May sadar posisi Gilang sebagai bintang sekolah. Dengan menjadi sahabatnya saja sudah banyak yang menghujat. Apalagi menjadi kekasihnya.
Entah kenapa Gilang jadi merasa ragu pada May. Melihat sikap May, Gilang menciut nyalinya. Gilang tak pernah tau perihal masalah perasaan May padanya. Hingga saat ini pun wajah May tak bisa ia tebak kemana arahnya.
"Kamu kenapa May..? Apa kamu masih ragu sama perasaanku..?" Gilang coba meyakinkan May.
"Bukan gitu Lang. Aku cuma takut kedepannya bakal bikin kamu tambah susah. Aku tau bayak cewek yang ngejar kamu. Dengan posisiku sebagai sahabat aja banyak yg bully aku. Gimana kalo kita beneran pacaran..?" May menundukkan wajahnya. Terlihat jelas raut wajah khawatirnya.
Gilang mengusap pucuk kepala May dan tersenyum. Gilang merasa tak salah menyukai May. Dia selalu memprioritaskan dirinya.
"Kamu tenang aja May. Aku gak peduli mereka ngomong apa. Aku cuma peduli sama kamu. Yang penting itu kita. Bukan mereka." Gilang memperjelas kalimatnya.
"Aku sudah banyak mendengar hasutan tentang kamu May. Tapi aku tau kamu. Aku kenal kamu lebih lama dari mereka. Gak ada yang lebih mengenal kamu lebih baik dari aku." Lagi, Gilang mengelus pucuk kepala May. Memberi isyarat semua akan baik-baik saja.
"Makasih ya Lang.."
"Untuk..??"
"Karena kamu gga percaya sama apa yang mereka omongin tentang aku Lang."
"jadi..??" Gilang menggoda May dengan kedipannya.
"Jadi apanya yak..??"
"Ahh.. Kamu... Yang bener donk. Jangan bikin aku makin galau aja May. Ntr aku murung lagi kan bahaya." Rayu Gilang lagi.
"Baiklah.. Kita coba jalani pelan-pelan aja ya Lang. Tapi aku gak mau sampai ada masalah yang bikin kita jauh yaa." May meyakinkan Gilang untuk permintaannya.
Lama mereka berbincang. Bu Rina yang merasa semuanya sudah baik-baik saja akhirnya memberanikan diri masuk ke dalam kamar Gilang.
Bu Rina tersenyum menatap mereka. Memberikan tatapan ketenangan dari seorang ibu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments