13: BBQ

"Kemari." Suruh Lien Hua pada Pelayan Fu untuk mendekat padanya, Pelayan Fu hanya menurut dan duduk didepan Lien Hua.

Lien Hua mengompres pipi Pelayan Fu dengan kain basah dingin, hingga pipi Pelayan Fu tidak lagi memerah akibat tamparan pelayan yang sok tadi.

"Nona, terima kasih." Ucap Pelayan Fu, ia bersyukur memiliki junjungan yang baik hati, tidak memandang kasta.

"Kau ini kenapa tadi diam saja, kau kan bisa bela diri, jangan mau ditindas, sekarang yang memperlakukan kita tidak adil akan kita balas lebih berat dari mereka memperlakukan kita." Ucap Lien Hua menaruh kompres yang ia pegang kedalam wadah.

"Yang Mulia." Ucap seorang pelayan membawakan kue untuk Lien Hua.

"Masuk." Tiga pelayan langsung masuk, menaruh kue, teh juga makan siang dimeja.

"Yang Mulia, ini makan siangnya, sekarang waktunya makan siang, hamba permisi." Pamit Pelayan A.

"Siapa yang menyuruhmu untuk keluar." Ucap Lien Hua datar, berhasil membuat para pelayan ketakutan.

"Maaf maafkan hamba Yang Mulia, hamba salah, kami sudah memperlakukan pelayan Fu dengan buruk." Ucap Pelayan B menunduk takut.

"Lupakan kejadian tadi, sekarang kalian semua duduk, kita makan bersama." Ucap Lien Hua.

"Tidak Yang Mulia, kami tidak pantas." Ucap kompak ke tiga pelayan. Sementara Pelayan Fu sudah mengambil kue bulan, memasukkannya kedalam mulutnya.

"Aku tidak meminta bantahan dadi mulut kalian, duduk dan makan saja, lihatlah Fu, dia sudah lapar sepertinya." Ucap Lien Hua, sontak tiga pelayan itu menengok pada Pelayan Fu yang menikmati kue bulan dengan lahap.

"Yah yah cepat ayo." Ucap Lien Hua lagi menarik satu persatu tangan para pelayan agar duduk bergabung dengannya.

Sore menjelang malam, Lien Hua merasa bosan sekarang. Lien Hua membuka jendela kediamannya, ia melihat halaman belakang kediamannya yang terlihat sepi dan kosong, tidak ada tumbuhan apapun disana.

"Membosankan." Ucap Lien Hua menopang dagunya, dalam benaknya terlintas ide yang brilian.

"Fu." Panggil Lien Hua, Pelayan Fu langsung mendekat pada Lien Hua.

"Ya Nona." Dengan cepat pelayan Fu mendekat.

"Bagaimana jika halaman belakang ini kita tanami pohon sakura dan bunga mawar, pasti indah." Ucap Lien Hua.

"Iya Nona, pasti indah."

"Besok kau perintahkan pada pengawal untuk membantu kita menanam."

"Baik Nona, akan saya lakukan."

"Fu, ada jagung atau tidak?"

"Di dapur istana sepertinya banyak Nona, untuk apa?"

"*BBQ an aja, udah lama nggak bakar bakar*." Batin Lien Hua membayangkan rasa daging BBQ yang nikmat.

"Cepat ambilkan beberapa jagung, ayam dan bumbu yang sudah aku ajarkan padamu." Ucap Lien Hua, Pelayan Fu yang mendengar langsung tersenyum dan menuju kedapur. Ia tahu apa yang akan dilakukan oleh junjungannya sekarang jika menyangkut dengan ayam.

Setelah beberapa lama, Pelayan Fu kembali dengan beberapa pelayan bersamanya.

"Nona sudah." Ucap Pelayan Fu menenteng dua ekor ayam yang sudah bersih dari bulunya.

"Ayo semuanya ikut aku." Ujar Lien Hua langsung memimpin jalan, mereka semua menuju kebelakang kediaman sakura.

"Yang Mulia, apa yang akan kita lakukan dengan ayam dan jagung ini?" Tanya Pelayan C.

"Membakarnya." Jawab Lien Hua singkat.

"Ha? bakar? bukankah jagung untuk direbus?" Tanya Pelayan B yang merasa aneh, jagung kok di bakar.

"Sudahlah mari, sekarang kalian pegang satu persatu jagung ini, ikuti aku." Ucap Lien Hua mencontohkan cara membakar jagung dengan baik dan benar. Sedangkan Pelayan Fu, tugasnya adalah mengurus dua ekor ayam yang telah dibawanya tadi, membolak balik dan mengolesinya dengan bumbu.

Bau jagung bakar itu merebak hingga keseluruh penjuru istana, masuk kedalam rongga hidung setiap orang yang berada di istana.

Lien Hua dan para pelayannya menikmati jagung bakar juga ayam bakar dengan penuh canda tawa.

Ibu Suri yang sudah mendengar bahwa Selir Agung sudah kembali, ia berniat untuk menjenguk Lien Hua sekarang, sampai di area kediaman Sakura, ia mencium bau jagung bakar yang menyengat.

"Bau apa ini? harum sekali." Ucap Ibu Suri mengendus baunya.

"Kurang tahu Yang Mulia, lebih baik kita mencari Selir Agung." Ucap Pelayan yang bersama Ibu Suri.

"Kau benar, ayo."

Sampai didepan pintu kediaman Sakura, penjaga memberi tahu bahwa Lien Hua bersama dengan para pelayannya berada di halaman belakang.

"Selir Agung." Ucap Ibu Suri melihat Lien Hua bersama dengan para pelayan.

Terlintas sebuah ingatan dari pemilik tubuh Lien Hua, ia mengingat bahwa itu adalah Ibu Suri, yang selalu menyayanginya.

"Hormat hamba Ibu Suri." Ucap Sopan Lien Hua diikuti para pelayannya.

"Li'er, bagaimana keadaanmu? apa kau baik baik saja? kemana saja sebenarnya kau ini? maaf Ibu baru menjengukmu." Ucap Ibu Suri.

"Maafkan aku Ibu, pergi tidak memberi tahu." Ucap Lien Hua.

"Apa yang kamu lakukan disini bersama mereka?"

"Maafkan kami Yang Mulia, kami disini atas perintah Selir Agung, kami tidak berani menolaknya." Ujar salah satu pelayan yang takut akan dimarahi Ibu Suri

"Tidak masalah." Ucap Ibu Suri.

"Membakar jagung Ibu, Ibu ingin bergabung dengan kami, mari ini sangat menyenangkan." Ucap Lien Hua membantu Ibu Suri duduk disampingnya.

Ibu Suri dan pelayannya ikut bergabung menikmati ayam dan jagung bakar.

"Wah enak sekali ayam ini, siapa yang membuatnya?" Tanya Ibu Suri.

"Selir Agung yang membuatnya Yang Mulia." Jawab Pelayan Fu.

"Sungguh enak." Puji Ibu Suri lagi.

Terpopuler

Comments

Dianita Indra

Dianita Indra

next

2022-05-03

0

Salma Cheng

Salma Cheng

ko tiba2 aku laper 😆😆, bagi donk

2021-11-29

0

ryfa

ryfa

lanjut

2021-06-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!