Setelah menghabiskan hampir seharian penuh di pantai, mereka kembali saat sore hari. Berhenti sejenak di stand penjualan, untuk menikmati soto ayam milik Bu Warsih.
Ibu penjual soto itu, begitu terkejut. Saat melihat hampir semua anggota keluarga Pratama mendatangi kedainya. Biasanya hanya Razka dan Ayra yang akan berkunjung untuk sekedar menikmati soto di sore hari.
Malam yang ini dipenuhi kebahagiaan dari sekelompok tamu terhormat yang datang berkunjung ke stand penjualan di pusat kota. Meski yang mereka datangi adalah kedai soto Bu Warsih, tapi tetap saja semua penjual di sana merasa bahagia dengan kehadiran mereka.
Mangkuk-mangkuk soto telah dihidangkan di hadapan semua orang. Mereka tidak sabar untuk mencicipi rasa soto yang Ayra bilang enak.
"Mmm, ini memang enak!" seru Mamah setelah mencicipi sesendok kuah soto. Bu Warsih senang bukan main mendapat pujian dari seorang Nyonya besar seperti Mamah Quin. Yang lain mengangguk setuju.
Hujan kamera mereka terima, tak henti kilatan cahaya dari kamera ponsel mengarah pada mereka. Sudah seperti selebritis.
Dery datang bersama dua orang laki-laki penjual soup buah yang dipesannya. Setiap orang mendapatkan satu mangkuk soup buah.
Tidak ketinggalan beberapa camilan ikut andil di atas meja mereka. Razka yang pamit, kini telah kembali. Bersamanya beberapa orang berpakaian lusuh berjalan di belakangnya. Sepertinya itu adalah anak-anak jalanan yang tadi mereka jumpai saat hendak memasuki pusat kota.
Razka membiarkan mereka memilih makanan apa yang ingin mereka makan, ia hanya berpesan kepada para penjual untuk mencatat setiap makanan yang mereka pesan.
Suara riuh memenuhi stand penjualan malam ini, para pedagang di sana merasa bahagia karena dagangan mereka tak ada yang luput dari Razka.
Semua pedagang mendapatkan jatahnya masing-masing meski tidak sama. Anak-anak jalanan itu pun telah menyelesaikan makan mereka, setelah Razka dan keluarganya menyelesaikan makan malam mereka.
Di tangan masing-masing anak itu, membawa sebungkus makanan dan minuman. Mereka pulang dalam keadaan perut kenyang, dan hati senang.
Razka tetap merasa senang, meski ia harus mengeluarkan uang dalam jumlah yang tidak sedikit. Ia merasa puas telah berbagi dengan sesama. Tak hanya anak-anak itu yang merasa senang, para pedagang pun turut berbahagia. Karena dagangan mereka malam itu, hampir habis dengan cepat.
Razka dan keluarganya pamit, mereka menaiki mobil dan kembali ke rumah. Kondisi tubuh yang lelah, membuat para bocah terlelap dalam mobil.
Orang tua mereka mengangkatnya masuk ke dalam rumah. Ayra yang juga tertidur di pangkuan Mamah, Razka mengangkatnya hati-hati, membawanya masuk ke dalam rumah dan menaiki tangga menuju kamar mereka.
Ia membersihkan diri terlebih dahulu, menunaikan shalat Isya, barulah ikut tertidur di samping Ayra. Mereka terlelap karena lelah.
________*
Menyambut pagi, semua orang bangun dengan keadaan lebih baik setelah beristirahat semalam penuh. Ayra bahkan, sudah bersiap akan ke sekolah. Seragam TK dengan kerudung menutupi kepalanya, cantik. Ia terlihat semakin mirip Aisyah.
Mereka semua telah duduk di meja makan, berhadapan dengan beberapa hidangan yang disajikan oleh para pelayan.
"Ayah, boleh aku ke restauran sepulang sekolah?" tanyanya setelah menghabiskan sarapannya. Razka yang juga telah menyelesaikan sarapannya, menoleh. Ia tersenyum dan mengangguk.
"Tentu saja, datanglah! Ayah akan menunggumu di sana," tukasnya memberi sapuan lembut di kepala Putrinya.
Mereka semua beranjak, Razka hanya memakai kemeja dan celana tanpa jas, tanpa dasi. Fachru telah bersiap dengan jas kebanggaannya. Papah dan Paman Max pun tidak tertinggal, mereka telah rapi dan bersiap berangkat.
Satu per satu para lelaki meninggalkan rumah, Dery kini mengendarai mobilnya sendiri, terkadang ia akan membawa sepeda motor saja. Ia sudah dewasa. Parasnya yang semakin menawan semakin membuat para wanita tergila-gila padanya.
Razka yang terakhir berangkat, ia menyalami semua orang. Razka berjalan menggandeng Ayra. Setiap pagi Razka akan mengantar Ayra sekolah, dan yang akan menjemputnya adalah Mamah atau sesekali akan dijemput Sasha.
Ia menghampiri motor bututnya, menyalakannya, tak lupa ia mengenakan helm. Ayra telah duduk di jok belakang. Ia pun mengenakan helmnya.
Yang dilakukan Razka, membuat Mamah dan yang lainnya heran. Di saat semua orang lebih baik menggunakan mobil, dia lebih memilih menggunakan motor bututnya.
Suara bising dari knalpot motor yang telah menua menjadi pengiring kepergiannya. Kepulan asap yang membumbung, memabukkan siapa saja yang berada di dekatnya.
