Sorry Ai.. Aku gak bisa bales perasaan kamu. Kamu tau kan alesan aku..??" Gilang melepaskan genggaman tangan Ai.
"Tapi kita bisa mencoba dari awal lagi Lang. Aku sadar, kebodohan aku di masa lalu itu sangat besar. Aku terlalu egois saat itu. Aku terlalu takut kehilangan pamorku Lang. Sekarang aku sadar, aku sayang banget sama kamu. Aku gak bisa tenang liat kamu sama May. Apa lagi aku tahu ada Niken yang selalu mencoba mencelakai kalian." Ai berusaha meyakinkan Gilang. Mencoba mengambil hatinya lagi. Menyusun kembali serpihan hati Gilang untuknya.
Gilang hanya menyunggihkan senyum tipisnya. "Semudah itu kamu bilang sayang. Kemana aja saat aku mati-matian kejar kamu..? Sepeduli apa kamu sama aku..? Sampai May benar-benar selalu ada buat aku. Menyembuhkan semua lukaku. Dia juga lebih bisa berlapang dada melihat semua yang aku lakukan sama cewe-cewe lain. Padahal dia udah lama suka sama aku." Gilang menghela nafasnya kasar. "Lagian cuma May yang selalu ngerti kondisi aku. Dari dulu dia selalu paham apa yang aku rasa pada setiap orang. Sorry Ai, aku gak mau melakukan hal bodoh lagi."
Tak terasa pipi Ai membasah. Gilang membuang pandangannya keluar jendela. Tak mau kalah dengan keadaan, Gilang verusaha menguatkan hatinya untuk tak iba pada Ai.
Ai mendesah, ia pikir Gilang akan dengan mudah ia dapatkan. Melihat perjuangannya dulu mengejar cinta Ai, Ai yakin Gilang akan dengan mudah ia tahlukkan. Nyatanya, Gilang sekarang bukanlah Gilang yang dulu.
Tak mau mendengar penjelasan Ai yang akan semakin menyesatkan hatinya, buru-buru Gilang berpamitan pada Ai.
POV Ai
'Aku udah bertekad buat mengakui semua perasaan ku sama Gilang'
Akan ku coba mengungkapkan perasaanku padanya. Aku yakin Gilang masih sangat mencintaiku.
Dengan penuh percaya diri, ku kirim chat ke nomer Gilang. Seperti biasa, Gilang membalasku dengan ramah.
Dengan semua respon Gilang yang baik, aku yakin Gilang mau menerimaku. Sudah cukup aku menahan perasaanku. Tak ada gunanya aku menuntut egoku, tapi aku malah kehilangan cinta.
Ku ajak Gilang bertemu di cafe max. Lagi.. Gilang menerima dengan baik ajakanku. Aku semakin percaya diri mengungkapkan perasaannya.
Sampai akhirnya kita bertemu di cafe max. Aku mengungkapkan semua yang aku rasa selama ini. Penyesalanku, perasaanku, bahkan semua kebodohanku saat mengabaikan perasaannya. Tapi.. Nyatanya aku salah. Aku hanya terlalu percaya diri. Aku lupa, Gilang adalah orang yang baik kepada siapapun.
Dengan tegas dia menolak perasaanku. Bahkan dengan bangganya Gilang menceritakan semua kebaikan May.
Semua tentang May. Semua kesempatan baik yang dulu aku sia-siakan dan May yang mengisinya. Menghapuskan sakit yang telah ku torehkan dalam di hati Gilang.
Sebodoh itu kah aku. Hingga aku sangat percaya diri. Hingga akhirnya aku berada di posisi terbawahku. Nerasakan apa yang dulu Gilang rasakan karena keegoisanku.
Bahkan setelah Gilang puas menyanjung May, ia melenggang dengan santainya meninggalkanku hanya dengan satu kata maaf.
Kesal, cemburu, marah.. Semua yang ku rasa pantas mewakilinya. Bahkan untuk menahan Gilang tetap tinggal saja aku tak mampu.
Aku merutuki diriku sendiri. Bodohnya aku, dengan tak tahu malunya muncul dihadapan orang yang pernah ku sakiti. Bertubi-tubi aku hantam hatinya. Tapi aku tak pernah memikirkan sejauh itu.
___________
POV May
Siang ini seperti biasa, Gilang datang ke rumah ku. Dia selalu datang ke rumah membantuku mengajari pelajaran yang tadi di sampaikan di kelas. Karena kondisiku yang belum pulih,sebulan ini aku masih belum bisa datang ke sekolah. Aku tak mau memaksa ke sekolah yang ujung-ujungnya akan merepotkan banyak orang.
Ku perhatikan setiap apa yang Gilang jelaskan. Aku seperti mudah sekali memahami pelajaran saat Gilang menjelaskan. Entah karena pembawaannya yang tenang atau memang karena pesonanya yang membuat otak ini selalu fress kala mendengar penjelasannya.
Hingga pukul 4 sore, Gilang berpamitan pulang. Gilang tak menyampaikan apa pun selain pamit pulang. Tapi tiba-tiba ponsel ku berdering. Ku lirik benda pipih yang berlayar tanpa tombol itu. Ku lihat nama Ningsih ada di layarnya. Ku usap untuk membuka pesan yang Ningsih kirim.
Rupanya itu adalah sebuah foto. Aku seperti sangat mengenal orang yang ada dalam foto itu.
"May lo tau tuh cewek siap..?" caption foto yang Ningsih kirim.
Ku fikirkan sejenak sambil ku amati foto itu. Sesaat mataku membulat, mulutku terbuka lebar. Aku ingat.. Aku ingat betul.. Itu adalah Ai. "Iya gue kenal tuh cewek. Lu lagi dimana Ning..?" Tanya May penasaran. "Lu denger obrolan mereka..?" Sambung May penasaran.
Mendadak Ningsih meresa bersalah. Ia takut sahabatnya malah mikir yang macam-macam. "Gue lagi di cafe max. Gue gak denger sii obrolan mereka. Cuma liat aja May. Dan gue cuma mastiin lu kenal apa ngga ama itu cewek." Ningsih urung memberi tahu obrolan dua orang yang ia lihat tadi. Ningsih lebih memilih diam tak ikut campur urusan May dan Gilang.
'Lagian Gilang juga sama sekali tak menggubris ucapan cinta cewek itu.' Batin Ningsih.
"Terus sekarang Gilang udah balik belum Ning..?"
"Udah May. Lu tenang aja, Gilang gak akan belok dari lu dah. Gue yakin kok."
Aku hanya tersenyum menanggapi chat sahabatku. Aku yakin ada yang Ningsih sembunyikan. Tapi aku tak mau memaksa Ningsih bercerita.
Ku hubungi ponsel Gilang. Dering pertama, tak ada sahutan. Dering kedua.. Rupanya Gilang sudah mengangkat panggilanku.
"Halo sayang.. Tumben jam segini telpon aku. Ada apa May..?
"Kamu tadi habis dari mana gak langsung pulang..?" ku tanya langsung pada intinya.
Gilang terlonjak kaget dengan pertanyaanku. Aku berharap dia mau menjelaskan apa yg sebenarnya terjadi di cafe max tadi.
Akhirnya Gilang mengaku bahwa ia mampir ke cafe max setelah dari rumahnya. Gilang menjelaskan perlahan padaku. Tak mau aku salah paham padanya, Gilang juga jujur telah bertemu dengan Ai. Gilang jelaskan maksud dan tujuan Ai mengajaknya bertemu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments