BAB 13

Author Pov :

Melirik sekilas, tanpa sedikit pun berniat ingin melihat lepas. Jia menaruh tangan kanannya dibawah dagu. Mengabaikan tangan kiri, yang sedari tadi sudah mengepal kuat, menahan rasa iri dan jijik. Pemandangan di depannya ini sungguh tidak pantas ia saksikan, pikirnya. Tapi apa mau dikata, semuanya jelas tercipta karena diri yang terpaksa.

Alena bersama pacar barunya, yang bernama Ghandi. Tengah memadu kasih, bermanja mesra, di hadapan Jia. Di Cafe Perangai Sari yang cukup ramai ini, mereka berdua layaknya hanya berpenghuni mandiri. Saling melempar tatap dan gombalan receh, tangan yang terdiam saling menggenggam. Sesekali mereka tertawa hangat, seolah menciptakan suasana bahagia di antara mereka berdua. Hanya berdua! Tanpa menghiraukan orang sekitarnya, yang banyak bergidik ngeri melihat tingkah mereka. Termasuk Jia, dia sudah dibuat geli sendiri sedari tadi, sekaligus iri barangkali. Namun, sesekali orang - orang banyak juga yang menatap Jia iba. Terabaikan menjadi nyamuk seperti itu, memang tidak enak, pikir mereka.

Kakaknya itu, rupanya memang sengaja ingin memperlihatkan hal ini sejak awal kepada adiknya. Rencana demi rencana pelik, telah terbesit indah di dalam benak Alena sebelum nya. Untuk membuat jiwa jomblo adiknya itu meronta - ronta. Dan sepertinya itu berhasil!

Kini Jia tengah berusaha sekuat yang ia mampu, untuk menegarkan hatinya. Mencoba menenangkan jiwanya yang kian memanas, perih merintih. Rasanya ingin sekali Jia cepat - cepat pergi dari tempat laknat ini. Iri hatinya sudah tidak bisa terkendali!

Merasa terus hatinya dibuat panas, Jia hanya bisa memutar bola mata nya malas. Memilih mengalihkan pandangan, sambil menutup telinganya dengan earphone yang sebenarnya tidak betul - betul terpasang pada handphone nya.

Alena yang melihat dan menyadari hal itu, terkekeh pelan. Kemudian terbesit kembali ide nakal dalam otaknya, untuk menjahili lagi adik malang nya itu.

"Dek, kamu lagi dengerin musik?"

Jia diam, tidak menjawab. Formalitas tentunya! Dia ingin bertingkah seolah tidak mendengar apapun yang kakak nya itu ucapkan. Jia pikir kakak nya itu pasti menduga, dirinya sedang mendengarkan musik dalam volume yang cukup keras.

"Kamu lagi dengerin musik, apa gimana sih dek? Kok itu earphone nya gak tersambung sama handphone kamu. Aneh! Coba sini Kakak pengen liat, kamu dengerin musiknya dari apaan sih."

Jelas saja tidak masuk akal! Earphone memang terpasang di telinganya, tapi Jia lupa kalau handphone nya itu tergeletak di atas meja, dan tidak menunjukan ketersambungan antara kedua benda itu. Dan itu memudahkan siapapun merasa curiga, dengan apa yang Jia lakukan. Just pretend!

Kemudian Alena berdiri, menghampiri tempat duduk adiknya. Ingin melancarkan kembali rencana jahilnya, yang bagi nya sekelabat saja sudah terencana.

"Loh, kok sambungannya malah dimainin Dek, dipegang - pegang kayak gini. Gak di pasangin ke Hp kamu." ucap Alena, sembari mengangkat earphone Jia. Dan sengaja mengeraskan suaranya, agar bisa terdengar oleh Ghandi.

"Sebenarnya kamu lagi ngapain sih Dek, dengerin musik nya ini dari apa coba? Apa kamu lagi dengerin suara hati, yang nadanya mengalir melalui tangan, gitu?" ucapnya lagi, tanpa beban.

"Atau jangan - jangan kamu sengaja ya, pura - pura gak mau dengerin obrolan Kakak sama Kak Ghandi? Kenapa sih, Dek? Sampe segitunya nekad beralibi."

Jia hanya bisa diam kelu membisu. Dalam hati, dia merutuki dirinya sendiri. Pikirnya, kenapa bisa dia sebego ini.

