"Ayah!" seru suara mungil nan ceria, ia berjalan sembari melompat-lompat kecil. Bibirnya mengukir senyum yang menambah semangat pria yang sedang menunggunya dengan senyuman.
Ayra memeluk Razka, ia menyalami tangan Ayah dan temannya setelah melepas pelukannya. Di belakang gadis kecil itu, Mamah melangkah bersama Zia. Sepertinya Mamah dan Zia yang menjemputnya.
Razka bangkit diikuti temannya, mereka menyalami Mamah dan Zia yang sudah berada di dekatnya.
Zia tumbuh menjadi gadis yang cantik, anak yang dipungut Mamah dari jalanan. Yang ia sendiri pun tak tahu di mana orang tua kandungnya. Zia tidak ingin mencari tahu tentang mereka.
Ia bekerja di butik Mamah membantu Ruby yang sudah menikah dengan laki-laki pilihannya sendiri. Bahkan, ia sudah tidak tinggal di rumah Mamah. Ikut suaminya tinggal di rumah sederhana. Hanya sesekali ia akan mengunjungi Mamah di rumah besar Razka juga adik-adiknya di rumah Mamah.
"Ayah, Paman ini siapa?" tanya Ayra menunjuk pada laki-laki yang sejak pagi mengobrol dengan Razka.
"Dia Paman Sam, sayang. Teman Ayah sewaktu muda," tukas Razka yang diangguki Ayra. Gadis kecil itu memindai, laki-laki yang bersama Razka tak lain adalah Sam itu mengernyitkan dahinya.
Ayra melangkah semakin mendekat, ia mengendus bau Sam. Lalu mundur kembali menjauhinya. Semua orang bingung dengan tindakan Ayra. Apa yang dilakukan bocah itu?
"Sayang, kau tidak boleh melakukan itu terhadap orang lain. Itu akan menyinggung perasaannya," ucap Mamah memberi nasihat.
"Aku hanya mengendus baunya, supaya mengenalinya saat kita tidak sengaja bertemu di jalan," jawabnya lugu. Ia tersenyum jenaka.
Razka melirik tak enak pada Sam, tapi laki-laki itu justru terkekeh mendengarnya. Mamah dan Zia saling menatap satu sama lain.
"Maaf," cicit Razka. Sam hanya mengibaskan tangannya tak acuh.
"Ah, Mamah ini Sam, sahabatku ... Dan Sam, ini Mamahku lebih tepatnya Mamah mertuaku yang sekarang menjadi Mamahku." Razka memperkenalkan Mamah dan Sam.
"Sam, Nyonya. Senang berkenalan dengan Anda," ucapnya sopan. Ia mencium punggung tangan Mamah.
"Terimakasih, senang berkenalan denganmu, Nak," tukas Mamah tersenyum hangat.
"Ini Zia, anakku." Mamah memperkenalkan Zia pada Sam. Ia mengulurkan tangan pada Zia berkenalan.
"Sam," ucapnya menampilkan senyuman terbaiknya pada gadis lokal berparas cantik. Kulitnya putih dan bersih.
"Zia, senang berkenalan dengan Anda," balas Zia sopan. Ia menarik kembali tangannya dari Sam.
Razka membawa mereka duduk di gazebo yang tadi didudukinya. Dua orang pelayan datang, membawakan makan siang untuk mereka.
"Silahkan!" ucap Razka mempersilahkan Sam untuk mencicipi menu masakan di restaurannya. Sate ayam.
Mamah, Zia dan Ayra sudah menikmati hidangan mereka. Melihat mereka yang begitu asik memakan hidangan di hadapan mereka, membuat Sam ingin segera mencicipi makanan itu.
Ia mengambil satu tusuk sate, menggulirnya di atas bumbu kacang dan menggigitnya. Ugh, matanya membelalak saat merasakan sensasi gurih dari potongan daging ayam dicampur bumbu kacang memenuhi rongga mulutnya.
"Ini enak, beda dengan yang lain. Kau hebat!" pujinya kembali melahap sate di hadapannya. Razka hanya terkekeh sembari mengangguk. Mereka menikmati makan siang spesial mereka, ditemani beberapa pengunjung yang juga duduk di gazebo-gazebo lainnya.
"Pantas saja restauranmu ramai seperti ini. Ternyata masakannya memang luar biasa. Aku bangga padamu!" ucapnya lagi menepuk bahu Razka bangga.
Tanpa ada yang menyadari, Zia menatap Sam dengan tatapan kagum. Tapi, ia begitu pandai menyembunyikannya dari yang lain. Mamah pun tersenyum, ikut merasa bangga pada menantunya.
_________*
"Sayang, Mamah harus kembali ke butik bersama Zia. Ada pesanan yang harus Mamah periksa," ucap Mamah setelah mereka menyelesaikan makan siangnya.
