Ceklek,,, pintu terbuka dari luar.
Omira berada dipangkuan Pak Joko, dia baru saja terbangun.
Omira dan pak joko menoleh bersamaan. Detik itu juga Omira menangis saat melihat Zhafir, ntah bagaimana perasaan anak kecil itu, ketika dia melihat orang yang dikiranya papanya datang dia langsung menangis seakan mengadu, bahwa ia sangat merindukannya.
Zhafir melangkah masuk diikuti Hilya dan bu Mirna dibelakangnya.
Diraihnya Omira dari pangkuan Pak Joko dan dgendongnya. Seakan mengerti, gadis kecil itu langsung memeluk leher Zhafir diseling tangisnya tapi tetap kompeng dimulutnya tak pernah lepas.
"Omira rindu papa?!"
"Papa sudah datang, jangan menangis lagi sayang!?"
"Maaf karena papa lama datangnya ya?!"
Cepatlah sembuh, setelah sembuh kita akan jalan - jalan, ok?!" pujuk rayu Zhafir.
Zhafir menepuk nepuk punggung Omira membuat gadis itu meredakan tangisnya perlahan sambil mengeyut kompengnya.
"Hubungan darah tak akan mengingkarinya nak, walaupun aku bukan ayah biologismu tapi aku adalah ayah keduamu setelah kakakku, secara naluri ikatan batin kita terbentuk. Aku berjanji akan selalu menjadi sosok yang telah hilang darimu, menyayangimu dan menjagamu" batin Zhafir berucap.
Pak Joko sempat bertanya - tanya kenapa nak Zhafir bisa berada disini, ibu sendiri berusaha menjelaskan tapi dia belum mendapat kejelasan apapaun dari Zhafir dan Hilya.
Mereka memutuskan untuk menunggu agar keduanya bisa menjelaskannya kepada mereka.
🍂
🍂
🍂
Waktu berlalu begitu cepat,sehabis magrib tadi Pak Joko dan bu Mirna pamit pulang, dan berencana kembali besok pagi. Sementara toko Hilya ditutup oleh Dessy.
Kini tinggal Zhafir dan Hilya yang ada druangan itu, Zhafir duduk di sofa sementara Hilya duduk di sebelah ranjang Omira. Omira sudah terlelap digendongan Zhafir tadi, kemudian diletakkan diranjang pasien.
Zhafir terus memperhatikan Hilya dari tempatnya duduk, membuat Hilya hanya bisa gugup menundukan kepalanya. Terlalu takut melihat raut wajah Zhafir yang dingin.
Akhirnya untuk mengisi kecanggungan, Zhafir berbicara kepada Hilya.
"Duduklah disini, bukankah melelahkan duduk dikursi itu?! Omira sudah tidur jadi kau bisa duduk disini Hilya!" ucap Zhafir.
Hilya mengangkat kepalanya sebentar menatap mata tajam Zhafir, pandangan mereka bertemu lalu Hilya menunduk lagi.
"Tidak apa - apa tuan, saya disini saja" jawab Hilya takut - takut.
"Kau mau aku yang memindahknmu kemari, atau berjalan sendiri dengan kakimu?!" Zhafir berkata dengan nanda dingin dan sorot mata tajam sambil menegakkan punggungnya seperti hendak berdiri membuat Hilya langsung berdiri dari duduknya.
"Ba - baiklah tuan!!" Hilya berjalan dan duduk di sofa sebelah Zhafir.
Terciptak beberapa jarak antara mereka, Zhafir tidak terlalu menggubris pemebentengan diri yang dilakukan Hilya.
Dia sedang menunggu Pak Bagas mengantarkan baju ganti dan makan malam untuk dirinya dan Hilya.
Tak berselang lama Pak Bagaspun datang.
"Ini Pesanan anda tuan!!!" ucap Pak Bagas sambil menata makanan diatas meja.
Hilya yang melihatnya hanya bisa tercengang, "Kenapa tuan Zhafir begitu dilayani oleh pamannya sendiri, dan apa itu tadi?!"
"Pamannya memanggilnya tuan?!" Hilya bertanya tanya terus dalam hatinya.
Apakah anda perlu yang lainnya tuan?! tanya Pak Bagas.
"Tidak Pak Bagas, pulanglah!!! Besok aku akan menghubungimu lagi" ucap Zhafir datar.
"Ayo Hilya,,, makanlah!!"
"Kau belum makankan sejak tadi?!" namun Hilya hanya diam canggung.
"Ah,,,,, dan jangan memaksaku untuk memaksamu makan makanan ini karena jika aku memaksakan sesuatu maka akan fatal nanti"
"Bukan begitu tuan!! saya hanya tidak berselera saja. Sulit untuk saya menelan makanan dalam situasi seperti ini."
"Tuan saja yang makan, tidak apa - apa."
"Nanti saya yang akan membereskannya setelah selesai dan tuan bisa beristirahat dirumah tuan" Hilya mencoba menjabarkan.
Sebenarnya situasi ini sangat canggung bagi Hilya, dan dia tidak mau merepotkan Zhafir lagi, dia tidak mau Omira terlalu berharap banyak kepada Zhafir, karena dia mungkin tidak akan bisa percaya lagi pada siapapun. Apalagi mereka tidak memiliki hubugan apapun.
Tanpa Hilya sadari,pernolakan halus yang Hilya lakukan membuat Zhafir kembali kehilangan kesabaran.
Zhafir menghembuskan nafas kasar, dia membuka dua kancing teratas kemejanya lalu membuka kacing ditangan kemejanya dan menggulungnya hingga siku.
Tangan panjangnya langsung meraih pergelangan tangan Hilya dan menghentaknya kuat menarik Hilya agar mendekat tapi malah membuat Hilya jatuh kedalam pangkuannya.
'Tu - tuan, tolong lepas tuan" Hilya mulai panik.
Jeng jeng jeng,,,,,, babang Zhafir mau ngapain ya?!
Ada yang bisa tebak?!
Xera
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Tri Widayanti
Duh duh Zhafir kok gitu
2021-06-08
1
Palupi Bintang
wow... wow... wow...
2021-05-27
0
mety
he he he
2021-02-25
0