3: Makan Malam

Menjelang malam, Pelayan Fu membangunkan Lien Hua.

"Nona bangun, sebentar lagi makan malam, Nona tidak boleh meninggalkan makan malam." Ucap Pelayan Fu membangunkan Lien Hua.

Lien Hua yang merasa ada yang menganggu tidurnya, ia menggeliat membuka matanya.

"Hmmm, aku sudah bangun." Ucap Lien Hua tetapi dengan mata yang kembali menutup.

"Nona, mohon Anda jangan tidur lagi, Tabib Chen sudah menunggu Nona diluar." Ucap Pelayan Fu memberitahu bahwa Tabib Chen sudah menunggu mereka diluar.

"Huh iya, aku sudah bangun, sekarang, ayo keluar." Ajak Lien Hua yang tidak tahan akan ucapan Pelayan Fu yang selalu memanggilnya dengan Nona, Anda.

Lien Hua, Pelayan Fu dan Tabib Chen makan malam bersama.

"Nona, apa Anda sudah baik baik saja?" Tanya Tabib Chen, ia sudah tahu identitas Lien Hua dari cerita Pelayan Fu tadi sore.

"Aku baik baik saja, Tuan tidak perlu khawatir, hanya saja ingatanku ini yang bermasalah." Ujar Lien Hua memasukkan sesuap sayur kedalam mulutnya, tentunya dengan sumpit kayunya.

"Ingatan Anda pasti akan kembali, Anda hanya perlu mengingatnya perlahan lahan, saya akan mencoba membuatkan obat untuk membantu memulihkan ingatan Nona."

"Tidak, tidak perlu, Tuan tidak perlu melakukan itu, saya dan pelayan saya diterima dengan tangan terbuka oleh Anda saja, saya sudah senang, lagi pula, Anda mengatakan ingatan saya akan pulih dengan sendirinya." Tolak Lien Hua halus, ia menghargai maksud baik dari Tabib Chen.

Mereka bertiga melanjutkan makannya, setelah makan malam, mereka berbincang bincang, menceritakan apa yang sudah dialami Lien Hua pada Tabib Chen, begitu juga Tabib Chen yang menceritakan kehidupannya di hutan sendirian.

"Tuan, apa Anda tidak bosan tinggal di hutan sendirian?" Tanya Lien Hua.

"Tidak, aku merasa senang tinggal disini Nona, aku lebih nyaman disini dari pada diluar yang penuh dengan trik." Jawab Tabib Chen.

"Apa Anda mau menjadi Ayah ku?" Tanya Lien Hua memberanikan diri. Tabib Chen dan Pelayan Fu terkejut atas apa yang diucapkan Lien Hua.

"A...apa Nona bercanda?" Tanya Tabib Chen terkejut.

"Aku tidak bercanda, aku benar benar ingin menjadi putrimu." Ujar Lien Hua bersungguh sungguh.

Tabib Chen merasa terharu dengan penuturan Lien Hua, ia dengan spontan dan senangnya menyetujuinya dengan anggukan kepala.

Lien Hua langsung memeluk Tabib Chen yang sekarang adalah Ayahnya.

"Jadi aku bisa memanggilmu Ayah." Ucap Lien Hua tersenyum. "Dan Ayah, kamu tidak boleh memanggilku dengan Nona." Sambung Lien Hua melarang Tabib Chen memanggilnya dengan sebutan Nona, baginya itu terlalu formal.

"Baik Li'er" Ucap Tabib Chan memandang wajah Lien Hua. Pelayan Fu yang melihat interaksi junjungannya dengan Tabib Chen merasa senang juga terharu.

"Li'er, apa kau akan kembali ke istana?" Tanya Tabib Chen yang sepertinya enggan untuk kehilangan Lien Hua juga Pelayan Fu, wajar saja, dua bulan Tabib Chen merawat Lien Hua sampai ia sadar.

"Entahlah Ayah, aku juga tidak tahu, tapi mungkin aku akan kembali, karena aku masih memiliki seorang ibu."

"Benar?" Sambungnya bertanya pada Pelayan Fu, Pelayan Fu mengangguk meng iya kan, bahwa Lien Hua masih memiliki seorang Ibu, mungkin sekarang Ibu Lien Hua sedang menangis merindukannya.

Wajar saja, Lien Hua adalah anak satu satunya.

Tabib Chen mengangguk mengerti, namun dengan raut wajah yang sedih.

"Saat aku pergi, aku pasti akan membawa Ayah juga, mana mungkin putri meninggalkan Ayahnya sendiri." Ucap Lien Hua.

"Ah, kau sangat baik." Senang Tabib Chen.

"Tapi sebelum kembali, Ayah akan menyembuhkan wajahmu dulu." Sambung Tabib Chen.

"Ah ini, tidak usah repot membuat obat yang susah, cukup dengan putih telur saja sudah bisa menghilangkan jerawat ini." Ucap Lien Hua memegang pipinya sendiri.

"Putih telur?" Bingung Tabib Chen.

"Iya, tapi membutuhkan waktu yang lama, jika aku rutin menggunakannya pasti akan cepat." Ujar Lien Hua, itu adalah metode yang ia gunakan untuk merawat kulit wajahnya didunia modern, selain bisa menghilangkan jerawat, juga bisa membuat wajah menjadi kencang, halus dan bersinar.

"Fu, apa ada telur?" Tanya Lien Hua pada Pelayan Fu.

"Sepertinya ada Nona, saya akan ambilkan." Ucap Pelayan Fu mengingat bahwa didapur ada beberapa telur ayam.

"Nanti saja, malam ini kita akan maskeran." Ucap Lien Hua.

"Maskeran?" Bingung Pelayan Fu.

"Aish orang apa ini, maskeran saja tidak tahu." Batin Lien Hua.

"Ah sudahlah, lupakan, nanti ikut aku."

"Ayah, kami tidur dulu, Ayah juga tidur, Li'er masuk dulu." Pamit Lien Hua masuk kedalam gubug bersama dengan Pelayan Fu.

Terpopuler

Comments

KJH

KJH

buka mata langsung minta bapak baru 🤧

2023-03-01

0

Dianita Indra

Dianita Indra

lanjut

2022-05-03

0

yudi

yudi

🌹❤️

2022-03-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!