Sampai di taman rumah sakit, Lucky masih membuntutiku dari belakang. Terus mengikuti, kemana pun aku pergi. Heran, apa sih maunya? Sedikit merasa risih, akhirnya ku ambil beberapa batu kerikil kecil di pinggir taman, dan mulai membalikkan badan untuk kemudian berhadapan dengannya.
"Aww! Ji, hent-, Ji, ngapain sih! Hey, Aww, ah sakit Ji, apa - apaan coba!"
Kulempari Lucky dengan batu kerikil itu. Ingin membuatnya jera, supaya tidak terus mengikutiku lagi.
"Ngapain, ngikutin mulu! Pergi gak! Pergi! Gak ada kerjakan banget. Cepet pergi!" titahku, sambil terus melemparinya dan kali ini tepat mengenai tulang pelipisnya.
"Jangan pul-, aaaa! Ji, please hentikan!"
"PERGI!!"
"Gak akan, asal ka-, aaa, kamu taaauu, Ji! Semu-, aaa-....."
Aku terus melempari Lucky, tanpa ada rasa ampun. Mungkin ini satu - satunya cara untuk meluapkan emosiku yang sudah lama tertahan.
"Pergi! Atau mau kulempar dengan batu yang lebih besar?!" ancamku, sembari berjalan membawa batu yang cukup besar itu.
"Aaaa, iya, iya, aku pergi! Please Ji, jangan Ji! Simpen gak batu itu, simpen! Aaa, simpen dulu, baru aku pergi!"
"Yaudah, buruan!"
"Jia?"
"Apa?! Cepet pergi!"
"Mau percaya atau enggak, terserah. Tapi asal kamu tahu, prank ini sengaja dibuat, emang buat kamu!"
Lucky kembali bergurau, rupanya dia hendak mempermainkanku lagi. Mungkin ingin mengelabui amarah dan amukanku. Dia mencoba membuat ku percaya, bahwa semua ini direncanakan memang untukku. Padahal, dimana letak aku harus percaya atas penuturannya itu.
"Hahah, lelucon apa lagi ini? Lebih baik kamu pergi, SEKARANG!!"
"Sesuai dugaan! Kamu emang gak bakal percaya, Ji! Mau berapa kali pun aku bilang, tetep kamu gak akan percaya. Aku tahu itu! Karena memang semua ini, sangat mustahil untuk kamu yakini. Tapi emang kenyataannya gitu, Ji. Prank ini direncanakan emang buat kamu! Segalanya terencana bukan untuk Rian, justru Rian juga ikut andil dalam merencanakan hal ini. Aku tahu, kamu pasti banyak bertanya - tanya kan. Termasuk maksud dari prank ini untuk apa? Azka dalang dari semua rencana ini. Dia ingin merayakan hari ulang tahunmu, dalam kondisi dan situasi yang berbeda, Ji. Aku juga tahu, hari ini bukan hari ulang tahunmu kan? Makanya, kamu gak ada sedikit pun curiga. Ini sengaja, biar memang susananya berbeda dari biasanya. Sengaja banget, biar kamu gak pernah nyangka semua ini bakal terjadi. Sampai sini, udah percaya kan, Ji? Semuanya udah terencana dengan matang, dan berharap akan berjalan dengan mulus. Tapi kenyataannya, dengan sangat terpaksa aku harus membocorkan semua rencana ini sekarang. Aku gak tahu harus berbuat apa lagi. Jadi, untuk sekarang mohon dengan sangat aku minta kerja samanya Ji. Tolong hargai Azka, hargai mereka, hargai aku juga. Sekarang kan kamu udah tahu kejelasan dari semua rencana ini. Jadi tolong aku minta kamu untuk berpura - pura tidak tahu. Seolah - olah kamu gak memahami apapun tentang hal ini. Oke?!"
