BAB 8

Aku mengerahkan seluruh tenagaku, untuk berlari sekencang mungkin menuju kamar no. 56. Di setiap koridor yang kulewati, banyak pasang mata yang memandangku dengan tatapan mematikan. Aku paham, mungkin mereka merasa terganggu dengan kebisingan suara langkah kakiku. Tapi terserah, aku tidak peduli! Yang aku pedulikan sekarang hanya satu orang, Azka. Tadi Nandra mencoba menghubungiku untuk memberitahu keadaan Azka. Dia bilang Azka kecelakaan, sehabis pulang dari rumah Rian untuk kerja kelompok.

Jelas, aku sangat khawatir! Sesudah Nandra menelponku tadi, sesegera mungkin aku pergi menuju rumah sakit tempat Azka dirawat. Saking paniknya, Nandra saja belum selesai bicara, aku langsung pergi begitu saja. Bahkan sambungan telepon pun belum aku matikan, dan dapat dipastikan disana Nandra hanya berbicara sendiri saja, setelah kubanting ponselku entah kemana.

...∻∻∻...

"Dimana, mana Azka?"

"Dia ada di dalam Ji, dokter sedang berusaha menanganinya."

"Dia baik - baik aja kan? gak kenapa - napa kan?" Aku panik, setengah mati.

"........." tidak ada jawaban.

"Ri, jawab Ri!"

"......... " Rian tidak menggubris.

"Azka gak kenapa - napa kan?"

"........." tetap tidak ada jawaban.

"Ky? Lucky? Ayo bilang, Azka baik - baik aja kan! Iya kan?!"

"........." mereka masih bungkam, tidak ingin menjawab pertanyaanku. Aku semakin khawatir!

"Ayo, JAWAB!" kesal ku kemudian.

"Yang sabar, Ji. Kita do'akan yang terbaik aja buat Azka!"

Entah kenapa mendengar tanggapan mereka seperti itu, aku merasa tak yakin jika Azka baik - baik saja. Ya jelaslah, namanya juga kecelakaan, mana mungkin baik - baik saja! Tapi, paling tidak, aku berharap Azka tidak terluka parah.

"Azka korban tabrak lari Ji, tadi dia di serempet sama mobil gak dikenal. Kebetulan tadi Azka pulangnya bareng aku, dan Aku sendiri yang melihatnya dengan jelas, tepat di depan mataku!"

"Maafin Aku Ji, ini semua salah ku, aku yang salah. Harusnya tadi Azka gak pergi kerumahku. Harusnya Aku nurut sama Azka, buat ngerjain tugasnya di rumah dia. Tapi Aku egois Ji, Aku malah terus maksa Azka. Maafin Aku Ji, maaf! Kalau saja tadi aku nurut, pasti semua ini gak akan terjadi!"

Tubuhku lemas seketika! Entahlah, aku benar - benar tak habis pikir dengan semua ini. Dengan Azka yang serba tiba - tiba. Awalnya tiba - tiba cuek, dan sekarang dia tiba - tiba kecelakaan. Sungguh aku berharap, ini semua adalah prank yang sengaja ia buat. Tapi pikirku prank untuk apa, lagi pula hari ini aku tidak sedang ulang tahun. Ulang tahun ku masih lama, bulan depan tepatnya. Tapi aku rasa, sepertinya ini memang bukan main - main.

"Aku mau masuk!"

"Eh, jangan Ji!"

"Aku mau lihat Azka!"

"Gak boleh Ji!"

"Kenapa?"

"Dokter belum memperbolehkan kita masuk!"

"Terus, teman - teman yang lain kemana? Teman - teman Azka dimana? Masa cuma ada kalian. Pasti mereka udah pada di dalem kan!"

"Enggak Ji, mereka gak ada di dalem. Dari tadi dokter belum mengizinkan kita buat ngeliat Azka. Kalau teman - teman yang lain, mereka emang belum pada dateng!"

Aku benar - benar dibuat kesal dengan teman - teman Azka. Coba saja kalian pikir, teman macam apa yang hanya bisa gerak cepat disaat butuhnya saja. Giliran ada yang kena musibah, seolah bertingkah tak tahu apa - apa. Acuh tak acuh, seakan - akan tak pernah merasa butuh. Aku yakin, teman - teman Azka yang lain pasti sudah tahu juga tentang keadaan Azka. Hanya saja mereka kurang mampu memaknai solidaritas. Mereka lebih mengedepankan kepentingan pribadi, urusan teman belakangan. Termasuk Nandra! Aku pikir tadi dia menelponku posisinya sedang berada di rumah sakit, dan sudah benar - benar lebih dulu tahu bagaimana kondisi Azka. Tapi ternyata apa! Yang baru datang cuma dua orang disini, Lucky sama Rian.

