BAB 17

Pulang bersama Azka kali ini, tidak banyak topik pembicaraan yang dibahas oleh Jia. Dalam setiap perjalanan, mereka hanya terdiam berkutik dalam hati. Biasanya, Jia yang akan selalu memulai obrolan, membahas tentang hal apa saja yang dia alami selama di sekolah. Tapi kali ini, ia tidak ingin sedikit pun membuka mulutnya. Hanya sesekali menimpali pembicaraan Azka dengan gumaman 'hmm', tanpa berniat membalas lebih. Seandainya Azka tahu, bahwa dirinya saat ini tengah berusaha menetralkan rasa gugup nya. Entah kenapa, perasaan Jia semakin tidak bisa terkontrol ketika berada lebih dekat dengannya. Jantungnya seperti lebih cepat berpacu, detak nya seolah mendahului kecepatan lajunya detik. Mencium bau harum tubuh Azka saja, kali ini rasanya berbeda. Seperti candu, padahal sebelumnya ia belum pernah merasakan hal ini. Wangi tubuh Azka sudah tidak asing bagi Jia, tapi perasaan aneh kali ini yang membuatnya terasa berbeda.

Azka begitu penasaran kenapa Jia sedari tadi hanya terdiam. Dia pikir, tidak biasanya Jia seperti itu. Orang yang biasanya bawel, apa - apa selalu diceritain, tapi sekarang mendadak bungkam. Berniat ingin melirik Jia dari kaca spion, tapi nampaknya kaca spion itu tertunduk ke bawah. Azka sudah tahu, ini pasti tadi ulah Jia yang di sengaja. Ingin memperbaiki kaca spion itu, tapi Azka takut Jia marah. Alhasil, Azka hanya bisa berdecak kesal, kemudian mencoba membuka suaranya kepada Jia. Sebenarnya Azka bukan tipe orang yang banyak bicara. Bisa dibilang dia adalah cold boy, yang hanya berbicara seperlunya saja. Tapi jika bersama Jia, dirinya sedikit terbuka. Bahkan untuk hal - hal yang tidak penting sekalipun. Selain Jia memang sudah menjadi sahabatnya dari kecil. Tapi memang Azka akui, Jia adalah tempat ternyaman baginya untuk bercerita. Berbagi keluh - kesah hidupnya. Apalagi dengan sikap Jia yang ceria, ramah, cocok untuk menjadi pendengar yang baik.

"Jia, boleh minta nungguin bentar gak?"

"Hah, kenapa?"

"Tungguin bentar! Nanti di depan mau nyampir dulu ke bengkel, nambah angin. Agak mulai gak enak ni ban nya."

"Oh iya, boleh."

"Yaudah, bentaran dulu ya. Tungguin!"

"Iya."

Jia memilih menunggu di warung pinggiran, yang jaraknya cukup dekat dengan rumah bengkel itu. Melihat Azka mengantri menyampirkan motornya, kemudian duduk di bangku, sambil sesekali membenarkan tali sepatunya. Tidak mudah bagi Jia melewatkan setiap detik gerakan yang Azka lakukan. Bola matanya tidak pernah lepas menatap dari jauh setiap detail seorang Azka. Pikirnya, kenapa ia baru tersadar sekarang, kalau Azka ternyata benar - benar tampan dan menawan. Tubuh tinggi semampai, setiap detail wajah yang menempati porsi pas. Rahangnya kuat, bulu mata yang sedikit lentik, hidung mancung. Memiliki bibir tipis, sehingga selalu menghasilkan ukiran senyum yang begitu manis.

Jia mengusak wajahnya kasar. Semakin lama memandangnya, semakin tak kuasa pula Jia menahan rasa ingin memiliki Azka seutuhnya. Dalam hati, Jia terus merutuki dirinya sendiri. Rupanya sedari tadi, Azka melihat Jia yang tertangkap basah tengah memperhatikan dirinya. Tapi Jia tidak menyadari hal itu, karena terlalu larut dalam pikiran dan perasaan kagumnya terhadap sosok Azka. Berhasil sadar, ketika Azka tengah kedapati tersenyum nakal kearahnya. Seolah senyum mengejek, dengan akhir menertawakan dirinya, yang celingukan tanpa dosa, berusaha membuang muka. 'Sial' rutuknya.

Akhirnya, Jia memilih mengalihkan pandangan ke seberang jalan. Melihat suasana ramai orang - orang dan kendaraan, yang tiada hentinya berlalu - lalang. Dari arah kiri jalan pertigaan, Jia melihat seseorang yang sangat ia kenali. Bagaimana tidak kenal, itu adalah sahabatnya, Herlin! Jia melihat Herlin duduk manis di atas jok motor, dengan tangan yang melingkar sempurna pada orang di depannya. Berboncengan dengan seseorang, yang sebelumnya Herlin larang untuk ia layani. Kata Herlin, Devan orang gak bener, dan gak boleh berani deketin. Tapi kali ini buktinya, Herlin bak menelan ludahnya sendiri. Dia dengan raut wajah gembira, nampak terlihat tenang - tenang saja, diboncengi Devan. Herlin sedikit pun tidak menampilkan raut wajah takut atau semacamnya, seperti yang ia katakan tentang sikap Devan padanya. Sebaliknya, Jia melihat Devan sedikit mengerucutkan bibirnya. Entah kenapa, melihat hal itu Jia berani menyimpulkan, bahwa Devan merasa terpaksa pulang bersama Herlin.