Author Pov :
Memang sangat jauh dari dugaan. Jia sama sekali tidak menyangka dan bahkan masih belum sepenuhnya percaya. Lucky membeberkan semuanya yang telah direncanakan. Dia terpaksa melakukan itu, karena pikirnya tidak ada cara lain untuk mencegah Jia yang ingin pulang.
Lucky merasa lega, karena pada akhirnya Jia mulai mempercayainya. Namun tentu, dia juga merasa sangat bersalah. Karena harus meruntuhkan kepercayaan teman - temannya terhadapnya. Tapi Lucky tidak mau semuanya benar - benar terlihat kacau. Akhirnya, dia meminta Jia untuk acting berpura - pura, seolah tidak tahu apa - apa.
Jia yang mulai percaya, juga tidak mau membuat mereka kecewa. Kali ini, dia benar - benar dituntut harus menjadi seorang aktris. Dia pikir nanti, dirinya harus terlihat totalitas merasa kaget, sedih, terharu, dan bahkan menangis.
Skip!
Akhirnya mereka kembali lagi, menuju kamar no.56. Duduk di kursi ruang tunggu, sembari belajar berlakon drama, dan menanti apa yang selanjutnya akan terjadi.
Jia Pov :
"Hiks, hiks, hiks, makasih banyak banget ya buat kalian, hiks....."
"Kayaknya jangan pake suara deh, Ji. Kelihatan banget boongnya! Cukup keluarin air mata aja, coba!"
"Ya gimana, gue gak bisa maksa - maksain nangis!"
"Resapin Ji, pake penghayatan!"
"Gimana caranya? Gue bener - bener gak bisa, Lucky!"
"Bayangin hal - hal sedih deh, coba!"
"Bayangin? Ngebug dulu dong, nanti gue."
"Ya, maksudnya bayangin dari sekarang. Pikirkan sesuatu yang bisa membuat mood kamu hancur!"
"Heuh, ribet banget sii!"
"Udah buruan coba!"
Menyebalkan sekali! Bagaimana caranya aku harus bisa tiba - tiba menjadi seorang aktris. Memainkan peran dalam drama, yang naskahnya tertulis karena sebuah kesalahpahaman.
Ternyata mengetahui semuanya, benar - benar terkesan lebih rumit. Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana nanti aku harus berpura - pura kaget dan terharu.
Memang ada - ada saja tingkah mereka ini. Ingin merayakan ulang tahunku, di hari yang memang terbilang sangat jauh jaraknya dengan real hari H itu. Sungguh, semuanya luar biasa dan tidak pernah sama sekali terduga bahkan curiga.
"Ck, ngapain juga sih tadi lo mesti ngasih tahu gue, ngebeberin semuanya!"
"Ya maaf. Abisnya gak ada cara lain, lah. Kalo seandainya tadi aku gak bilang semua kebenarannya, kamu gak akan mungkin kan mau balik lagi kesini. Dan udah pasti rencananya bener - bener gagal nanti. Lagian salah siapa juga tadi ngana nya susah dibilangin, mana galak lagi! Btw, pelipis aku masih sakit loh ini!"
"Iya, iya, aku juga minta maaf. Ups, gue maksudnya! Abis gaje banget lo tadi, emosi gue!"
"Ck, bisa gak ngomongnya aku kamu, gitu?!"
"Wleee..... Gak ah, sok iyeh!"
"Idih, songong bet dah!"
"Serah! Eh ceritain juga dong Ky, ini tuh sebenarnya konsepnya gimana? Abis ini tuh, mereka mau ngapain?"
"Hmm, bentar. Kalo aku ceritain semuanya, gak akan seru dong! Ini kan surprise, ehee."
"Heh, surprise lambemu! Buruan ah ceritain!"
"Sebenarnya gak ada konsep - konsepan sih. Sederhana aja, nanti ceritanya kamu masuk ke ruangan ini. Seperti biasa, bakal ada acara gelap - gelapan. Lampu dimatiin, biar si target panik. Abis itu ya seperti biasa, kejutan! Kelar deh."
