Beberapa hari kemudian, lebih tepatnya seminggu kemudian, hari dimana Caca dan keluarganya harus sudah kembali ke Bogor karena ayahnya harus dinas, dan tentunya Caca dan adek cowoknya itu pun sebentar lagi sudah harus masuk pondok pesantren kembali.
"Berpisah lagi deh kita" ucap Caca yang sudah berkaca-kaca matanya.
"Udah ah ga usah mewek, insya allah tar juga bakal ketemu lagi ko" seru Aluna sambil tersenyum.
"Iya, gue juga mau pulang sekarang ajah, banyak tugas sekolah yang belum gue kerjain nih. Pokonnya kalau gue mau main, nanti gue langsung ke sini ajah lah ya, orang rumah kita cuman beda komplek ajah" cerocos Mila yang hanya di angguki ke duanya.
"Yasudah semuanya, kami pamit dulu ya" ucap Ayah caca berpamitan.
Mereka pun saling bersalaman dan berpelukan satu sama lain.
"Kita berangkat sekarang ya" pamit Bunda Siska.
"Iya hati-hati kaliann" seru Opa Rahman.
"Jangan kebut-kebutan di jalannya ya" seru Oma Rahma.
"Iya tuh, santai ajah ga udah rusuh" sahut Mama Zia.
"Iya semua, yaudah bang gue balik dulu ya" ucap Ayah Caca berpamitan ke pada Papa Willi.
"Iya, hati-hati ya. Sehat-sehat semuanya di sana ya" ucap Papa Willi.
"Dadahhhhh" ucap Caca dan Dzahwan setelah mereka berada di dalam mobil.
"Dahhhhhh" balas semua orang di rumah itu
Mobil pun segera melaju dengan kecepan sedang, dan sekarang jemputan Mila pun sudah tiba di rumah Aluna.
"Yaudah yang lainnya, Mila juga mau pulang dulu ya" pamit Mila sambil menyalami semua orang yang ada di situ.
"Iya hati-hati ya, sayang" sahut Mama Zia.
"Oh iya tan, nanti malem Ibu sama Ayah juga aku mau pada ke sini katanya" ucap Mila.
"Ada apa memangnya, Mil?" tanya Papa Willi.
"Ada hal penting yang harus di bicarakan" sahut Mila.
"Yaudah semuanya aku pulang dulu, dahh" ucap Mila dan langsung saja menaiki mobil jemputannya.
"Bay Lexaa, see you" ucap Mila sambil melambaikan tangannya di ikuti Aluna juga.
Mobil pun segera melaju, dan semua orang pun masuk kembali ke dalam rumah dan menuju kamarnya masing-masing.
Kini Aluna sedang bermalas-malasan rebahan di atas kasur sambil memejamkan matanya, tapi tiba-tiba suara deringan ponsel terdengar dari ponselnya Aluna, tanpa melihat siapa yang menelfon dia pun langsung mengangkatnya sambil masih memejamkan matanya.
"Siapa nih" ucapnya langsung tanpa suka basa-basi.
"Ga bisa baca apa gimana sih" sewot orang di sebrang sana.
Seketika Aluna langsung terperanjak kaget setelah mendengar suara yang dia kenal dan dengan segera dia langsung membuka matanya lalu terduduk sambil melihat nama siapa si penelfon ini, betapa kagetnya dia saat sudah tau siapa yang menelfonnya ini.
"Elo! ngapain lo telfon gue, terus sejak kapan lo punya nomber gue dan sejak kapan juga nomber lo tersimpan di ponsel guee?!!" sewot Aluna.
"Santuy dong, kan waktu di bis gue pernah pinjem ponsel lo dan masukin nomber ponsel gue di situ" jelas Alana.
"Oh, terus ngapain lo telfon gue" tanya Aluna.
"Temenin gue latihan basket, pokonya ga ada penolakan, sekarang juga gue ke rumah lo, by" cerocos Alana tanpa memberi kesempatan Aluna berbica dan langsung saja memutuskan sambungan telfonnya.
"Ih bocah gila ya, belum juga gue iyain atau engga udah di matiin ajah" kesal Aluna yang langsung menaruh ponselnya di meja kecil sebelah ranjangnya dan dia pun segera tertidur karena saking capek dan ngantuknya.
Beberapa menit kemuadian, Alana pun sudah tiba di rumah Aluna, dan segera saja dia bergegas ke kamarnya Aluna setelah tadi di beri izin oleh Mama Zia saat membukakan pintu untuknya.
