4: Rencana

Pelayan Fu masuk dengan membawa satu butir telur ayam, dengan dua mangkuk dan sendok, itu juga perintah dari Lien Hua.

Ia memberikan apa yang diminta oleh Lien Hua.

Dengan telaten, Lien Hua memisahkan putih telur dan kuning telurnya di dua wadah yang berbeda. Ia langsung mengocok telur itu, hingga muncul sedikit busa.

"Kemari." Ucap Lien Hua menepuk kasur yang kosong disampingnya.

"Berbaringlah." Suruh nya lagi setelah Pelayan Fu mendekat.

"Tidak Nona, itu tempat tidur Anda, mana mungkin pelayan tidur bersama junjungannya." Tolak halus Pelayan Fu, ia tahu betul dimana batasannya.

"Sudahlah kemari." Lien Hua menarik paksa Pelayan Fu dan menidurkannya. Ia langsung mengolesi wajah Pelayan Fu dengan masker putih terlur itu.

"Nona, apa yang Anda lakukan? apa akan membuat wajah saya menjadi kue?" Bingung Pelayan Fu yang diolesi putih telur diwajahnya.

"Diamlah, jangan banyak bicara, ini namanya masker, wajahmu akan bersinar setelah rutin memaki masker ini, nikmati saja." Ucap Lien Hua menutup mulut Pelayan Fu.

"Sekarang kau ini temanku, jangan terlalu sungkan pada ku." Sambung Lien Hua. Pelayan Fu yang mendengar merasa senang sekaligus terharu dengan ucapan junjungannya, ia mengangguk tersenyum.

Setelah mengolesi wajah Pelayan Fu, kini barulah dirinya mengolesi wajahnya sendiri dengan cermin buram disalah satu sisi tangannya.

"Emm, sudah." Gumam Lien Hua langsung merebahkan tubuhnya disamping pelayanan Fu.

"Fu, menurutmu bagaimana jika aku membalaskan perlakuan kaisar padaku? dan mencari tahu siapa yang sudah mendorong kita kedalam jurang." Ujar Lien Hua saat maskernya masih sangat basah.

"Apa Nona yakin? membalas kaisar? dengan cara apa? jika kaisar tahu Nona akan membalaskan dendam, maka kaisar akan menghukum Anda dengan sangat berat." Ujar Pelayan Fu.

"Membalas bukan secara terang terangan, membalas dengan cara yang halus hingga kaisar sendiri tidak mengetahuinya."

"Jika memang Nona yakin, maka aku juga akan membatu Nona dengan senang hati." Ucap Pelayan Fu yang menyetujui juga mendukung semua keputusan yang diambil oleh junjungannya.

"Ah ya, apa aku punya musuh di istana?" Tanya Lien Hua, ia belum mendapatkan ingatan pemilik asli tubuh ini lagi.

"Saya rasa tidak ada Nona, hanya saja Permaisuri dan Selir Fen Yin selalu sinis pada Anda." Jawab Pelayan Fu.

"Ahh, ada selir selain aku." Gumam Lien Hua.

"Tapi sebelum kembali ke istana, aku akan melatih diriku beladiri terlebih dahulu." Ucap Lien Hua membuat Pelayan Fu terkejut.

"Anda akan bela diri Nona? yang benar saja, Anda tidak pernah tertarik akan hal itu, Anda juga tidak pernah mengangkat pedang."

"Hei, apa kau meremehkan ku Fu? kau pikir aku ini Lien Hua yang dulu, Lien Hua yang sekarang ini berbeda dari Lien Hua yang dulu, Lien Hua yang dulu sangat membosankan, Lien Hua yang sekarang adalah sebuah masa depan." Ucap Lien Hua yang tidak ingin diremehkan.

Toh ia sudah menguasai ilmu bela diri di zaman modern, hanya tinggal menyesuaikan dengan kondisi dan teknik bela diri di dunia kuno ini, pikirnya.

"Jika Nona benar benar ingin belajar bela diri, Nona bisa menemui Tabib Chen, aku selalu melihat Tabib Chen berlatih bela diri dipagi hari."

"Bagus, aku rasa Ayah bisa membantuku." Lien Hua tersenyum senang, ia bisa mendapatkan ilmu bela diri dari Tabib Chen nantinya.

"Nona kenapa wajahku terasa berdenyut semakin kencang?" Tanya Pelayan Fu yang merasa aneh pada wajahnya.

"Hahah, itu maskernya akan mengeras, sekarang diam dan nikmati, wajahmu akan mulai mengencang, nanti setelah kering kau bisa membasuhnya." Ucap Lien Hua menertawai kepolosan Pelayan Fu.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***