Omira menjerit berlari kesana kemari saat sampai disana, dia melupakan kesedihannya tadi. Berbagai wahana iya naiki, menjerit tertawa dan bernyanyi riang.
Teruslah bahagia nak!! mama akan berusaha semampu mama untuk membahagiakanmu."
Omira terus bermain hingga ia kelelahan, mulut dan baju nya sudah belepotan coklat. Hilya menyudahi bersenang - senangnya dan membawa Omira pulang.
Saat sedang berjalan dengan Desy, tiba - tiba gandengannya pada Omira terlepas, Omira berlari kearah samping dan,,,,,,
"Greep,,,"
Omira memeluk seseorang yang sedang berjalan - jalan di taman.
Adum,,,, adum,,, jeritnya dibalik kompeng.
Yah,,,, orang yang dikejar Omira adalah Zhafir, saat ini zhafir sedang mencari angin saja untuk menghilangkan penat. Dia selalu memiliki kebiasaan seperti itu, berjalan menyendiri menyusuri jalanan sambil melihat - lihat.
Sejenak Zhafir terperangah, tidak menyangka Omira ada di depannya.
Zhafir menunduk dan menggendong Omira, matanya kesana kemari mencari sosok ibu Omira. Sedangkan Omira, langsung memeluk dan melepas kompeng,mencium pipinya lalu menggosok - gosokan tangannya pada janggut Zhafir.
Zhafir tersenyum.
"Kau merindukanku cantik?!" tanyanya pada Omira, yang ditanya tertawa dengan kompeng yang sudah kembali terpasang dimulutnya dengan sedikit ences.
" Omira,,,, kenapa berlari seperti itu?! Lain kali tidak boleh seperti itu ya nak?!" nasehatnya pada anaknya.
Zhafir hanya terus memeperhatikan Hilya yang menasehati anaknya.
"Maaf tuan, saya merepotkan anda lagi. Biar Omira saya bawa pulang dulu" ucapnya takut takut menatap Zhafir.
Zhafir hanya diam saja terus memandang Hilya. Saat Hilya akan mengambil Omira dari gendongan Zhafir, Omira menolak dan memeluk leher Zhafir dengan erat.
"Sayang mama,,,, ayo kita pulang nak."
"Ini sudah malam, tuan Zhafir juga mau pulang kerumahnya!!" bujuknya pada putrinya.
Endak au,,,,, Omi au itut papa!!
teriaknya terisak sambil memeluk zhafir.
Bak tersambar petir Hilya mendengarkannya.
Jantungnya bergemuruh, dari mana anak sekecilnya mengerti bahasa "papa" sedangkan dia tidak pernah sekalipun menyinggung hal itu.
Desy yang disebelah Hilya juga merasa terkejut dan panik. Pasalnya dialah yang mengajari kata papa pada Omira, saat melihat beberapa anak yang datang ketoko membeli permen dan menemani papa mereka membeli perlengkapan dapur ketika istrinya sedang repot.
Omira selalu memperhatikan itu, interaksi seorang anak dengan lelaki yang sering didengarnya dengan sebutan papa.
Bermanja dan tertawa, terkadang Desy merasa kasihan, ketika melihat Omira terbengong saat anak - anak begitu dimanja papanya.
Kadang Dessy berucap pada pembeli " wah kakak cantik digendong sama papa ya?! mau beli apa, koq papanya dipeluk terus."
Bayak hal lagi yg didengar Omira tentang sosok "papa", mungkin itulah yang terekam di otaknya saat melihat tuan zhafir batin Desy.
Omira, kok ngomongnya gitu, ayo kita pulang nak?! bujuknya ulang kepada Omira, mata Hilya sudah berkaca - kaca tapi dia tahan.
Omira makin mepererat pelukannya tangisnya juga semakin keras.
Zhafir yang mulai mengerti situasi itu, mecoba membujuk Omira, dia mengerti bahwa anak ini membutuhkan sosok itu.
"Omira,,,, mau ikut papa pulang?!" ucapnya pelan sambil menatap Hilya mengisyaratkan wanita itu agar diam.
Deg,,,
Hati Hilya bergemuruh saat Zhafir menyebutkan dirinya papa pada Omira. "Maafkan mama nak sehingga kamu berada disituasi seperti ini" batinnya.
Omira mengangkat kepala, matanya basah, hidungnya merah dan dia terisak. Zhafir mengusap air matanya balita itu, serta menghapus lelehan ingus di hidungnya karena menangis. Tidak ada rasa jijik didirinya.
Entahlah seolah perasaan ini kuat.
"Tapi papa maunya kerumah Omira!"
"Bagaimana kalau papa antar pulang, mau ya?!"
Omira mengangguk dan kembali memeluk leher Zhafir, dia takut ibunya menurunkannya dari gendongan Zhafir.
Tapi tu - tuan?!
Zhafir langsung berbalik jalan mengantar Omira tanpa menjawab.
Hilya bingung, tapi tak urung dia berterima kasih kepada Desy karena sudah menemaninya dan Omira bermain.
Des,,, kamu pulang aja, biar mbak nyusul Omira.
Ya mbak, hati - hati ya?! ucap Desy berlalu pergi.
Deg,,,, jantung Hilya kembali berpacu dengan rasa takut.
Hilya mengikuti langkah Zhafir, nampak kakinya agak sedikit pincang tapi tak begitu kelihatan. Mungkin pengaruh kecelakaan tadi. Hilya merasa tidak enak tapi anaknya tidak mau ia gendong.
Hilya berjalan dibelakang Zhafir, seketika Zhafir berhenti dan menatapnya, membuat perasaan Hilya cemas.
Tidak bisakah, kau berjalan disampingku Hilya?! ucap Zhafir yang masih mengingat namanya.
Eh,, Hilya terkejut dan tak urung dia mempercepat langkah disamping Zhafir.
Beberapa saat mereka berjalan hanya saling diam. Masing - masing merasa canggung, dan mereka akhirnya sampai di depan toko Hilya. Omira sudah tertidur tapi dia terbangun lagi ketika hendak dipindahkan kegendongan Hilya. Omira kembali meronta tak mau Lepas dari Zhafir.
Hilya yang merasa risih dengan cepat membuka pintu, lalu memaksa Omira untuk pindah gendongan, sebenarnya dia merasa takut kepada Zhafir, entah mengapa sejak kejadian malam itu ia enggan dekat dengan laki - laki.
Mungkin bisa dikatakan dia trauma, sungguh malam itu, malam yang sangat iya benci seumur hidupnya.
Selamat membaca, jangan lupa kencengin vote dan likenya ya?!
Xera
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Ariva Chn Riva
ada apa sebenarnya pada mlam itu
2021-04-20
0
mety
mantap
2021-02-17
2
Etha Oldrezzta
Firth
2021-02-16
1