Toktok.....Tokkkk..Totokkkk..Tokkkkk
Suara ketukan pintu terdengan jelas tepat di pintu kamarnya Aluna, tapi Aluna tidak meresponnya karena saking nyenyaknya dia tertidur, karena sudah lama Alana berdiri di situ tapi tidak ada yang membuka pintunya, Alana pun perlahan segera memutar kenop pintu kamarnya Aluna yang ternya tidak terkunci, setekah terbuka dia pun segera melangkah masuk kamar untuk mencari keberadaan manusia satu itu.
"Ya iya gak ada yang bukain pintu, ternyata lagi tidur toh orangnya" guman Alana setelah melihat Aluna yang sedang tertidur dengan memunggungi dirinya.
"Bangunin ga ya, kalau di bangunin kasian tapi" bingung Alana dan segera duduk di sisi ranjang milik Aluna yang luas itu.
Saat Alana terduduk, tiba-tiba Aluna merubah arah posisinya yang kini menghadap ke arah Alana, Alana pun dentan perlahan langsung memperhatikan wajah cantik Aluna yang membuat dirinya nyaman saat berada di sisinya dan enak saat memandangin wajah Aluna yang menebarkan aura positif dan menyejukan itu.
"Anak cantik yang baik hati, yang selalu menyembunyikan kesedihannya di depan semua orang, tapi nyatanya lo adalah perempuan yang mudah menangis saat lo sendirian, gue bangga sama lo" ucap Alana sambil mengusap-usap rambut halusnya Aluna yang sedang tidak memakai hijabnya.
Karena merasa ada yang menyentuh dan mengusap kepalanya, Aluna pun dengan terpaksanya segera membuka matanya dan betapa kagetnya dia saat melihat siapa yang sedang terduduk di sampingnya sambil menatap dirinya dengan tatapan datar khasnya itu.
"Astagfirullah, sejak kapan lo di sini? mau ngapain juga lo di sini?" syok Aluna dan langsung terduduk menghadap Alana.
"Sejak tadi, udah cepet sanah siap-siap gue tunggu 5 menit di bawah" santai Alana dan langsung segera keluar dari kamar Aluna dan menuju ke ruang tamu untuk menunggunya di sana.
"Ihh dasar manusia tembok nyebelin" gerutu Aluna sambil bersiap-siap, setelah siap dia pun segera turun ke ruang tamu untuk menghampiri Alana yang sedang asik bersandar di sofa sambil memainnkan ponselnya.
"Mau kemana sih?" tanya Aluna setelah tiba di ruang tamu.
"Lapangan basket" jawabnya dan langsung berdiri lalu segera menyeret Aluna agar bisa lebih cepat ke luar rumah.
"Ishh tunggu ngapa, mahhh Aluna pergi duluuuu" teriaknya yang sudah ada di ambang pintu.
"Iyaa, hati-hati yaaa" sahut Mama Zia yang sedang ada di dapur.
Mereka berdua pun segera berangkat menuju ke lapangan basket yang dekat dengan sekolahannya mereka berdua. Selama di perjalanan Aluna merasa kesal karena seenaknya saja manusia satu ini memaksa-maksanya agar mau ikut kemana pun dia pergi.
"Tangan lo masih sakit?" tanya Alana sambil melirik Aluna dari kaca sepion.
"Hmm" dehemnya.
Tidak ada obrolan lagi di antara mereka, ya biasalah namanya juga tembok ketemu tembok gimana mau ngobrol coba.
Setelah beberapa menit kemudian, mereka pun sudah sampai di lapangan basket yang kebetulan di situ pun ada Angga, Rafli, dan Bagas yang sudah menunggu mereka sejak tadi.
"Noh dua sejoli baru datang" ucap Angga saat melihat ke dua sejoli itu menghampiri mereka.
"Eh Lun, gimana tangan lo udah sembuh?" tanya Bagas yang kebetulan juga mereka pernah pacaran saat kelas satu SMP (mantannya).
"Belum sih, tapi ya udah mendingan lah" jawab Aluna.
"Cepet sembuh ya teteh jago, nanti kalau udah sembuh kita duet main basket lagi, oke" ajak Rafli.
"Oke, siapa takut" balas Aluna dengan senyuman devilnya.
"Yaudah yu langsung mulai ajah" ajak Alana yang di angguki ke tiga cowok itu, sedangkan Aluna memilih duduk di salah satu bangku penonton yang ada di situ.
Saat mereka sedang asik bermain basket, tiba-tiba ada seorang cewek yang memanggil nama Alana, tak jauh dari tempat Aluna duduk.
"Alanaaaa" teriak cewek itu yang ternyata adalah Sasya yaitu mantan dan sekaligus temannya Aluna waktu sd.
