"Mau dibawa kemana Omira?!" tanya Hilya kepada Tami baby sitter Omira.
Tami melirik kepada Zhafir, lalu menjawab. Omira akan saya tidurkan dikamarnya nyonya, Tuan Zhafir sudah membuatkannya kamar yang sangat cantik" ucap Tami terseyum.
"Tidak apa - apa Hilya, Tami akan membantumu merawat Omira, dia sudah bersertifikat dan terpercaya" terang Zhafir.
"Tapi masih terlalu dini untuk dia punya kamar sendiri, dia masih membutuhkan saya" Hilya hendak pergi menyusul Tami yang membawa Omira tapi ditahan Zhafir.
Kamar Omira ada di sebelah kamar kita, kamu tidak perlu khawatir" Zhafir menarik tangan Hilya menuju kamar mereka.
"Ayo, ku tunjukan letak kamar kita" tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Eh,,,se - sekarang tuan?!" Hilya terlihat begidik dengan perlakuan Zhafir.
"Tentu saja, bukahkah kita harus membersihkan diri?!"
"Rasanya sudah gerah sekali satu harian ini, kau juga harus membersihkan diri setelah itu ada yang ingin aku bicarakan denganmu" Zhafir langsung menarik tangan Hilya.
Langkah Hilya berat sekali mengikuti Langkah Zhafir kekamar mereka.
Kamar kedua pengantin baru itu terletak dilantai dua. Begitu sampai di depan pintu kamar Zhafir berhenti sejenak, kemudian berbalik menatap Hilya.
"Ini adalah kamar kita, kamar kau dan aku" ucapnya sedikit canggung menggenggam tangan Hilya.
Ceklek,,,,,
Pintu terbuka dan,,,,,
Ah,,,, keadaan didalamnya benar - benar membuat mereka berdua terlihat semakin canggung.
Kamar itu terlihat nyaman dengan semerbak aroma mawar yang memasuki rongga penciuman. Kamar bercat putih yang bernuansa damai.
Tempat tidur king size berseprai putih dengan taburan kelopak mawar merah diatasnya.
Sejenak Zhafir dan Hilya terpaku, berkecamuk dengan fikiran masing - masing.
"Ini indah sekali, bahkan sangat indah tapi aku belum siap Tuhan. Apa yang harus aku lakukan?! Dia suamiku sekarang, berhak atas diriku tapi hatiku masih menolaknya" Hilya bermonolog dalam hati.
Brenda,,,, kau melakukannya dengan sangat baik tapi mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk menikmati suasana ini. Sungguh aku ingin sekali membawanya keatas ranjang ini dan menikmati malam pertama kami, tapi aku tau dia belum siap untuk itu" batin Zhafir.
Ditatapnya wajah Hilya dengan sendu
"Apa kau suka kamarnya?!" tanyanya kemudian.
"Iy - iya su - suka, ini indah sekali" Hilya terbata.
"Kmarilah!!!" Zhafir menarik tangan Hilya untuk duduk di pinggir ranjang.
"Duduknya disini, disebelahku" Zhafir menepuk tempat kosong di sebelahnya.
Walaupun ragu tapi perlahan Hilya duduk disebelah Zhafir.
Mereka duduk dalam diam, bingung dalam merangkai kata dengan tangan Zhafir yang masih menggengam tangan Hilya, entah kenapa Hilya tak keberatan digenggam terus seperti itu. Hening beberapa menit akhirnya Zhafir berbicara.
"Aku tau,,,, saat ini kau masih merasa tidak nyaman bersamaku. Dan aku faham hatimu belum terbuka untukku tapi percayalah semua itu akan berubah seiring berjalannya waktu Hilya."
"Aku akan selalu berusaha membuatmu nyaman bersamaku" ucap Zhafir mengecup tangan Hilya.
Sementara Hilya, tersenyum getir menatapnya.
"Semoga aku tidak akan membuatmu kecewa tuan!!" batinnya.
"Hilya,,,, terkadang didalam hidup ini kita harus bisa menyelami segala sesuatunya dengan fikiran jernih"
"Begitu juga pemikiranmu tentang aku. Jangan pernah berfikiran buruk tentangku tapi cukup selami diriku dengan fikiran baik"
"Karna aku orang baik bukan orang sakit" candanya mencairkan suasana. dengan sedikit kekehan.
"Mungkin aku terkesan memaksamu masuk dalam lingkaran kehidupaku. Namun percayalah, apapun itu tidak ada tujuan buruk didalam hubungan ini,"
"Aku tulus terhadap kalian berdua" ungkapnya dengan tangannya membentu dua jari mengatakan suer.
"Baiklah tuan,,,,aku percaya itu" Hilya mencoba mengerti.
"Ah ya,,,, aku rasa panggilan kita saat ini perlu dirubah, kita terlihat seperti tuan dan majikan saja"
"Apa kata orang nanti kalau istriku masih memanggilku tuan?!" Zhafir terkekeh kecil.
"Mereka pasti berfikir aneh - aneh tentang kita, ayo kita buat panggilan sayang untuk itu"
"Bagaimana?" tanyanya kemudian.
"Aku ingin ketika kita berbicara gunakan kata aku kamu, dan panggil aku abang!!" ucap Zhafir spontan.
"Abang!??" Hilya mengerutkan alisnya.
"Ya seperti itu, ulangi lagi panggil aku seperti itu!!" titahnya terseyum menatap Hilya.
"Abang,,, " ucap Hiya lembut.
"Ah,,,, menggemaskan sekali" ucap Zhafir lagi.
Hai hai kak,,,, gimana ceritanya?!
Seru gak?!
Dukung author terus ya kencengin like, comen dan votenya.
Xera
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Tri Widayanti
Bikin baper nih
2021-06-08
0
Ariva Chn Riva
oh Abang sayang 😅😅
2021-04-28
0
Aditya Rizky
Abang jg bagus Thur dari pd kakak..
2021-03-14
2