Gelak tawa memenuhi gazebo belakang restauran. Ayra yang berceloteh layaknya balita membawa kebahagiaan tersendiri untuk Razka dan Sam.
Namun, gelak tawa mereka harus terhenti saat Roy selaku manager di restaurannya datang dengan tergesa.
"Tuan Besar!" Suaranya sedikit tersengal. Sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikan Roy.
Razka dan Sam menoleh bersamaan, "Ada apa Roy?" tanya Razka dengan dahinya yang berkerut.
"Maafkan saya, Tuan Besar. Ada seseorang yang memaksa ingin bertemu dengan Anda," tukas Roy sembari sedikit membungkuk pada Razka.
Ha~ Terdengar helaan napas dari Razka. Ia menunduk sebentar, lalu mengangkat wajahnya lagi. Razka menepuk bahu Sam.
"Istirahatlah di kamar itu, aku tahu kau pasti lelah. Apa kau akan tetap di sini? Atau ikut aku ke rumah?" tanya Razka. Sam tersenyum mengangguk.
"Aku rasa, aku akan menginap di sini saja. Aku ingin memiliki banyak teman di sini," jawabnya yakin. Razka mengangguk.
"Baiklah, tapi jangan menggoda karyawan wanitaku!" tegas Razka. Sam hanya terkekeh. Ia mengibaskan tangannya pada Razka tak peduli.
"Aku tinggal, dan mungkin langsung pulang. Karena hari sudah hampir malam," ucapnya. Sam hanya mengangguk.
"Baiklah, sepertinya aku ingin merebahkan tubuhku sebentar," katanya menggeliat. Ia bangkit dan berjalan menuju kamar yang ditunjuk Razka.
Razka pun ikut bangkit, ia menggendong Ayra melangkah dibimbing Roy. Dari arahnya berjalan, Razka dapat mendengar suara orang berdebat di dalam sana. Suara seorang wanita.
Di kejauhan, ia dapat melihat seorang wanita berdiri angkuh. Ia bersedekap dada, parasnya yang cantik dan penampilan seksi seharusnya dapat menghipnotis siapa saja yang melihatnya. Tapi tidak dengan Razka.
Apakah mimpi buruknya datang lagi?
Razka menatap sekeliling ruangan, terdapat berapa pengunjung yang terlihat kurang nyaman karena kehadiran wanita yang sedang membuat keributan itu. Roy terus melangkah di depan Razka, "Ayah, siapa wanita yang di sana? Kenapa dia berdebat dengan Kakak pelayan?" tanya Ayra bingung.
"Ayah pun tidak tahu sayang, tapi melihat dari bentuk tubuhnya sepertinya Ayah mengenalnya," tukas Razka sedikit ragu.
Karena posisi wanita itu membelakangi arah dari mana Razka datang, ia tidak begitu yakin apakah dia wanita yang sama dari masa lalunya.
"Nona, Anda harus menunggu. Manager Roy sedang memanggil Tuan Besar," ucap salah satu karyawan dengan sabar.
"Sampai kapan aku harus menunggu? Biarkan aku mencarinya sendiri!" hardiknya tidak suka. Ia memberontak, dihalangi dua orang pelayan wanita yang tidak mengizinkannya menjelajah restauran.
"Razka!" teriak wanita itu dengan lantang.
Razka dapat mendengarnya, Roy mempercepat langkahnya. Tapi, Razka hanya berjalan santai tanpa minat. Dari suaranya ia begitu mengenali siapa wanita di sana.
Dua orang pelayan masih menghadangnya, wanita angkuh itu seolah kehilangan harga diri. Ia berteriak memanggil nama Razka berulang-ulang.
Roy sendiri meringis, mereka begitu takut apa yang dilakukan wanita itu akan berakibat buruk pada mereka.
Hadangan dari dua orang pelayan wanita melemah, tatapan mereka terpaku pada Razka yang berjalan semakin mendekat dengan menggendong Ayra.
Merasa tidak ada perlawanan, wanita itu dengan mudah menyingkirkan dua wanita yang menghadangnya.
Kedua pelayan itu tersingkir beberapa langkah ke kanan dan kiri tubuhnya. Ia mendengus benci. Membuang wajah dengan sombong seolah telah memenangkan sebuah perlombaan.
Keduanya hanya menunduk, bukan pada wanita itu. Tapi, pada Bos besar mereka, Razka.
"Razka!" teriak wanita itu lagi semakin menggila. Razka mengetatkan rahangnya geram. Air mukanya berubah merah karena menahan marah.
"Razka!" Kembali wanita itu berteriak lantang. Razka jengah, ingin rasanya ia cepat mengusir wanita yang tak tahu malu itu.