"Kok, Ayah dan Bundanya Azka juga gak ada. Udah dikasih tahu belum?"

"Belum Ji."

"Ya ampun! Gimana sih kalian, bisa - bisanya ngelupain hal terpenting bagi Azka! Kalau tahu gitu, tadi aku mampir dulu ke rumahnya Azka. Buat ngasih tahu Ayah sama Bunda."

"Bukannya gitu Ji, justru kita juga mau ngasih tahu mereka. Tapi kalau ngasih tahunya sekarang, takut nya malah nanti mereka bakal panik dan khawatir yang berlebihan. Jadi kita pikir, lebih baik nanti di kasih tahunya, pas Azka udah siuman!"

"Justru kalau gak di kasih tahu sekarang, mereka akan semakin khawatir. Azka gak ada pulang!"

"Gak akan Ji, udah deh percaya aja sama kita! Mereka gak bakalan khawatir. Mereka pasti mikir Azka gak ada pulang, karena nginep di rumah teman - temannya."

Sudahlah, whatever dengan pola pikir mereka! Sekarang aku benar - benar tidak sabar ingin melihat kondisi Azka. Namun lagi - lagi, Rian dan Lucky selalu melarang dan menahanku. Padahal aku pikir, jika aku menerobos masuk pun, dokter tidak bisa apa - apa. Toh aku sudah terlanjur masuk, mana mungkin dilarang, paling langsung diusir. Tolonglah! Aku hanya ingin melihatnya sebentar saja. Sekedar memastikan bahwa Azka baik - baik saja. Pasti dia hanya mengalami luka ringan.

"Tenang Ji, Azka pasti baik - baik aja kok! Dokter pasti melakukan perawatan yang terbaik. Lagian kalau kamu nekad nerobos masuk, bagaimana dokter bisa fokus menangani Azka?!"

Memang benar yang dikatakan Lucky! Aku tidak boleh panik. Aku harus yakin dan berdo'a, Azka pasti baik - baik saja. Tapi rasa takut dan khawatirku dengan semua kemungkinan yang akan terjadi begitu besar.

"Kalian bawa HP gak?"

"Bawa,"

"Sini, minjem bentar!"

"Buat apa?"

"Aku juga mau ngasih tahu teman - temanku."

"Udah kok, mereka juga udah kita kabarin. Pokoknya teman - teman kamu, teman - teman Azka, hampir semua teman - teman di sekolah pun udah kita hubungin!"

"Lah, yang bener?"

"Iya."

"Terus kenapa mereka belum pada dateng? teman - temanku juga, biasanya mereka gercep!"

"Ya gak tahu, ada kepentingan lain mungkin yang lebih mendesak! Mereka beneran udah kita kasih tahu kok, kecuali ayah sama bundanya Azka."

Tidak bisa berdiam diri dengan tenang, sedari tadi yang bisa ku lakukan hanyalah mondar - mandir tidak jelas, tidak tentu arah, hanya untuk sekedar mencoba lupakan setiap resah. Tapi tidak bisa, aku merasa Azka telah begitu lama ditangani dokter. Apakah kondisi nya separah itu? Apakah Azka mengalami cedera yang cukup berat? Apakah mungkin, Azka tidak akan tertolong? Percuma saja, aku hanya bertanya pada diriku sendiri. Lantas siapa yang akan menjawab rasa cemas ini?

"Eh Ji, boleh minta tolong gak?"

"Apa?"

"Tadi aku kesini, bawa tas Azka. Cuman saking buru - burunya, aku lupa tadi malah nyimpennya di bawah. Boleh tolong ambilin gak? Takutnya ada barang - barang penting di dalam tas nya!"

"Emm, boleh. Tapi dimana nyimpennya?"

"Di koridor lantai 2 kalau gak salah, soalnya aku juga agak lupa sih. Hhe!"

"Ck, gimana sih. Yang bener dong, dimana?"

"Ya sabar atuh Ji, namanya juga panik. Buru - buru tadi! Tapi kayaknya bener deh di lantai 2. Coba aja cari!"

"Tapi bener kan, nih?"

"Iya pasti bener deh, di lantai 2. Coba aja sana!"

...✎﹏𝔻𝕊...

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

Thanks udah mau mampir😊

Sorry for typo and absurd🙏

Menerima kritik dan saran☺️

Jangan lupa vote and comment🙃

Terpopuler

Comments

@Farhan Muiz

@Farhan Muiz

Udah baca lagi, semangat terus

2022-10-06

1

Indra H

Indra H

Lanjut terus, jangan kehabisan ide, semangat🤗

2022-10-05

2

✿ 에이미

✿ 에이미

Mampir kak, Semangat

2021-08-08

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!