Jia sedikit kecewa dengan sikap Herlin. Pikirnya, kenapa harus sampai seperti itu bersikap mengelabui rasa cemburunya pada Devan. Jia tahu, Herlin pasti menyukai Devan. Herlin sepertinya memang sengaja menjelek - jelekan Devan, demi membuat Jia ilfeel padanya. Mungkin juga benar, tadi Devan ingin mengajaknya pulang bersama. Pikir Jia, Herlin pasti sudah mengetahui niat Devan, dan segera mungkin ia menghasut Jia, untuk mencegah hal itu terjadi, yang sudah pasti akan membuatnya cemburu.

Ingin sekali rasanya, Jia menghampiri Herlin dan Devan saat itu juga. Benar - benar ingin menyindir perkataan dan perbuatan Herlin, di depan Devan nya langsung. Tapi pikirnya, itu bukan suatu ide yang bagus. Ikatan persahabatan mereka lebih penting, dibandingkan seorang Devan. Jia tidak ingin membuat persahabatan mereka keruh, karena hal sepele seperti ini. Benar - benar sepele, karena Devan sama sekali tidak mengusik relung kalbunya. Meskipun Jia samar - samar pernah mendengar, Devan memang menyukai dirinya. Tapi hal itu tidak langsung ia ambil percaya, karena belum adanya bukti yang pasti. Soal Herlin yang telah berani tega membohonginya. Pikir Jia, biarlah itu menjadi urusan pribadinya. Sakit hati sudah tentu ia rasakan. Tapi Jia tidak ingin semuanya menjadi ribet, dengan mengungkit - ngungkit masalah yang tidak penting.

Untunglah Azka sudah selesai memperbaiki motornya. Oh, ralat! Bukan memperbaiki, hanya sekedar menambah angin. Tapi bisa begitu lama, karena sedari tadi terus saja mengantri.

∻∻∻

Malam ini, keluarga Pak Kardi tengah bersiap - siap untuk menghadiri acara Wedding Party, sepupunya. Bersama memakai pakaian batik seragam. Warna navy berpadu dengan sedikit warna putih dan biru muda, memakai bawahan warna hitam. Terlihat sederhana, namun masih terkesan elegant, manis, dan rapi. Apalagi kali ini mereka diharuskan memakai pakaian atau busana Muslim - Muslimah. Karena acara yang di gelar, akan sedikit bernuansa Islami. Ditambah lagi di akhir acara nanti akan ada syukuran sekaligus pengajian.

Jia sedikit kebingungan memilih jilbab yang cocok untuk dipakainya malam ini. Apalagi dia sudah lama tidak mengenakan jilbab, jadi cara memakainya pun dia sudah hampir lupa. Pikirnya, jika harus memakai jilbab instant, itu tidak mungkin. Menurut Jia itu sudah tidak jaman, dia ingin mengikuti trend muslimah kekinian, ceritanya. Menggunakan jilbab pashmina sedikit sulit, ia tidak tahu harus membelat - belit nya kemana. Akhirnya, dia memutuskan untuk meminta bantuan Kak Alena.

"Kak, misi! Kak, Kak Ale, boleh izin masuk gak?"

"Iya, ada apa?"

"Tolong bantuin dong Kak, cara pakai jilbab pashmina gimana. Hhe, Jia lupa soalnya!"

"Hadeuh. Lupa, apa emang gak bisa sih?"

"Lupa, beneran Kak."

"Yaudah, sini masuk!"

"Ehee, makasih Akakk."

Alena membantu Jia mengenakan jilbab pashmina nya. Jia melirik sedikit penampilan kakaknya malam ini. Terkekeh pelan hampir tak terdengar, kala melihat kakaknya itu berpenampilan bak seorang ustadzah. Sangat tertutup, sehingga siapapun akan benar - benar pangling melihat penampilan Kak Alena seperti ini.

"Loh, Kak. Kok gini sih?"

"Ya, mau gimana lagi? Emang gini."

"Enggak, maksud aku tuh pengen yang kayak muslimah - muslimah kekinian gitu, Kak. Fashion nya itu loh yang lagi trending jaman sekarang. Jilbabnya yang belit sana, belit sini, terlihat modis banget gitu. Kalau tinggal julurin kayak gini mah, dari tadi aku juga bisa kali Kak. Pengennya tuh diajarin gaya fashion hijab yang ala - ala selebgram. Bukan gaya ustadzah kayak gini. Haduh, kelihatan emak - emak banget tau gak!"

"Eh, udah untung diajarin juga. Malah nyolot!"