"Sasya?" kaget Alana dan langsung berhenti main basketnya.
"Hai, apa kabar?" sapa Sasya setelah tepat berada di hadapan Alana dan ke tiga sahabat cowoknya.
"Baik" singkatnya.
"Yaelah makin dingin ajah, haha" ucap Sasya berbasa-basi.
"Ngapain lo di sini?" tanya Alana.
"Ga sengaja lewat ajah, eh terus liat kamu yaudah aku samperin ajah deh" sahut Sasya sedangkan Alana hanya ber oh ria saja.
Sedangkan Aluna yang melihat pemandangan itu pun menjadi muak dan berniat untuk pergi dari sana untuk membeli minuman, tapi saat baru saja melangkah, eh Bagas sudah memanggilnya.
"Woy, Aluna mau kemana lo?' teriak Bagas dan langsung semuanya menatap ke arah Aluna.
"Beli minum" cueknya dan langsung saja bergegas kembali melangkahkan kakinya, tapi baru saja berbalik eh sudah mendapati cacian dari si Sasya itu.
"Oh ada di cewek jadi-jadian juga" ejeknya, tapi Aluna masih saja santai sambil meliriknya dengan tatapan yang ingin membutuh itu orang.
"Kenapa tuh tangan" ucapnya lagi, tapi Aluna malah bodo amat dan malah langsung pergi ke mini market terdekat.
Setelah membeli minum, Aluna pun kembali ke lapangan dan melihat Sasya yang sedang caper ke Alana dengan iming-iming pengen di ajarin main basket. Awalnya Alana menolak tapi ya mau bagai mana lagi kalau sudah di paksa.
Dengan terpaksa Alana pun mengajari Sasya yang sebetulnya hanya caper dan pengen mendekati Alana kembali yang makin hari ke hari tambah ganteng. Sedangkan ke tiga semprul aliasnya sahabatnya Aluna dan Alana pun langsung menghampiri Aluna yang sudah terlihat bosen dan bete.
"Ada yang cemburu nih" ejek Angga.
"Mana ada" elak Aluna.
"Cemburu mah bilang ajah kali" ucap Rafli yang ikut mengejeknya.
"Ih apaan sih" malu Aluna yang langsung di tertawakan ke tiga orang itu.
"Malah ketawa lo tolol, gimana tuh kisah percintaan kalian?" tanya Aluna.
"Gue masih menunggu si Sasqia putus dari cowoknya" curhat Rafli dengan tampang sedihnya.
"Cikk, malang sekali nasib lo, haha" ejek Bagas.
"Kalau lo gimana? ga usah ketawa-ketawa ajah ******" kesak Aluna.
"Ya gue sih gini seperti yang kalian lihat, jomblo haha" tawa Bagas yang menertawai nasibnya yang jomblo mulu.
"Haduhh nih bocah jomblo" ejek Angga.
"Nah, sekarang lo gimana sama Winda?" tanya Aluna.
"Gue udah tau kan ya kalau Winda suka sama gue, nah dan gue pun punya perasaan yang sama kaya dia." jelasnya.
"Ya terus kenapa ga lo pacarin aja si Winda" ucap mereka bertiga dengan hebohnya.
"Wehh seloww dong kawan" serunya.
"Gue ga mau untuk pacaran sekarang, karena gue harus fokus dulu belajar untuk saat ini, dan lagian kita berdua juga masih terlalu kecil untuk mengenal dan melakukan yang namanya pacaran-pacaran itu, so tunggu pas SMA gue jadiin dia pacar gue" ucapnya penuh kewibawaan
"Wissss, bijak sekali anda itu" ucap mereka bertiga yang membuat Angga kepedean.
Saat sedang asik-asiknya mengobrol, tiba-tiba tangan Aluna yang belum sembuh total itu menjadi sakit kembali setelah terkena lemparan bola basket yang cukup keras dari seseorang.
"Awwssss" teriaknya dan membuat kaget para sahabatnya termasuk Alana.
"Lo apa-apa sih" marah Alana.
"Gitu ajah lebay" ucap orang yang melempar bola basket tadi.
"Lo tuhh ya, ..." kesal yang lainnya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Jeng.. jeng.. jeng.. jenggggg, gimana sih kira-kira kejadiannya kenapa mereka bisa semarah itu?, oke tunggu di bab selanjutnya yaa.
***
Jangan lupa, like comen vote and rate oke.
~Arigato💕
oninsta@agrhm.06
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Anonymous
yahh baruu jugaa ketemu
2022-03-07
1
lolll
sedihh deh:((
2021-11-21
3