"Ck. Serius dong, Ky! Masa cuman gitu doang sih?"
"Dih, beneran gitu. Emang situ berharapnya gimana?"
"Kirain bakal ada sesuatu yang wow, gitu. Lah ini gak ada menarik - menariknya, sumpah!"
"Menarik kok, unik malah. Prank nya ngelibatin dokter - dokter sungguhan. Nanti mereka bakal ikut juga ngerayain party nya. Disini dokter nya keren - keren, mau banget diajak beginian, jailin orang. Padahal hal seperti ini gak masuk di akal ku loh! Gak ngena logika! Tapi sabi banget lah si cuan, bisa sempurna runtuhin harga diri orang!"
"Jadi maksudnya, lo semua ngebayar mereka? Buat acara ini?"
"Yap, Si Azka yang bayarin. Kita semua cuman ngikut bantu, apa yang dia mau. Malah kecipratan dikit lah, kita."
"Tapi ini beneran kan Ky, mau ngerayain ultahnya gue?"
"Terus aja nanya gitu. Terus!"
"Hhee sorry, aduh abisnya gue takut banget, ini cuman boongan."
"Ya, terus aja ngomong gitu lagi. Terus!"
"Iih Lucky!"
"Eh siap - siap Ji, nanti bakal ada dokter yang keluar dari ruangan ini. Ceritanya dia dokter yang udah nanganin Azka. Nanti kita bakal diizinin sama dokter itu, buat ngeliat Azka. Ini barusan Azka udah ngontek gue, katanya mereka udah siap. Itu berarti, si dokternya sebentar lagi bakal keluar, dan ngasih tahu kita tentang kondisi Azka. Awas ya, harus bisa pura - pura panik, kaget, sama nangis!"
"Argh sialan, yang bener aja. Gue bener - bener gak bisa Ky! Gue belum siap nih, gimana dong?"
"Sstt, udah diem! Nanti dokter nya keburu kesini. Sekarang kamu nunduk aja, nunduk! Pura - pura stres, prustasi."
Aku pun menuruti perintah Lucky, menunduk sambil mencoba untuk bisa menangis. Tapi sungguh aku tidak berbakat untuk hal ini, air mata begitu susah untuk dipaksa keluar.
Beberapa menit kemudian, dokter yang dimaksud Lucky pun datang. Dia menyuruhku untuk lekas melihat Azka, karena Azka sudah selesai ditanganinya. Katanya kondisi Azka sangat memprihatinkan sekarang, dia bilang kemungkinan besar Azka akan menderita koma.
Saat ini aku mulai beraksi, berpura - pura shock mendengar pernyataan dokter. Aku mulai memarahi dokter itu, dan mengatakan Azka tidak mungkin koma. Sambil tetap berusaha mengeluarkan air mata, aku terus memaki sang dokter. Dengan alasan, dirinya tidak bisa menangani Azka dengan baik.
Ah sepertinya, selepas ini aku harus debut menjadi seorang aktris, hhe. Karena aku rasa sudah begitu handal dalam memainkan sebuah peran, kecuali dalam beracting menangis. Aku sungguh tidak bisa! Sampai saat ini, air mata susah diajak kompromi.
Aku melihat kearah Lucky, yang nampak sedang duduk menunduk membelakangiku. Dapat kulihat reaksi yang dia keluar kan, ketika tahu dan mendengar aku sedang memarahi sang dokter. Pundaknya bergetar! Bagus, rupanya dia tengah asik menertawai sandiwara ku. Rasanya ingin sekali, menjitak kepalanya saat itu juga.
...∻∻∻...
Aku mengajak Lucky untuk masuk ke dalam ruangan itu. Tapi Lucky seolah mengisyaratkan, tidak! Aku tahu, mungkin ini salah satu bagian dari rencana mereka. Sepertinya, mereka ingin aku masuk sendirian tanpa Lucky.