"Oh iya, ya ampun! Kakak baru tahu sekarang, sepertinya adikku yang cantik ini sedang merasa iri, ya, iya kan? Kamu gak kuat kan, ngeliat keuwwuan Kakak sama Kak Gandhi? Dan kamu pengen banget kan kayak Kakak sekarang, punya pacar? Makanya kamu sedari tadi, kayak gak betah berlama - lama disini. Dan berpura - pura gak mendengar apa yang kami bicarakan. Sakit hati kan, iri? Emm tayang, kacian banged si, cini, cini, Kakak peyuk. Sabar ya, gak boleh iri sama Kakak. Suatu hari jomblo mu itu pasti berakhir kok, tapi gak tahu kapan, hhe. Yang terpenting sekarang kamu harus belajar Dari Kakak dan Kak Gandhi ya. Bagaimana cara menjalani suatu hubungan pacaran yang baik dan benar. Hha, iya kan sayang?" tutur Alena. Sembari menampilkan senyum smirk nya. Kali ini dia merasa menang telak, dari adiknya.

Melihat hal itu, Ghandi hanya bisa tertawa pelan. Sambil mengiyakan perkataan kekasihnya itu barusan.

'Sial, awas aja lo Alena!' Geram Jia, dalam hati.

Jia benar - benar dibuat malu setengah mati. Ulah kakaknya itu sudah keterlaluan, pikirnya. Bagaimana bisa dia dengan begitu mulus, mempermainkan dan mengejek dirinya. Secara halus, diam - diam Alena telah meruntuhkan harga dirinya sebagai jomblo terhormat.

Sekarang, Jia benar - benar tidak tahu harus berbuat apa. Ingin bergerak sedikit pun, terasa kaku. Dia merasa malu bukan main, atas perlakuan kakaknya itu. Seketika, dia menjadi tidak percaya diri, berada disini. Apalagi, sedari tadi Ghandi ikut mengejek dan menertawakan dirinya, bersama Alena. Jia hanya bisa meremas hoodie army nya kuat - kuat. Menuntaskan rasa kesal, malu, dan amarahnya yang menyala - nyala.

"Dek, besok temenin Kakak shopping ya?"

"Gak mau."

"Yah, kok gitu. Please ya, temenin!"

"Nggak."

"Adek please, gak akan lama kok!"

"Gak."

"Ih, kamu mah. Temenin Kakak, sayang. Sebentar aja! Ya adek, ya? Please!"

"Kesambet apaan lu?"

"Kok, kesambet?"

"Tumben. Sok luwes, bahasanya!"

"Ih, ya kan harus kayak gini, sopan. Emangnya kamu, sama siapa aja kasar! Kecuali kamu mah baru sopan, kalo sama yayang nya aja, Si Azka tuh. Kakak perhatiin, kalian tuh komunikasi nya kek formal banget. Aku, kamu gitu, bahasanya. Xixixi..."

"Ih bre***ek. Apaan yayang, yayang! Kalo gue si tergantung bawaan mood, mau sopan atau kasar juga."

"Hha, iya, iya. Lagian, Kakak kayak gini juga cuma pengen nyoba nyontohin hal yang baik aja buat kamu. Hhe,"

"Amit dah, nyenye banget!"

"Bodo. Pokoknya besok Adek harus temenin Kakak ya!"

"........"

"Dek?"

"........"

"Yaudah, Kakak traktir deh."

"Beneran?"

"Tuhkan, langsung nyantol."

"Yaudah, gak jadi nemenin!"

"Ck, iya, iya janji. Kakak traktir, beneran."

"Nah, gitu kek. Dari tadi!"

"Eh tapi nanti kalo abis shopping, anterin lagi ke cafe ya!"

"Ngapain?"

"Kakak mau ada urusan dulu, bentar."

"Hmm, oke."

"Awas aja ya, kalau nanti ninggalin pulang. Pokoknya gak mau tahu, harus nungguin Kakak dulu!"

"Ck, iya."

"Janji ya?"

"Iya, janji."

"Yeay, makasih adikku cantik!"

Ralat! Sekarang Jia paham, kenapa kakaknya kemarin ngemis - ngemis pengen minta ditemenin. Dengan gaya sok sopan nya itu, ternyata Alena tengah merencanakan sesuatu untuk membuat dirinya hancur. Sudah dibuat iri, dipermalukan lagi. 'Kakak biadab emang', geramnya kesal.