Razka mengangguk mengerti, "Baiklah, Mah. Hati-hati!" timpal Razka.
"Sayang, kau tidak ingin ikut ke butik bersama Kakak dan Omah?" tanya Zia mengusap rambut Ayra yang duduk di pangkuan Razka. Ia menggeleng.
"Aku ingin di sini bersama Ayah. Aku akan pulang bersama Ayah," tukasnya. Zia tersenyum.
"Baiklah, Kakak pamit ya, assalamu'alaikum!" ucapnya bersamaan dengan Mamah. "Wa'alaikumussalaam!" jawab mereka bersama-sama.
"Zia cantik," celetuk Sam tiba-tiba. Razka mengernyit tapi bibirnya tersenyum. "Kau menyukainya?" godanya. Sam tersenyum miring. Ia mengangkat bahunya. "entahlah," katanya.
"Paman menyukai Kakak Zia? Dia cantik dan pintar memasak. Masakan Kakak Zia sangat lezat. Aku sering dibawakannya makanan dari rumah," ucap Ayra berlebihan. Sam tertarik, Razka terkekeh. Sam terpancing.
"Benarkah?" tanyanya menegaskan. Gadis kecil itu mengangguk yakin. Ia mendekatkan wajahnya pada telinga Sam dan berbisik, "Jika Paman memang menyukainya, aku bisa membantu Paman."
Mata Sam membelalak terkejut, ia melirik Ayra dan Razka bergantian. Lalu menatap penuh selidik pada gadis kecil itu.
"Berapa usiamu? Aku curiga usiamu lebih tua dari penampilanmu," ujarnya dengan mata yang disipitkan.
Ayra terkejut, pandangannya berubah tajam dan dingin. Sam mengerjap, seketika tubuhnya merinding saat mendapatkan tatapan tajam dari gadis kecil di hadapannya.
Ia menggaruk bagian belakang kepalanya, padahal tidak gatal. Dilanjutkan mengusap tengkuk hingga ke leher bagian samping.
Razka hanya terkekeh, "Lima tahun. Usianya barulah lima tahun," sahut Razka yang membuat Sam menoleh padanya dengan tatapan tak percaya.
"Berapa? Lima tahun? Apa aku tidak salah dengar?" sangkalnya tidak percaya.
"Kenapa Paman seolah-olah tidak mempercayaiku?" katanya tidak suka. Sam kembali dibuat tercengang. Kini, Ayra telah menggembungkan pipinya lucu. Ia terkekeh, dan mencubit kedua pipi Ayra.
"Ah sakit! Pipiku! Kenapa Paman mencubit pipiku?" katanya dengan mata terpejam karena Sam masih mencubit pipinya.
Sam melepas cubitannya, ia terkekeh. Razka mendelik saat melihat pipi Ayra yang memerah. Ia melempar Sam dengan tangkai bunga yang dipetiknya.
"Kenapa Putrimu berbicara seperti orang dewasa? Seharusnya kau meminta permen pada Paman atau es krim, bukan berbicara seolah kau seorang Mak Comblang," katanya diiringi kekehan di ujung kalimatnya.
Ayra mendelik tidak suka, Razka menendang kaki Sam cukup keras. Kali ini ia terpekik, "Aw, Kau!" katanya tidak dapat meneruskan ucapannya saat mendengar suara Ayra.
"Apa itu Mak Comblang?" tanyanya dengan memiringkan kepalanya menatap penuh tanya pada Sam.
"Mmm, itu ... Apa ya?" ucapnya menggantung. Ia melirik Razka melempar pertanyaan Ayra pada Ayra. Razka mendengus.
"Kau yang memancingnya bertanya, maka kau harus menjawabnya!" ketus Razka. Ia saja terkadang merasa kewalahan saat harus berhadapan dengan Ayra yang seolah berubah menjadi detektif.
Sam menghela napas, bagaimana cara menjelaskannya pada bocah Lima tahun itu. Dijelaskan pun dia tidak akan mengerti.
"Mak Comblang itu, orang yang berjasa menyatukan dua orang yang berbeda jenis," jawabnya asal. Ayra mengernyit.
Lama ia menatap Sam yang juga menatapnya. Mereka saling menatap satu sama lain, Sam menahan napasnya bersiap mendapatkan serangan balik dari Ayra. Razka menatap keduanya bergantian.
Pada akhirnya, Ayra menarik napas dan menghembuskannya lagi. Ia memutuskan pandangannya dari Sam.
"Aku tidak menemukan kepastian jawaban dari mata Paman," tukasnya. Sam terhenyak, bagaimana bocah ini tahu?
Tapi sebelum Sam membuka mulutnya, Ayra mengibaskan tangannya tak peduli. Razka terkekeh geli. Sam kalah telak oleh bocah Lima tahun itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Wati Simangunsong
skatma deh samm...
btul kn ap aku blng..sam sm luna bubar alias putusss...?
2021-02-01
1