"Tapi Ayah, sebelum kita ke istana, aku ingin melakukan bisnis terlebih dahulu." Ujar Lien Hua.
"Bisnis? bisnis apa itu?" Tanya Tabib Chen.
"Makanan dan baju." Jawab Lien Hua berpikir bahwa ide bisnis ini adalah yang terbaik, tidak akan ada yang bisa menandingi resep dan rancangan bajunya nanti.
"Ayah tahu orang yang bisa berbisnis dengan mu, ada seorang yang Ayah kenal, dia memiliki satu toko kain, disana kamu bisa melakukan bisnis padanya." Ucap Tabib Chen mengenal salah satu temannya.
"Nona, saya mengenal seseorang yang juga bisa membantu Nona berbisnis makanan, paman saya mempunyai kedai makan." Ucap Pelayan Fu, pamannya adalah pemilik salah satu kedai makan di ibu kota.
"Baiklah, besok kita akan menemuinya, sekarang kita makan saja, besok kita harus berangkat ke kota." Ucap Lien Hua.
"Ada ayam atau tidak?" Tanya Lien Hua pada Pelayan Fu.
"Ada Nona, tapi kita harus menangkapnya terlebih dahulu." Ucap Pelayan Fu.
"Ayah akan menangkapnya." Ucap Tabib Chen, ia langsung pergi ke belakang gubug, mulai menangkap ayam. Sedangkan Lien Hua membimbing Pelayan Fu untuk menyiapkan bumbu khas dirinya di dunia modern. Ayam bakar madu.
Setelah Tabib Chen menangkap ayamnya, kini giliran Pelayan Fu dan Lien Hua yang mengolahnya.
Pelayan Fu mencabuti bulu ayamnya, Lien Hua mulai membakarnya dengan apinya, mengolesinya pelan pelan bumbu madunya.
"Wah bumbu apa ini? baunya sangat harum." Puji Tabib Chen.
"Nonalah yang membuat Tuan." Ucap Pelayan Fu.
"Bumbu khas ku Ayah, hanya aku yang mengetahuinya, sekarang Fu juga tahu." Ucap Lien Hua.
Setelah masak, mereka bertiga mulai menikmatinya, sungguh hidangan yang nikmat, baru pertama kali Pelayan Fu dan Tabib Chen menikmatinya.
Pagi pagi sekali Lien Hua, beserta Tabib Chen juga Pelayan Fu meninggalkan gubug dan pergi ke ibu kota. Sekarang mereka sudah ada didalam toko kain.
"Tamu terhormat, ada yang bisa saya bantu." Ucap penjaga yang ada disana.
"Aku ingin menemui tuan Hao." Ucap Tabib Chen.
"Baik, tunggu sebentar, akan saya panggilkan." Ucap penjaga toko langsung pergi mencari Tuan Hao.
Tak lama ada seorang pria paruh baya seumuran dengan Tabib Chen keluar melalui tangga lantai dua.
"Chen." Sapa Tuan Hao melihat Tabib Chen.
"Hao, apa kabar, ini aku membawa seorang Nona, dia ingin berbisnis dengan mu." Ucap Tabib Chen.
Tuan Hao melihat Lien Hua dari bawah hingga atas, cantik, pikirnya.
"Tuan, aku ingin berbisnis dengan mu, aku memiliki rancangan hanfu yang bagus, jika kau mau kau bisa menjahit dan menjualnya, tetapi kau harus memberikan 70 persen untukku, dan 30 persen untuk mu." Ucap Lien Hua tanpa berbasa basi.
"Jika..." Belum Tuan Hao menyelesaikan ucapannya, Lien Hua langsung mengambil kertas dan tinta dimeja dan menggambar design hanfu modern khasnya, dengan burung Phoenix dan bunga menghiasinya.
"Ini." Ucap Lien Hua menyodorkan gambarnya, Tuan Hao terkagum akan gambar Lien Hua, sangat indah dan bagus.
"Baik, aku akan melakukannya." Tuan Hao akhirnya menyetujui gambar Lien Hua.
"*Nona sungguh berubah*." Batin Pelayan Fu tersenyum memandang junjungannya.
Lien Hua dan yang lain langsung pergi meninggalkan toko kain dan langsung berpindah ke kedai milik paman Pelayan Fu.
Pelayan Fu masuk begitu saja, diikuti Lien Hua dan Tabib Chen dibelakangnya.
"Paman!" Seru Pelayan Fu memanggil pamannya.
Tuan Xie langsung keluar dari ruangannya, betapa terkejutnya dia melihat keponakan nya yang sudah dikabarkan meninggal bersama dengan selir Lien Hua berdiri tegak dihadapannya.
"Fu! kau!" Kaget Tuan Xie.
"Iya Paman, ini aku, aku kesini bersama dengan Selir Lien." Ucap Pelayan Fu. Tuan Xie memandang selir Lien Hua, ia terkagum akan kecantikan yang dipancarkan oleh Lien Hua.
"Hormat hamba Selir." Ucap Tuan Xie menunduk hormat.
"Tidak perlu, aku kesini hanya untuk berbisnis dengan mu, aku akan memberikan resep masakanku, kau boleh menjualnya, kau boleh mengambil 40 persen keuntungan." Ucap Lien Hua.
"Baik Yang Mulia." Ucap Tuan Xie takut akan ketegasan Lien Hua. Ia langsung memberikan kertas beserta tinta untuk mencatat resepnya.
"Lakukan sesuai langkah disini." Ucap Lien Hua setelah menyelesaikan tulisannya.
"Yang Mulia, apa Anda berniat kembali ke istana?" Tanya Tuan Xie.
"Benar."
"Yang Mulia, jika Anda kembali ke istana, tolong berhati hatilah, sekarang istana sedang tidak aman, juga sedang ada perseteruan antara Kaisar dan Jendral." Ucap Tuan Xie memberitahu.
"Perseteruan? kenapa?"
"Iya Yang Mulia, setelah Yang Mulia menghilang, istana langsung gempar dan berita menyebar secara cepat dimasyarakat, Jendral menyalahkan Kaisar karena tidak bisa menjaga Yang Mulia."
"Li'er, kau sebaiknya cepat kembali, kau harus menyelesaikan perseteruan Kaisar dan Jendral, dan lebih baik Ayah kembali saja ke gubug, dari pada nanti Ayah menyebabkan kesalahan di istana." Ucap Tabib Chen mengerti keadaan.
Sejenak Lien Hua berpikir, sebenarnya ia tidak ingin meninggalkan Tabib Chen, tapi mau bagaimana lagi, ia juga tahu resikonya membawa orang luar kedalam istana.
"Baik Ayah, tapi Ayah harus berhati hati saat kembali, jangan lupa istirahat." Ucap Lien Hua memeluk Tabib Chen untuk terakhir kalinya sekarang.
"Nanti Li'er akan datang mengunjungi Ayah." Sambungnya melepas pelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Ayu Dani
loh bukannya ayahnya sudah meninggal katanya
2025-01-15
0
Dianita Indra
lanjut
2022-05-03
1
Ririn Santi
Sebenarnya ayah jenderal nya sdh meninggal belum sih thor?
2022-02-15
3