"Iya, tapi maunya bukan diajarin yang kayak gini. Kakak sebenarnya tahu gak sih, trend - trend jaman sekarang. Masa kudet sih!"

"Enak aja, ya tahu lah! Cuman Kakak tuh gak mau ikut - ikutan aja, trend yang kayak gitu. Pengen belajar nempatin sesuatu itu pada tempatnya. Memakai apapun itu, sesuai dengan kegunaannya. Kamu tahu kan fungsi hijab itu untuk apa?"

"Ya iya sih, tahu. Fungsinya menutup. Tapi kan, ini jaman udah beda Kak."

"Denger dek. Sekarang ini kita belum bisa istiqomah memakai jilbab. Setidaknya sesekali kita memakai, menggunakan nya secara tepat, sesuai fungsinya. Jangan mau dimanusian sama jaman! Malah Kakak berharap, kita bisa secepatnya berhijrah, Dek. Kakak pengen, kita tuh bisa nunjukin jati diri kita sebagai orang Islam, dan menjadi pribadi muslimah yang lebih baik lagi."

Jia tertegun begitu mendengar perkataan Kakaknya itu barusan. Memang benar adanya, saat ini keluarga nya belum bisa sepenuhnya, menjalankan kehidupan berdasarkan syari'at Islami. Masih kikuk ontang - anting, terpaku pada kemajuan jaman yang sedikit idealist. Entahlah, Jia rasa saat ini dirinya juga masih belum bisa menjadi pribadi muslimah, yang benar - benar muslimah. Masih ingin mengikuti trend - trend, yang memang sedikit melenceng dari ajaran agama yang sebenarnya berlaku.

Setelah selesai berdandan, menata rias wajah dan penampilan fashion nya. Jia dan Alena kemudian menuruni anak tangga secara bersamaan. Membuat orang - orang yang berada di lantai bawah seketika terkesima, melihat kedua gadis cantik bak bidadari surga. Penampilan syar'i yang melekat di tubuh keduanya, dengan ayunan langkah kaki yang begitu feminim. Sehingga menimbulkan kesan anggun nan mendamaikan.

Jia tidak menyangka, ternyata yang menunggu mereka sejak tadi bertambah tiga orang. Jia pikir, mereka akan berangkat hanya sekeluarga saja. Namun rupanya, disana terdapat tiga orang pelengkap untuk pergi ke acara malam ini.

"Wah, wah, wah. Lihat putri - putri kita Pah, seperti sengaja ingin menyaingi kecantikan Mamanya ini. Lancang kalian yah! Hhaa."

"Ck, sungguh luar biasa putri - putri ku ini. Tidak sia - sia kita membesarkan mereka, Mah!"

Jia dan Alena hanya bisa tersipu malu, mendengar gurauan kedua orang tua nya. Terutama Jia benar - benar dibuat malu, karena sedari tadi Azka terus memperhatikannya tanpa berkedip. Sepertinya Ayahnya sengaja mengajak Azka untuk ikut bersama mereka. Malam ini mereka akan pergi berangkat menggunakan motor. Karena jalanan yang mereka tempuh, akan banyak melalui gang sempit. Kedua kakaknya sudah memiliki pasangan masing - masing, jadi tidak perlu repot untuk mencari teman berbonceng. Sedangkan dirinya, tidak punya siapa - siapa. Boro - boro pacar, teman - temannya saja berada begitu jauh dari rumahnya, selain Azka satu - satunya.

Sepertinya malam ini akan menjadi malam ter awkward bagi Jia. Padahal dirinya akhir - akhir ini ingin menciptakan jarak dengan Azka. Berharap bisa sedikit melupakan tentang perasaan yang menyiksanya. Namun dengan keadaan malam ini, di tengah keheningan malam, dengan semilir angin yang begitu menyejukan, menaiki motor bersamanya terasa semakin menyiksa. Dirinya semakin tidak bisa terkendali, selalu ingin menangis, kala menyadari sudah sejauh ini dia menaruh hati kepada Azka.

"Kalau boleh jujur, malam ini kamu cantik banget Ji. Melihat versi Jiani Ilma yang sekarang, damage nya bukan maen, beuh! Hhee. Kayak gak berani banget buat deketin. Wanita yang pandai menjaga aurat tu, emang gak ada obat ya. Selalu kelihatan lebih cantik dan terhormat. Konsisten kan penampilan yang seperti ini ya sholehah, biar makin damai ngeliatnya."

Selalu terngiang di telinga Jia. Mengingatnya, sesaat tersenyum, kemudian meneteskan air mata. Kata - katanya bak sebuah peluru, tepat mengenai hatinya menjadi candu.

...✎﹏𝔻𝕊...

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

Thanks udah mau mampir😊

Sorry for typo and absurd🙏

Menerima kritik dan saran☺️

Jangan lupa like, vote, and comment🙃

Terpopuler

Comments

Ndin Ndin

Ndin Ndin

love 💕

2022-11-05

1

@Farhan Muiz

@Farhan Muiz

Love big❤️

2022-10-06

2

Indra H

Indra H

Nice, next🤗

2022-10-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!