"Aku tidak tuli. Kau tidak perlu berteriak seperti itu!" ketus Razka dengan nada yang menggeram. Sebisa mungkin ia menahan dirinya agar tidak berteriak di dekat Ayra.
Tubuh wanita itu menegang, ia bergeming di tempatnya berdiri. Wanita itu menghela napas, menetralkan keterkejutannya karena mendengar suara Razka.
Ia menoleh dengan anggun, senyum tercantik ditampilkannya untuk memikat pria yang sedang berdiri tak jauh darinya.
"Sudah ku duga!" gumam Razka datar. Pancaran matanya menyiratkan kebencian yang sangat. Ia tidak suka kedatangannya.
"Razka!" Suaranya melembut. Membuat Razka semakin muak dengan sosoknya. Razka sudah tahu apa yang diinginkan wanita itu darinya.
"Untuk apa kau mencariku?" ketus Razka datar. Aura dingin merembas keluar dari dalam diri Razka. Roy bahkan bergidik ngeri saat melirik Razka yang sedang menahan gejolak amarah.
Karyawan yang berdiri tak jauh dari mereka pun, ikut merasakan sensasi tak menyenangkan dari arah Razka. Beberapa pengunjung yang begitu memuja pemilik restauran, ikut merasa takut saat melihat langsung Razka yang sedang marah.
Panggung yang sejak tadi menyuguhkan alunan musik romantis sebagai hiburan tambahan bagi pengunjung, seketika berubah senyap. Sepi, bahkan mereka sendiri pun dapat mendengar dengan jelas suara napas mereka.
"A-aku-"
"Aku tak ada waktu untuk meladeni wanita arogan sepertimu! Pergilah!" potong razka. Suaranya halus, tapi terdengar tegas karena tekanan pada setiap kata yang diucapkannya.
"Tu-tunggu! A-apa kau mengusirku?" tanyanya terbata. Ia begitu terkejut, setelah beberapa tahun lamanya tidak bertemu, Razka masih sama seperti dulu, dingin dan tak tersentuh. Bahkan, semakin ketus terhadapnya.
Wajahnya yang dipenuhi bekas luka, sama sekali tidak mengurangi kadar ketampanan dari seorang Tuan Besar Pratama. Ia tetap memukau.
"Apa lagi yang kau harapkan? Sekarang, pergilah! Aku sedang tidak ingin menerima tamu!" ketusnya seraya melangkah.
Wanita itu menatap tak percaya dengan mulutnya yang terbuka lebar. Dan mata yang mengerjap.
"Roy, aku akan pulang. Jika wanita itu masih membuat keributan, paksa dia untuk keluar!" ucapnya pada Roy saat melewati manager restaurannnya itu.
Roy membungkuk tanda ia siap melakukan apa yang diperintahkan Tuan Besarnya.
"Dan untuk kalian, kembalilah bekerja! Jangan hiraukan wanita itu!" katanya lagi pada karyawan yang lain. Wanita itu semakin kesal dibuatnya. Ia malu bercampur marah.
Razka kembali melangkah keluar dari restauran, jam sudah menunjukkan pukul 17.00. Sudah waktunya ia pulang.
"Ayah, siapa tadi?" tanya Ayra yang sedari tadi hanya terdiam mendengarkan. Ia tidak tahu siapa wanita yang mencari Ayahnya.
"Jangan dipikirkan! Dia bukan siapa-siapa," jawabnya terus melangkah mendekati motor bututnya.
"Bagaimana jika dia membuat keributan lagi?" tanya Ayra lagi dengan khawatir. Razka menurunkan Ayra dari gendongannya. Ia menaiki motornya dan menghidupkan mesinnya.
Razka menepuk bagian depannya, meminta Ayra untuk duduk di depan. Gadis kecil itu mengenakan helmnya, ia beranjak duduk di depan Razka.
"Ada Paman Roy, yang akan mengurusnya. Kau tidak perlu risau," katanya sembari melajukan motornya meninggalkan parkiran.
Di depan pintu restauran ia berpapasan dengan wanita tadi, wajahnya yang memerah karena malu dan marah semakin membara saat terkena terpaan sinar matahari sore.
"Razka! Tunggu!" katanya dengan berlari mengejar motor Razka. Sedangkan laki-laki itu, sama sekali tidak menghiraukannya. Hanya Ayra yang melihat ke arahnya dengan diam.
Ia bertanya-tanya dalam hati, siapa wanita itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
semangat🙂
2021-02-04
1
Saharani Nursakinah
Luna gk pke maya 🤣
2021-02-03
1
Wati Simangunsong
klu gk luna
saudara tiri aisyha dlu x
2021-02-03
1