"Pak,,, biar Hilya saja!!!" potong Hilya.
"Tidak apa - apa Hilya biar bapak yang mendahulukannya, nanti kamu bisa ganti ke ibu, jangan terlalu difikirkan. Omira juga cucu kami nak, dia kesayangan kami" ucap Pak Joko tulus.
"Terima kasih pak,,, sudah menerima saya dan Omira setulus hati" ucap Hilya dengan mata berkaca - kaca. Sementara zhagir madih mengamati keadaan.
Setelah selesai melakukan transaksi, Pak Bima segera pamit, dan bersalaman tanda perdamaian. Yang terakhir Pak Bima bersalaman dengan Zhafir, dia sedikit sungkan dengan tatapan menghunus dari Zhafir.
🍂🍂🍂🍂🍂
Tak berselang lama setelah kepergian Pak Bima, Pak Joko beralih kepada Zhafir yang masih duduk di sofa dengan berselonjor kaki sehabis di urut oleh Hilya. sedangkan Hilya sendiri masih duduk diseberang sofa dengan memangku Omira. Tapi Omira sendiri tidak mau diam, dia terus mencoba turun dari pangkuan ibunya, mencoba meraih Zhafir dengar mengayun - ngayunkan tangannya.
Omira berhasil lepas dari Hilya dan berlari kearah Zhafir, yang membuat zhafir terhenyak kaget karena Omira langsung menempel padanya minta diangkat.
Adum,,,, adum,,,cicitnya dibali kompeng mengisaratkan minta digendong.
Hilya merasa tidak enak dan canggung, dia segera mengambil anaknya.
"Omira,,,,, hei nak!!"
"Ayo cepat sini sayang, ayo kita buat susu saja ya?!" rayu Hilya pada anaknya.
"ndak au,,,, Omi cini aja?!"
"Adum,,, adum,,," rengeknya pada zhafir untuk digendong, membuat Hilya merasa tidak enak lalu menarik paksa anaknya untuk dibawa pulang.
Omira meronta - ronta dan meangis digendongan Hilya membuatnya kewalahan.
Entah apa yang membuatnya begitu suka mendekati Zhafir?!
"Hei,,,,biarkan saja dia disini, tidak masalah."
"Ehm,,,, " Zahfir berdehem sedikit canggung.
"Aku masih menunggu seseorang datang menjemput " ucap Zahfir kembali datar.
"Biarkan saja Hilya, bapak masih disini menemani nak Zhafir. Jangan khawatir yang berlebihan Hilya!!!"
"Ada bapak disini, Omira sudah aman"
"Kamu kembali saja ketokomu, biar Omira sama bapak dan ibu, kami tidak mau kejadian ini terulang lagi" ucap Pak Joko menegaskan.
"Ehm baiklah,,,, Hilya pamit ketoko dulu!!
Saya permisi Tu - tuan!! ucap Hilya yang takut dengan tatapan tajam Zhafir kepadanya.
Hilyapun bergegas ke toko sebelah tempat dia tinggal.
Zhafir mengangkat Omira dan mendudukannya dipangkuannya. Omira memainkan tangannya di rambut tipis yang berada di dagu dan rahang Zhafir, sambil tertawa sambil menggigit kompengnya. Dia mrmandangi wajah Omira yang imut, matanya seakan mengingatkannya pada seseorang yang teramat sangat dirindukannya. Dia suka mata itu.
"Apakah cucu kakek sangat senang bermain dengan paman zhafir?!" tanyanya pada Omira.
Omira mengangguk senang.
"Maaf ya nak Zhafir, jika Omira sedikit menyusahkan. Mungkin dia menyukai nak Zhafir, Omira tidak pernah berinteraksi kepada orang yang namanya laki - laki kecuali saya"
"Ibunya selalu mengantisipasi hal ini, selalu berfikir seoalah semua laki - laki itu adalah monster yang menakutkan"
"He he he,,,, ntahlah mau sampai kapan dia seperti ini" ucap Pak Joko tertawa sendu.
"Maksud bapak,,,,?!" Zhafir sedikit ragu untuk menanyakannya.
"Ah sudah - sudah nak Zhafir tidak usah berfikir macam - macam."
"Hilya wanita baik - baik, hanyak saja takdir buruk mengiringi langkahnya"
"Oh ya bagaimana dengan pergelangan kaki nak Zhafir, apa masih perlu dipanggilkan tukang urut, biar bapak panggilkan??" ucap Pak Joko mengalihkan.
Ah,,, tidak usah pak, saya sudah enakan dan sebentar lagi akan ada yang menjemput saya kemari" ucap Zhafir menolak.
Tok,,, tok,,,,, tok,,,
Pak Joko menoleh dan terkejut melihat siapa yang datang. Seorang pria berusia 50 tahun yang masih terlihat sangat gagah berdiri didepan pintu.
"Pak Bagas?!" ucap Pak Joko terkejut.
"Asalamualaikum Pak Joko, boleh saya masuk?!" ucap Pak Bagas tersenyum berkarisma.
"Ah,, tentu saja Pak Bagas, jangan sungkan.
Tidak perlu berucap begitu, ini adalah rumah bapak saya hanya penjaganya" ucap pak Joko segan, karena memang rumah ini adalah rumah yang dititpkan Pak Bagas padanya beserta beberapa ruko yang berderet disamping.
Pak Joko termasuk orang yang sangat dipercaya oleh Pak Bagas.
"Ah bapak ini bisa saja, saya buk -" belum sempat Pak Bagas menyelesaikan kalimatnya Zhafir sudah berdehem.
"Ehm,,, apa paman melupakanku disini?!" ucap Zhafir tajam menatap Pak bagas sembari memberi isyarat gelengan kepala menandakan tutup mulut.
Pak Bagas mengerti isyarat itu.
Hai - hai kak...
ikutin terus perjalan zhafir dan Hilya ya,,,
Jangan luoa kencengin votenya.
Xera.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
MaMen
Semangat buat author
2021-04-13
0
mety
ditunggu lanjutannya
2021-02-16
0