Beberapa saat kemudian, Jia merasa seperti teringat sesuatu. Bukankah kemarin ada seseorang yang memintanya untuk bertemu. Dan sekarang dirinya harus menemui orang itu di Komplek Perumahan Bilap.

Bagi Jia ini merupakan kesempatan emas, sepertinya. Untuk bisa menjadi alasan, dirinya ingin cepat - cepat pergi dari sini. Sesegera mungkin, Jia membereskan barang bawaannya untuk kemudian meninggalkan cafe ini. Sebelum itu, dia meminta izin pada Alena, untuk pulang lebih dulu karena ada urusan mendadak, katanya.

Tidak mau menunggu dan tidak peduli, seperti apa tanggapan kakaknya. Tanpa basa - basi lagi, Jia langsung pergi begitu saja. Tidak ingin mengindahkan larangan kakaknya kemudian, yang terdengar begitu jelas. Memintanya untuk tetap disini, menunggu dirinya selesai berkencan.

...∻∻∻...

"Krek, krek..."

Jia menginjak beberapa rotan dan dedaunan kering, yang penuh mengotori halaman depan perumahan ini. Disamping nya memang tumbuh pohon beringin yang cukup rindang. Menakutkan! Tapi sepertinya menenangkan, jika sendiri bisa berteduh sandar di bawahnya.

Jia belum pernah datang kesini sebelumnya. Lagi pula untuk apa, pikirnya. Komplek perumahan ini sudah lama tidak berpenghuni. Tapi tidak pernah terkabarkan angker, juga tidak menyeramkan. Suasananya justru tenang, mendamaikan, itu yang dirasakan Jia saat ini.

Lingkungannya masih asri, meskipun nampak tidak terurus. Banyak pepohonan rimbun, menjulang tinggi. Bunga - bunga bermekaran indah, yang sepertinya mereka tumbuh sendiri. Dibawah perumahan ini, juga terdapat sungai kecil, yang airnya tampak mengalir jernih.

"Hei?"

Jia menoleh ke arah sumber suara.

"Kemari!"

Seorang perempuan dengan rambut dibiarkan tergerai bebas, yang tampak seumuran dengannya. Memakai celana baggy pants mustard , dan kemeja coklat motif sel glitters. Melambaikan tangan kearah dirinya, mengajak Jia untuk masuk ke dalam Perumahan Bilap No. 4 itu.

Awalnya Jia ragu - ragu, sedikit merasa takut dengan perempuan asing itu. Namun lama - lama, entah kenapa Jia menurut begitu saja, dia terus mengikuti kemana perempuan itu pergi.

"Kamu siapa?" Jia memberanikan diri, bertanya pada perempuan itu.

"Ada perlu apa denganku?" tanya nya lagi.

Perempuan itu hanya tersenyum manis, membalasnya. Seolah menenangkan Jia, bahwa dia memang tidak ada niat jahat kepadanya.

"Duduklah!" titah perempuan itu kemudian. Setelah sampai di kamar No.4.

Jia pun menurut, duduk di kursi yang sepertinya sudah disiapkan sebelumnya. Perempuan itu lantas mengikuti Jia, duduk berhadapan dengannya. Menatap Jia lekat, lantas tersenyum kembali sesudahnya.

"Maaf sudah lancang, aku hanya ingin memperlihatkan ini kepada mu." ucap perempuan itu. To the point langsung ke inti, tanpa basa - basi. Memberikan Jia sebuah kotak kecil, berwarna hitam.

"Kamu harus tahu segalanya tentang kotak itu!" ucapnya kembali, dan berlalu pergi. Meninggalkan Jia dengan segudang tanda tanya besar, di kepalanya.

"Apa yang dia maksud?" Gumam Jia, pelan.

...✎﹏𝔻𝕊...

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

Thanks udah mau mampir😊

Sorry for typo and absurd🙏

Menerima kritik dan saran☺️

Jangan lupa like, vote, and comment🙃

Terpopuler

Comments

@Farhan Muiz

@Farhan Muiz

Ngomen😪

2022-10-06

1

Indra H

Indra H

Penuh misteri😆
I like it😊

2022-10-05

3

Ndin 579

Ndin 579

hemmm meni wow tunggu ya kelanjutannya saya sangat suka

2022-09-24

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!