Suasana di dalam ruangan nya, memang seperti apa yang dibicarakan Lucky. Gelap! Sepertinya mereka ingin aku merasa panik. Aku juga paham, apa reaksi yang mereka inginkan dariku.
"Azka?"
"Azka?"
"Halo?"
"Ada orang disini?"
"Ka, Azka?
"Kamu dimana?"
"Please deh, gak usah main - main!"
"Aku tahu, kamu ada disini!"
"Azka?"
Aku kembali meluncurkan aksi bakat terpendam ku. Bertingkah sok panik, padahal sedikit pun aku tak merasakan hal itu.
Ada banyak suara - suara aneh disini, yang setidaknya itu bisa membuat siapapun takut mendengarnya. Justru aku malah terkekeh pelan mendengarnya, karena tahu itu pasti mereka. Tapi tentu, aku harus kembali berpura - pura lagi.
"Hey, siapa itu?"
"Azka?"
"Itu kamu kan?"
"Jangan aneh - aneh deh!"
"Aku, takut!"
"Azkaaa?!"
Tiba - tiba lampunya kembali menyala. Jujur, aku sedikit terkejut. Tapi sesaat kemudian, ada sesuatu yang sedikit janggal, tepat didepanku. Seseorang berdiri tegak, dengan memakai pakaian putih rumah sakit, yang penuh dengan lumuran darah. Jelas saja itu akan membuat siapapun, panik, takut, kaget. Tapi, sial! Aku justru hampir tertawa melihatnya. Aku tahu itu Azka, meskipun dia hanya terlihat dari postur tubuh belakang.
"Azka, itu kamu kan?"
"Azka, please!"
"Azka?"
Aku terus berjalan mendekatinya, hingga akhirnya sampai tepat berhadapan dengannya. Dugaanku benar, sosok ini memang Azka. Wajahnya penuh dengan balutan perban, seluruh tubuhnya terlihat berlumuran darah. Memang sial! Aku benar - benar ingin tertawa melihatnya. Seandainya kalian berada di posisiku saat itu, pasti akan merasakan hal yang sama. Bayangkan saja, ini adalah sebuah kejutan dari teman kalian, tapi kita sudah lebih dulu tahu apa yang mereka rencanakan. Haha, bengek nya itu loh, mana tahan! Tapi tetap, aku harus menghargai antusias dan kerja keras mereka.
"Hey, Azka?"
"Kamu kenapa?"
"Kamu baik - baik aja kan?"
"Azka?"
"Tolong jangan membuatku khawatir!"
Aku tidak tahu lagi, apa reaksi selanjutnya yang harus kuperlihatkan. Terdiam sejenak, mencoba membayangkan sesuatu yang bisa membuatku menangis. Sejenak berbayang, ada terlintas bayangan bagaimana suka duka hidup yang kujalani bersama Azka selama ini.
Tiba - tiba aku merasakan takut yang berlebihan, tentang bagaimana jika seandainya nanti Azka pergi meninggalkan ku. Entah kenapa, aku merasa seperti tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi Azka saat ini. Aku takut kehilangannya! Aku menyayangi Azka sebagaimana aku menyayangi diriku sendiri.
Akhirnya dengan tanpa sadar, aku memeluknya untuk yang pertama kali. Merasakan wangi, hangat, dan nyamannya tubuh Azka. Betapa bahagianya ku pikir, jika nanti pilihan hatinya bisa seutuhnya memiliki Azka.
Air mata sekarang mulai turun, tanpa harus di paksa. Merasa bahagia, berada dalam pelukan senyaman yang tak pernah kukira. Aku benar - benar takut kehilangan Azka! Aku takut dia akan lupa, tentang aku dan segalanya. Entah kenapa, aku benar - benar takut hal itu akan terjadi.