Ayra duduk dengan tenang memeluk pinggang Ayahnya. Motor melaju dengan kecepatan sedang. Mereka menyapa para tetangga yang dijumpai dengan membunyikan klakson.
Jarak antara rumah dan sekolah, tidak terlalu jauh. Hanya lima belas menit dengan menggunakan motor Razka. Gerbang berwarna pelangi sudah terlihat di kejauhan.
Motor Razka berhenti di depan gerbang, Ayra perlahan turun dari motor. Ia melepas helmnya dan memberikannya pada Razka. Razka meletakkan helm itu di gantungan motornya.
Ia membenarkan letak kerudung Ayra yang sedikit bergeser. Ayra menyalaminya, mencium tangannya hingga meninggalkan basah dari bibirnya di atas punggung Razka. Dan Razka mencium dahi Putrinya.
"Belajar yang rajin ya. Jangan membuat Ibumu kecewa di sana!" ucapnya memberi nasihat. Gadis kecil itu mengangguk. Ia berjalan dengan riang memasuki gerbang sekolah.
Razka tersenyum, saat Ayra menyapa seorang satpam sekolah. Ia menghidupkan kembali mesin motornya, mengangguk pada satpam yang sedang melihat ke arahnya. Lantas melaju dengan perlahan.
Baru sekitar lima menit ia melajukan motornya dari sekolah Ayra, Razka memutar arah balik motornya. Ia kembali ke sekolah Ayra. Ia terlupa akan rencananya menemui guru Ayra di sekolah.
Razka tidak membawa masuk motornya, ia memarkirkannya di depan gerbang, menitipkannya pada satpam sekolah sebelum melangkah masuk ke dalam.
Satpam yang tahu siapa Razka, ia bersikap hormat padanya meski pun penampilan Razka tidak seperti Tuan Besar kebanyakan.
Razka melangkah dengan gagah, berwibawa, juga mempesona. Beberapa pasang mata, menatapnya penuh hasrat. Sekelompok wanita paruh baya yang duduk di tempat yang disediakan sekolah untuk menunggui Putra-putri mereka.
Bekas luka di wajahnya, menambah keseksian hot duda beranak satu itu. Ia terus melangkah menuju ruang guru. Ayra sudah tidak terlihat di luar, mungkin dia sudah mulai belajar.
Kasak-kusuk terdengar dari arah kelompok wanita paruh baya yang ia lewati. Tapi, bukan Razka namanya jika ia harus acuh pada desas-desus tak penting itu.
Ia terus melaju, tanpa menghiraukan panggilan nakal dari salah satu wanita di sana.
"Ugh, sombongnya!" goda salah satu dari mereka. "Tapi, tampan dan gagah!" Suara kekehan terdengar. Sepertinya mereka senang sekali ya.
Razka berdiri di depan ruang guru, ia mengetuk pintu dan mengucap salam. Menunggu sampai suara dari dalam mengizinkannya masuk.
Razka membuka pintu, guru yang sedang menunggu siapa yang bertamu ke ruangan mereka pagi-pagi ini, tercengang begitu melihat Razka yang masuk ke dalam ruangan.
"Tuan Besar, kenapa tidak langsung masuk saja?" ucap Kepala Sekolah tak enak hati. Ia berjalan tergopoh menghampiri Razka yang masih berdiri, para guru di sana pun ikut berdiri menyambut dirinya.
"Mari! Silahkan duduk, Tuan Besar!" ucap Kepala Sekolah itu lagi. "Terimakasih!" tukasnya, lantas duduk di kursi yang tersedia di dalam kantor tersebut.
Kepala Sekolah ikut duduk di kursi lain. Ia bergetar khawatir, kenapa tiba-tiba Razka datang ke sekolah tanpa pemberitahuan.
"Maafkan saya, silahkan, silahkan di minum dulu, Tuan Besar!" ucapnya gugup. Razka menyeruput teh yang dihidangkan salah satu guru dengan sigap begitu ia duduk di sana.
"Maafkan saya, Pak. Kedatangan saya ke sini, hanya ingin menanyakan perkembangan Putri saya dalam belajar," ungkap Razka langsung pada intinya.
"Ah!" Kepala Sekolah itu melihat ke kanan dan kiri mencari seorang guru, "Bu Mila! Kemarilah!" pintanya pada seorang guru wanita muda.
Guru itu melangkah dan berdiri di samping Kepala Sekolah, "Bukankah, kau guru kelas A1?" tanya Kepala Sekolah pada guru wanita tersebut.
Ia mengangguk, "Benar, Pak!" tukasnya menunduk hormat. Kepala Sekolah tersenyum, ia melirik Razka yang masih terdiam. Guru wanita itu ikut meliriknya, timbul rasa kagum dalam hatinya saat ia melihat wajah Razka dari dekat.
"Tuan Besar, ini Bu Mila guru kelas Ayra. Silahkan! Saya permisi." Kepala Sekolah mempersilahkan. Ia kemudian beranjak berdiri dan melangkah kembali ke kursinya. Membiarkan guru dan wali murid berbicara secara pribadi.
Razka melirik datar pada guru wanita yang menundukkan kepalanya karena malu. Atau entahlah! Ia mengernyit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Maura
visual jangan lupa thor
2022-11-27
0
St Nurul NG
Semangat berkarya kak, sukses selalu buat kakak
2021-01-31
2
Wati Simangunsong
thor ad gk cabang resto sate razka d bekasii..?
2021-01-30
3