Tidak kusangka, Azka ternyata membalas pelukanku! Dia mungusap kepalaku dengan begitu lembut. Membuatku semakin mengeratkan pelukan itu. Aku tahu, yang ku lakukan ini salah. Tapi tolong, ini begitu indah!
"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you"
Semua teman - teman yang ada di ruangan ini, keluar dari tempat mereka bersembunyi. Mengucapkan selamat ulang tahun, dan menyalami ku satu - persatu.
"Selamat ulang tahun Jia, semoga panjang umur dan sehat selalu ya!"
"Wilujeng Jia, berkah selalu ya usia nya! Aamiin."
"Eh udah tua aja nih, cayang aku. Cepet - cepet dapet jodoh ya. Aamiin paling keras dong!"
"Hbd Ji, semoga apa yang kamu harapkan cepat terwujud!"
"Aaaa Jia, selamat ulang tahun ya. Jan lupa PU nya nieh! Hhe,"
"Selamat ulang tahun Neng Jia, semoga segala do'a cepat terkabul ya, Aamiin!"
"Hbday Jiakuuuh! Selamat ya, udah selangkah lebih tua, hha. Semoga makin - makin deh!"
"Habedeh Jiji, semoga tidak lupa sama pajak nya, aw!"
"Happy birthday dar der dor Ji. Aduh pengen banget dah sumpah, nyalain mercon! Ato gue nyalain aja yak!"
"Woy! Gila lo? Tapi yaudah sih, nyalain aja!"
"Anjir, sama - sama gak waras punya temen!"
"Celamat birthday Ji, cengil cuka hamnida, cemoga cepat - cepat bayal pajak! Xixixi."
"Hbd Ilma, semoga panjang umur dan berkah usia. Btw, ini aku punya sedikit bingkisan buat kamu!"
"Selamat ulang tahun Jia. Semoga di usia yang sekarang, kamu tambah - tambah baik dalam segala hal. Aamiin!"
Saat ini, aku benar - benar merasa terharu. Bahagia penuh rasa syukur, bisa memiliki teman - teman yang begitu perhatian, tulus memberi kasih sayang. Mereka begitu berharga, hidupku terasa menjadi lebih berwarna karena kehadiran mereka.
Air mata kembali sukses mengalir begitu deras. Sesaat setelah Azka berucap, tepat di samping telingaku. 'Selamat ulang tahun Jiani Ilma. Semoga aku selalu bisa menjadi setiap alasan bahagiamu. Semoga aku selalu mampu untuk terus menjagamu. Semoga sedihmu bukan aku yang menjadi alasannya, justru itu harus bisa kuredakan. Terima kasih, selama ini telah bersedia menemani dalam suka dan duka hidupku. Terima kasih sudah mampu bertahan, bersamaku menjadi teman. Aku berjanji pada diriku sendiri, untuk selalu bisa berada disampingmu. Aku pun berharap janji yang sama darimu, untukku. Tetap berada disampingku, ya! Jangan kemana - mana! Tetap temani aku juga, ya! Jangan sampai merasa bosan! Semoga ketidaktepatan ini, akan menjadi kesan terindah untuk dikenang nanti. Selamat menikmati lanjutnya usia mu. Semoga kamu bisa menjadi seperti apa yang aku inginkan, hhe!'
Terima kasih Ya Allah, telah memberi ku sosok teman seperti mereka, terutama Azka. Aku benar - benar bersyukur atas segala nikmat yang telah engkau berikan padaku. Sungguh, ini adalah sebuah ketidaktepatan yang akan menjadi candu.
...✎﹏𝔻𝕊...
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
Thanks udah mau mampir😊
Sorry for typo and absurd🙏
Menerima kritik dan saran☺️
Jangan lupa like, vote, and comment🙃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
@Farhan Muiz
Up terus ya🤗
2022-10-06
2
Indra H
Part terfavorit😍
2022-10-05
3
𝑨͢𝒔𝒌𝒂
semangat up thorrr
2021-08-07
3